Lihat Bisnis ABgroup yang lain :

Tampilkan postingan dengan label Mengingat Kematian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mengingat Kematian. Tampilkan semua postingan

Alam Kubur, Alam ke-5 dari 14 Alam Yang Akan Kita Lewati

Manusia adalah makhluk Allah swt. yang diciptakan dari tanah (at-turab) dan ruh. Allah swt. membekalinya dengan hati, akal, dan jasad sehingga manusia memiliki tekad (al-‘azmu), ilmu dan amal. Dengan berbekal ketiganya manusia diberi amanah oleh Allah swt., sebuah amanah yang makhluk-makhluk lain yang jauh lebih besar dari manusia, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, menolak untuk menerimanya (Al-Ahzab: 72). Amanah yang diterima manusia berupa ibadah (Adz-Dzariyat: 56) yang merupakan tujuan penciptaannya dan khilafah (Al-Baqarah: 30) yang merupakan fungsi manusia di dunia. Kedua amanah ini kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir.
Sesungguhnya manusia hidup bukan hanya di dunia saja, tetapi telah menjalani kehidupan lain sebelum ke dunia dan akan menjalani kehidupan lainnya lagi setelah di dunia. Itulah tahapan-tahapan kehidupan manusia. Allah swt. berfirman:

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati(1), lalu Allah menghidupkan kamu(2), kemudian kamu dimatikan(3) dan dihidupkan-Nya kembali(4), kemudian kepada-Nya-lah kamu(5).” (Al-Baqarah: 28)


Secara garis besar penjelasan ayat di atas menggambarkan 5 proses hidup mati berikut ini :

Mengapa kamu kafir kepada Allah?

1. padahal kamu tadinya mati ----- Mati

2. lalu Allah menghidupkan kamu ---- Hidup

3. kemudian kamu dimatikan ----- Mati

4. dan dihidupkan-Nya kembali ----- Hidup

5. kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan ----- Dikembalikan


Secara lebih rinci, seluruh tahapan alam kehidupan yang telah dan akan dialami manusia terdiri dari 14 (empat belas) tahapan alam, dari alam ruh hingga surga atau neraka. Sebelas alam diantaranya adalah alam setelah manusia mati.
Sungguh perjalanan yang sangat panjang menuju surga atau neraka !


Berikut ini berbagai macam alam yang terkandung dalam surat al-Baqarah 28 :
(alam antara dalam penjelasan ini maksudnya adalah alam perantara sebelum kita memasuki alam utama berikutnya yang lebih menentukan)

Ayat : "...padahal kamu tadinya mati..."

Alam Ke-satu : ALAM ROH /ALAM ARWAH
yakni alam (utama) dimana Awal manusia diciptakan dan tidak ada satupun manusia mengetahuinya karena bagi Allah swt. tidak ada batas Ruang/Waktu dan Tempat.


Ayat : ...lalu Allah menghidupkan kamu...

Alam Ke-dua : ALAM RAHIM
yakni alam (antara) dimana manusia tercipta melalui suatu proses pembenihan di dalam Rahim/ kandungan yang lamanya sudah ditentukan 9 bulan

Alam Ke-tiga : ALAM DUNIA
yakni alam (utama) yang berisi ujian sebagaimana yang kita sedang alami bersama sekarang ini.


Ayat : ... kemudian kamu dimatikan ...

Alam Ke-empat : ALAM SAKARATUL MAUT
yakni alam (antara) pada saat roh manusia dicabut oleh Allah swt yakni alam antara Dunia menuju alam kubur

Alam Ke-lima : ALAM KUBUR atau ALAM BARZAH,
yakni alam (utama) di mana manusia akan memperolah Siksa atau Nikmat kubur tergantung perbuatannya selama hidupnya di dunia sambil menunggu datangnya hari kiamat. Dan bagi yang memperoleh nikmat kubur, mereka para ahlul kubur seperti tidur saja layaknya


Ayat : ... dan dihidupkan-Nya kembali...

Alam Keenam : KIAMAT atau disebut AKHIR ZAMAN atau Yaumul Qiyamah
yakni alam (antara) dimana Allah swt memusnahkan Bumi - mahluk hidup beserta seluruh isinya

Alam Ke-tujuh: KEBANGKITAN
yakni alam (antara) saat manusia dihidupkan kembali untuk menuju padang masyhar.

Alam Ke-delapan : ALAM MASYHAR
yakni alam dimana Manusia dibangkitkan kembali dari Alam Kubur oleh Allah swt serta berkumpul di Padang Masyhar dan masing masing manusia tidak mengenal satu sama lainnya


Ayat : ... kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan...

Alam Ke-sembilan: BALASAN
Alam Ke-sepuluh: DIHADAPKAN KEPADA ALLAH DAN PERHITUNGAN
Alam Ke-sebelas: KOLAM
Alam Ke-duabelas: TIMBANGAN
Alam Ke-tigabelas: JALAN
(alam ke-sembilan hingga ke-tigabelas merupakan alam antara sebelum ke alam terakhir, yaitu sorga atau neraka))


Alam Ke-empatbelas : SORGA DAN NERAKA

a) ALAM SORGA: alam kenikmatan bagi manusia yang selamat setelah dihisab oleh Allah swt.
b) ALAM NERAKA: alam kesengsaraan/siksaan bagi manusia yang tidak selamat setelah dihisab oleh Allah swt.


Alam Kubur (Al-Barzakh)

Alam kubur disebut juga alam barzakh (dinding), karena kubur adalah dinding yang memisahkan antara dunia dan akhirat. Di dalam Al-Qur’an kata “barzakh” disebut di tiga ayat, yaitu Al-Mu’minuun: 100, Al-Furqaan: 53, dan Ar-Rahmaan: 20. Barzakh yang bermakna kubur terdapat pada surat Al-Mu’minuun: 100. Allah swt. berfirman, “Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” Sedangkan surat Al-Qurqaan: 53 dan Ar-Rahmaan: 20 berkaitan dengan dinding pemisah antara dua lautan.

Allah swt. banyak menyebutkan tentang kubur di dalam Al-Qur’an baik secara eksplisit maupun implisit, begitu pula Rasulullah saw. di dalam haditsnya yang mulia. Firman Allah swt. tentang alam kubur:

“Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Al-Hajj: 7)

“Dan tidak sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Faathir: 22)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.” (Al-Mumtahanah: 13)

“Pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala.” (70:43)

“Kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur.” (’Abasa: 21)

“Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur.” (Al-’Aadiyat: 9)

“Sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (At-Takaatsur: 2)

“Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” (Al-Israa’: 52)

“Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo’akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (At-Taubah: 84)

“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (Al-Mu’minuun: 16)

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?” (An-Naml: 67)

“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (az-Zukhruuf: 11)

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang dari kamu berada dalam keadaan tasyahhud, maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa: yang bermaksud: Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksaan Neraka Jahannam, dari siksa Kubur, dari fitnah semasa hidup dan selepas mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal.”

Dalam Lu’lu’ wal Marjan hadits no. 1822 - 1826 disebutkan sabda Nabi saw., “Sesungguhnya seorang jika mati, diperlihatkan kepadanya tempatnya tiap pagi dan sore. Jika ahli surga, maka diperlihatkan surga, dan bila ia ahli nereka (maka diperlihatkan neraka). Maka diberitahu: Itulah tempatmu kelak jika Allah membangkitkanmu di hari kiamat.” (Bukhari dan Muslim)

“Nabi saw. keluar ketika matahari hampir terbenam, lalu beliau mendengar suara, maka bersabda: Orang Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya.” (Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan dalam kuburnya dan ditinggal oleh kawan-kawannya, maka didatangi dua malaikat, lalu mendudukannya keduanya dan menanyakan: Apakah pendapatmu terhadap orang itu (Muhammad saw.)? Adapun orang beriman maka menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan utusanNya.’ Lalu diberitahu: Lihatlah tempatmu di api neraka, Allah telah mengganti untukmu tempat di sorga, lalu dapat melihat keduanya.” (Bukhari dan Muslim)

“Seorang mukmin jika didudukkan dalam kuburnya, didatangi dua malaikat, kemudian dia mengucapkan, ‘Asyhadu an laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah’ maka itulah arti firman Allah, ‘Allah akan menetapkan orang yang beriman dengan kalimat yang kokoh (Ibrahim: 27)’.” (Bukhari dan Muslim)

“Ketika selesai Perang Badr, Nabi saw. menyuruh supaya melemparkan dua puluh empat tokoh Quraisy dalam satu sumur di Badr yang sudah rusak. Dan biasanya Nabi saw. jika menang pada suatu kaum maka tinggal di lapangan selama tiga hari, dan pada hari ketiga seusai Perang Badr itu, Nabi saw. menyuruh mempersiapkan kendaraannya, dan ketika sudah selesai beliau berjalan dan diikuti oleh sahabatnya, yang mengira Nabi akan berhajat. Tiba-tiba beliau berdiri di tepi sumur lalu memanggil nama-nama tokoh-tokoh Quraisy itu: Ya Fulan bin Fulan, ya Fulan bin Fulan, apakah kalian suka sekiranya kalian taat kepada Allah dan Rasulullah, sebab kami telah merasakan apa yang dijanjikan Tuhan kami itu benar, apakah kalian juga merasakan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar? Maka Nabi ditegur oleh Umar: Ya Rasulallah, mengapakah engkau bicara dengan jasad yang tidak bernyawa? Jawab Nabi: Demi Allah yang jiwaku di TanganNya, kalian tidak lebih mendengar terhadap suaraku ini dari mereka.” (Bukhari dan Muslim)

sumber : tim dakwatuna.com



AddThis Social Bookmark Button






Rahasia Kematian dan Kehidupan

Kematian adalah perjalanan yang pasti dilalui oleh semua manusia. Mereka tidak bisa menghindarinya. Allah swt berfirman: “
Tiap-tiap yang berjiwa pasti mati…” (QS 3:185).

Perjalanan yang pasti dilalui itu mengisyaratkan kepada kita bahwa diri kita diselimuti berbagai rahasia dan misteri. Sampai hari ini, ilmu pengetahuan belum dapat memahami esensi kehidupan dan kematian.
Allah swt menisbatkan mati dan hidup kepada Diri-Nya dalam berbagai ayat Al-Quran Al-Karim:
“Yang menjadikan mati dan hidup…” (QS 67:2).
“Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan…” (QS 40:68).

Ilmu pengetahuan sampai saat ini belum dapat membedakan secara akurat antara sel-sel hidup dan sel-sel mati. Sel-sel hidup membangkitkan kegiatan kehidupan, sedangkan sel-sel kematian tidak mampu membangkitkannya; tetapi secara lahiriah perbedaan itu tidak dapat diketahui sebabnya. Padahal sebenarnya kedua jenis sel itu sama materi dan strukturnya. Keduanya terdiri atas kalsium, ferum, dan hidrogen. Hanya saja sel-sel hidup mampu membangkitkan kegiatan yang dahsyat yang tidak mampu dilakukan oleh sel-sel mati. Sel-sel hidup itu pun tidak akan mati sampai terhentinya kegiatan kehidupan yang didukungnya. Anehnya, ketika kehidupan terhenti sel-sel itu juga tidak berkurang strukturnya sama sekali.

Surat kabar Iththila’at di Iran, edisi 10160, pernah menulis tentang komentar pertemuan ilmiah yang diadakan untuk mengkaji seputar masalah tersebut:

“Setelah seribu tahun yang akan datang, manusia akan dapat mengungkapkan misteri kehidupan, tetapi bukan berarti bahwa manusia akan dapat menciptakan lalat, serangga, ataupun sel-sel hidup. Objek kajian seperti itu ditegaskan oleh para ilmuwan pada seminar dengan topik Darwin. Pada akhir seminar itu, seorang profesor dari Amerika, Hans, mengumumkan bahwa pada seribu tahun yang akan datang, para ilmuwan akan dapat mencurahkan perhatiannya untuk mengungkap misteri kehidupan.”

Dari ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa persoalan mati dan hidup berada di luar kekuasaan manusia. Setiap manusia pasti mati pada suatu saat nanti. Yang bisa dilakukan oleh ilmu pengetahuan hanyalah menjauhkan sebagian sebab-sebab kematian dari manusia. Misalnya, penemuan berbagai bakteri penyakit, serum yang dapat menjaga dan menolak penyakit, perkembangan ilmu kedokteran dan ilmu bedah, serta pembasmian penyakit menular dan sebagainya.

Ada juga upaya-upaya yang bagus untuk menghilangkan ketuaan pada diri seseorang dan memanjangkan umur manusia sebatas yang bisa dilakukan. Sayangnya, setiap kajian yang dilakukan untuk memperpanjang umur manusia hanya berkisar pada pencegahan penyakit dan pengobatannya, baik yang menyangkut penyakit saraf maupun penyakit jiwa. Akan tetapi, semua kajian itu sama sekali tidak dapat mengusik-usik pengaruh perilaku manusia terhadap panjang umurnya, atau pengaruh dosa terhadap berkurangnya umur. Semua itu kembali kepada perilaku ilmu pengetahuan itu sendiri yang membatasi dirinya hanya pada tabung-tabung penelitian, kajian sebab-akibat yang sifatnya material, dan mengabaikan semua hal yang tidak masuk ke dalam kerangka inderawi dan percobaan yang berdasarkan sebab-akibat tersebut. Akibat kerangka pemikiran yang sempit itu, hubungan sebab-akibat yang non-material tidak dapat dipahami dan tidak masuk akal. Misalnya, hubungan antara kebohongan dan memutuskan silaturahim dengan berkurangnya umur. Begitu pula hubungan antara kejujuran dan silaturahim dengan panjangnya umur.

Hubungan sebab-akibat seperti itu tidak mungkin masuk dalam kerangka uji-coba penelitian material, karena hubungan tersebut berkaitan dengan hal-hal gaib yang disampaikan kepada kita melalui hadis-hadis yang bersumber dari wahyu Ilahi.

Patut disebutkan juga di sini bahwa para ilmuwan mengakui kesempitan jangkauan ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari kerangka inderawi dan percobaan sebab-akibat material. Mereka menyatakan bahwa dunia yang mereka ketahui melalui indera dan percobaan berdasarkan sebab-akibat materialistik adalah kecil, bahkan sangat kecil dibandingkan dengan alam lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Sayangnya esensi alam itu belum bisa dijangkau oleh berbagai uji coba tersebut.

Maurice Materlink, seorang ilmuwan Eropa, yang dikatakan sebagai Socrates-nya zaman modern ini walaupun nilainya masih jauh di bawah Socrates sendiri, ia mengatakan: “Saya ingin mengulangi perkataan saya lagi bahwasanya saya tidak mengetahui sesuatu pun. Saya ulangi sekali lagi bahwa tidak ada seorang pun yang mengetahui sesuatu. Jika ada seseorang yang mengetahui sesuatu pasti dia akan memberitahukannya kepada manusia yang lain, dan semua orang pasti mengetahui dirinya serta memahami rahasia penciptaan alam ini. Dari sini dapat kita pahami bahwa rahasia penciptaan, rahasia-rahasia alam semesta dan akhirnya, hanyalah Tnerupakan hasil rekaan yang terbersit dalam benak kita. Atas dasar itu, kita membangun teori-teori yang berkaitan dengan masalah tersebut, di mana teori-teori tersebut akan terus dipakai selama belum diketahui adanya kekurangan dalam teori itu. Apa yang saya katakan tentang persoalan ini pun adalah hasil pemikiran saya sendiri dan saya pun tidak mengklaim bahwa yang saya katakan adalah benar. Jika ada seseorang di dunia ini yang mengakui kebenaran perkataannya mengenai rahasia penciptaan alam ini, maka kita perlu melihat sejauh mana kebenaran pengakuannya.” (Dunya Dekar, hlm 5)

Arbery, seorang ilmuwan Inggris, mengatakan:
“Pengetahuan kita bagaikan setetes air dan ketidaktahuan kita bagaikan samuderanya. Setiap kali tetes air itu membesar, maka setiap kali itu pula samudera akan semakin membesar. Boleh jadi generasi-generasi terdahulu telah mengalami kemajuan dalam dunia ilmu pengetahuan dan bisa menyingkap rahasia-rahasia alam ini yang barn, akan tetapi sangat menyedihkan, bahwa kita sekarang ini mesti mengakui keticlaktahuan kita mengenai rahasia wujud ini, misteri kehidupan dan kematian, filsafat penciptaan, dan lain-lain. Begitu pula misteri yang belum terungkap oleh ilmu pengetahuan sekarang ini.
Mengapa kita semakin jauh? Sekarang ini, kita tidak mengetahui siapa diri kita sendiri, dan tidak mengetahui keterkaitan antara diri kita dengan alam semesta. Tidak ada yang mengetahui dari mana kita datang clan hendak ke mana kita pergi setelah kita mati. Me¬mang kita tidak mengetahui apa-apa dan terpaksa meletakkan tanda tanya besar di hadapan semua itu…” (Dar Jistajwi Khusybakhte, hlm 221)

Ilmuwan terkenal, Plamarbon mengatakan:
“Saya melihat dan berpikir, tetapi apa yang disebut dengan aktivitas berpikir? Tidak seorang pun dapat memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Saya berjalan, dan apakah sebenarnya hakikat perbuatan otot-otot ini? Tidak seorang pun dapat mengetahuinya. Kehendakku adalah kekuatan, tetapi kekuatan yang immaterial. Bahkan semua keistimewaanku yang bersifat ruhani adalah immaterial. Aku dapat mengangkat tanganku kapan pun kuinginkan. Keinginanku itu dapat menggerakkan sisi materi dari bagian tubuh saya. Lalu apakah hakikat peristiwa ini? Lalu apakah yang menjadi perantara antara kekuatan immaterial dan gerakan tubuh yang material ini?
Tidak seorang pun dapat memberikan jawaban atas pertanyaan ini. Katakanlah kepada saya: “Bagaimanakah caranya saraf-saraf penglihatan memindahkan gambar dari luar ke pikiran? Lalu apakah hakikat pikiran itu? Bagaimana hasil itu dapat dicapai? Dan di mana tempatnya? Lalu bagaimanakah cara kerja otak kita? Saya dapat melontarkan pertanyaan seperti itu sampai sepuluh tahun yang akan datang. Tetapi tidak seorang ilmuwan pun yang sanggup memberikan jawaban memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.” (Irthibath Insan va Jahan, hlm. 20-23)

Oliver Lag, seorang ilmuwan Barat terkenal, mengatakan:
“Apa yang kita ketahui sungguh sangat sedikit sekali dibandingkan dengan apa yang tidak kita ketahui. Sebagian ilmuwan mengulang-ulang ungkapan tersebut tanpa keyakinan, tetapi saya mengatakannya penuh keyakinan dan keimanan.” (Irthibath Insan va Jahan, hlm 23)

Banyak lagi pengakuan-pengakuan lain mengenai kekurangan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Kita menganggap cukup untuk mengutip pernyataan dari para ilmuwan Barat. Kita kutipkan di sini pernyataan dari ilmuwan Timur, Abu Ali ibn Sina yang banyak mengucapkan kata-kata ini menjelang ajalnya:
“Kita mati tetapi kita tidak membawa hasil apa-apa kecuali kita mengetahui bahwa kita tidak punya ilmu apa-apa.”

Anehnya, kita melihat bahwa di samping pengakuan-pengakuan dari para ilmuwan tersebut, kita juga melihat ilmuwan yang mengeluarkan pernyataan dengan penuh keluguan dan kepolosannya yang sama sekali tidak mempercayai segala sesuatu di alam semesta yang tidak masuk di akal mereka, dan dengan tegas mengingkari segala sesuatu yang tidak bisa mereka buktikan dalam tabung-tabung penelitian, dan laboratorium-laboratorium bedah mereka.

Dituturkan dari orang bijak, Budzarjamhar, bahwa ada seorang perempuan yang mendatanginya lalu mengajukan pertanyaan kepadanya. Dia menjawabnya tidak tahu.
Perempuan itu mengatakan: “Sungguh keterlaluan, sang raja telah memberi Anda sejumlah harta kekayaan setiap bulan, tetapi Anda tidak dapat memberikan pertanyaan yang saya ajukan.”
Budzarjamhar yang bijak menjawab: “Sesungguhnya sang raja memberikan sejumlah harta ini atas pengetahuan yang kumiliki, dan jika dia hendak memberikan imbalan atas hal-hal yang tidak kuketahui, niscaya dia tidak akan mampu memberikannya meskipun ia memberikan harta kekayaan yang ada di gudangnya.”(Al-Kasykul 3: 310)

Bagaimanapun, semua ilmuwan sepakat mengenai keterbatasan ilmu pengetahuan manusia. Dan memang begitulah yang ditegaskan oleh Al-Quran:
“…Tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS 17:85).

Kita mengetahui bahwa sesungguhnya Allah swt memilih para nabi untuk diutus kepada manusia agar menjelaskan kepada mereka jalan kebahagiaan, dan menunjukkan kepada mereka kebaikan, serta menjauhkan mereka dari malapetaka yang timbul di dalam masyarakat manusia karena berbagai sebab. Tindakan seperti itu dilakukan, karena ketidaktahuan umat manusia mengenai detail dan dimensi hal-hal yang membahayakan dan menguntungkannya. Oleh karena itu, manusia akan menghadapi berbagai macam kesulitan dan kerusakan jika dia menjauhi petunjuk para nabi. Dan begitu pula sebaliknya, mereka akan meraih berbagai mkmat dan kebahagiaan yang hakiki bila mengikuti petunjuk para nabi. Nash-nash berikut ini menegaskan tentang adanya keterkaitan tersebut.

“Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri…” (QS 42:30).
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia….” (QS 40:42).

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Jauhilah melakukan dosa, tidak ada bencana, kekurangan rizki kecuali karena dosa, sampai pun mencakar, melukai hati, dan mencelakakan orang.” (Khishal Al-Shaduq 2:616)

Imam Ja`far Al-Shadiq (sa) berkata: “orang yang mati karena dosanya adalah lebih banyak dibanding orang yang mati karena memang ajalnya sudah tiba.” (Bihar Al-Anwar 5:140)

Dari hadis yang lain, juga diriwayatkan darinya: “Ketahuilah bahwa tidak ada satu bau badan yang keluar, cacat, sakit kepala, dan penyakit yang lain hinggap pada manusia kecuali karena dosa yang dilakukannya.” (Ushul Al-Kafi 3: 370)

Itulah uraian yang berkaitan dengan pengaruh dosa yang dilakukan oleh manusia. Adapun hal-hal yang ada kaitannya dengan pengaruh amal kebaikan terhadap kebahagiaan manusia, Imam Ja`far Al-Shadiq (sa) berkata:

“Orang yang dapat hidup dengan kebaikan yang dilakukannya adalah lebih banyak daripada orang yang hidup karena jatah umurnya.” (Bihar Al-Anwar 73: 354)

Beliau juga mengatakan: “orang yang hidup dengan kebaikan mereka jumlahnya lebih banyak ketimbang orang yang dapat hidup karena memang iatah umurnya. Dan orang yang mati karena dosanya adalah lebih banyak dibandingkan dengan orang yang mati karena memang ajalnya sudah tiba.” (Biharul Anwar 5:140)

Persoalan ini berkaitan erat dengan keyakinan terhadap konsep Al-Bada’. Berdasarkan riwayat-riwayat tersebut tampak bahwa manusia memiliki dua macam ajal. Pertama, ajal yang pasti (hatmiy) bila kematian manusia telah betul-betul tiba, dan dia tidak bisa menghindar darinya, dan kedua, ajal yang ditangguhkan (mawquf) atau bersyarat (mu’allaq), di mana ajal dapat ditunda dengan berdoa atau bersedekah.

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata kepada Muhammad bin Muslim: “Maukah kamu kuberitahu sesuatu yang mengandung kesembuhan dari segala macam penyakit sampai kepada rasa kejenuhan?” Muhammad menjawab: “Ya,” kemudian Imam Al-Baqir (sa) menjawab: “Itu adalah doa.” (Falah Al-Sail, hlm 28)

Bahkan, takdir-takdir kita yang lain pun banyak yang mirip bentuknya dengan hal di atas, yaitu diubahnya takdir kita akibat amal perbuatan yang kita lakukan.
Hamran, salah seorang sahabat Imam Muhammad Al-Baqir (sa) pernah mengatakan kepadanya bahwa dia pernah bertanya kepada beliau tentang firman Allah:
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi satu ajal yang ditentukan yang ada pada sisi-Nya…” (QS 6:2).
Imam Al-Baqir mengatakan: “Yaitu dua ajal. Pertama, aial yang pasti yang telah dijatuhkan temponya (hatmiy) dan ajal yang ditangguhkan.” (Ushul Al-Kafi 1: bab Al-Bada’)

Ada juga riwayat-riwayat lain yang mengandung makna yang sama dengan riwayat tersebut, dan juga merupakan penafsiran dari ayat itu, yang berasal dari para imam Ahlul Bayt Nabi saw.

Sehubungan dengan masalah ini, banyak sekali kisah yang bersumber dari riwayat-riwayat dari Ahlul bait Nabi saw, yang semuanya dipenuhi dengan pelajaran tentang persoalan ini. (disarikan dari kitab Iqab Adz-Dzunub)

Oleh: Syamsuri Rifai
ABgroup Corporate



AddThis Social Bookmark Button






Pertanyaan-pertanyaan Penyempurna Iman

Apakah Anda selalu shalat shubuh berjama'ah di masjid setiap hari ?

Apakah Anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid ?

Apakah Anda hari ini membaca Al-Qur'an ?

Apakah Anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib ?

Apakah Anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib ?

Apakah Anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang Anda baca ?

Apakah Anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur ?

Apakah Anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya ?

Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan Anda ke dalam Surga ? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata : "Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".

Apakah Anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali ? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata : "Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya : "Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata : "Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata : "Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).

Apakah Anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?

Apakah Anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik ?

Apakah Anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau ?

Apakah Anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ?

Apakah Anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari ?

Apakah Anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pent) ?

Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid ? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya : "Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).

Apakah Anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati Anda atas agama-Nya ?

Apakah Anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab ?

Apakah Anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama ? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar -pent).

Apakah Anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah ? Karena setiap mendo'akan mereka Anda akan mendapat kebajikan pula.

Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya -pent) atas nikmat Islam ?

Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya ?

Apakah Anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya ?

Apakah Anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja ?

Apakah Anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri ?

Apakah Anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala ?

Apakah Anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri Anda ?

Apakah Anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua ?

Apakah Anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah ?

Apakah Anda hari ini mengucapkan do'a ini : "Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).

Apakah Anda berbuat baik kepada tetangga ?

Apakah Anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki ?

Apakah Anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya ?

Apakah Anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian ?

Apakah Anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan ?

Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz, disebarluaskan oleh Aminuddin Imam Muhayi, assunnah



AddThis Social Bookmark Button






Hikayat Orang-orang Yang Dicabut Nyawanya (3)

Diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih. Dia adalah seorang pendeta Yahudi yang kemudian masuk Islam. Diceritakan bahwa pada suatu hari seorang raja yang agung ingin berkuda ke seluruh pelosok kerajaannya agar masyarakat melihat kehebatan dan keindahannya. Raja itu memerintahkan para pejabat, pengawal dan pembesar kerajaan untuk menyiapkan tunggangan agar masyarakat melihat kekuasaannya. Dia juga
menyuruh mereka untuk menyediakan pakaian kebesarannya. Dia memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan kuda pilihan yang kuat. Dia memilih kuda yang tercepat larinya, yang diberi nama as-Sabak.
Dia memacu kuda itu didepan pasukan. Dia merasa bangga dengan kehebatan dan kekuasaannya.

Datanglah Iblis. Iblis meletakkan mulutnya pada telinganya dan meniupkan perasaan sombong pada raja itu. Maka berkatalah raja itu, "Siapa yang dapat menyamaiku didunia ini?"

Dia memacu kudanya dengan sombong dan merasa bangga dengan kudanya itu. Dia tidak melihat kepada seorangpun karena perasaan hebat dan sombongnya, serta perasaan ujub dan bangganya. Tiba-tiba dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang berpakaian compang camping. Orang itu memberi salam kepada sang raja, tetapi raja itu tidak membalas salamnya. Orang itu kemudian memegang tali kekang kuda sang raja. Kemudian raja itu berkata: "Lepaskan tanganmu dari tali kekang kuda ini. Engkau tidak tahu tali kekang kuda siapa yang engkau pegang!" Orang itu berkata, "Aku mempunyai keperluan denganmu".
Raja berkata, "Sabarlah, tunggu aku turun".
Orang itu berkata, "Keperluanku adalah saat ini juga, bukan saat engkau turun dari kudamu".
Raja berkata, "Katakan, apa keperluannya! "
Orang itu berkata, "Ini rahasia. Aku tidak akan mengatakannya kecuali ke telingamu".
Raja menyodorkan telinganya kepada orang itu. Orang itu berkata, "Aku Malaikat Maut. Aku hendak mencabut nyawamu".
Raja berkata, "Tangguhkanlah sampai aku pulang ke rumahku, berpamitan kepada anak istriku".
Orang itu berkata, "Tidak, engkau tidak akan melihat mereka lagi untuk selamanya karena jatah umurmu sudah habis".
Maka, Malaikat Maut pun mengambil nyawanya. Pada waktu itu sang raja sedang duduk diatas kuda kebanggaannya" .

Malaikat Maut pergi dari sana, kemudian mendatangi seorang laki-laki soleh yang diridhai Allah. Malaikat mengucapkan salam. Laki-laki itu membalas salamnya. Malaikat berkata, "Aku mempunyai keperluan denganmu dan ini rahasia."
Laki-laki salih itu berkata, "Katakanlah keperluanmu di telingaku".
Malaikat berkata, "Aku adalah Malaikat Maut".
Laki-laki itu berkata, "Selamat datang, segala puji bagi Allah atas kedatanganmu karena sesungguhnya aku banyak mendekatkan diri untuk menyambut kedatanganmu. Aku merasa terlalu lama menunggumu. Aku sangat merindukan kedatanganmu" .
Malaikat berkata, "Jika engkau mempunyai urusan selesaikanlah dahulu".
Laki-laki itu berkata, "Tidak ada urusan yang lebih penting daripada saat bertemu dengan Rabbku Azza wa Jalla".
Malaikat berkata, "Cara seperti apa yang engkau sukai ketika aku mencabut nyawamu? Aku diperintahkan mencabut nyawamu dengan cara yang engkau pilih dan engkau inginkan".
Laki-laki itu berkata, "Ijinkanlah aku mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Ketika aku sujud, cabutlah nyawaku. Maka, Mlaikat Maut melakukan permintaan orang itu dan mengirimnya kepada rahmat Allah Jalla wa `Ala".


Sumber : Buku "ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali - Karya
Imam Al-Ghazali.



AddThis Social Bookmark Button







Hikayat Orang-orang Yang Dicabut Nyawanya (2)

Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi Sulaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, "Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang masuk tadi?"Nabi Sulaman menjawab, "Malaikat Maut".Laki-laki itu berkata, "Aku takut Malaikat maut hendak mencabut nyawaku.
Oleh karena itu aku akan menghindar darinya."Nabi Sulaiman berkata, "Bagaimana caramu menghindar darinya?"Laki-laki itu menjawab, "Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku. "Nabi Sulaiman menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju.
Malaikat Maut kembali dan menemui Nabi Sulaiman. Kemudian Nabi Sulaiman bertanya kepada Malaikat Maut, "Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?"Malaikat Maut berkata, "Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir Allah SWT.
Sumber : Buku "ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali - Karya Imam Al-Ghazali.
ABgroup Corporate



AddThis Social Bookmark Button


Hikayat Orang-orang Yang Dicabut Nyawanya (1)

Yazid ar-Ruqasyi bertutur sebagai berikut:Pada masa Bani Israil ada seorang penguasa. Pada suatu hari ia duduk disinggasananya. Tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki masuk melalui pintu rumahnya. Orang itu bertampang keji dan berbadan besar. Penguasa itu sangat ketakutan. Dia khawatir laki-laki itu akan menyerangnya. Wajahnya pucat pasi dan berkata, "Siapakah engkau? Siapa yang telah menyuruhmu masuk kerumahku."Laki-laki itu berkata, "Pemilik rumah ini yang menyuruhku kesini.
Tidak ada dinding yang dapat menghalangiku. Aku tidak memerlukan izin untuk masuk kemanapun. Aku tidak takut oleh kekuasaan para sultan. Aku tidak merasa takut oleh penguasa. Tidak ada seorangpun yang dapat lari dari jangkauanku. "Ketika mendengar perkataan orang itu, wajahnya menjadi pucat pasi dan badannya menggigil, dan ia berkata, "Apakah engkau Malaikat Maut?"Orang itu menjawab, "Benar."Penguasa berkata, "Aku bersumpah demi Allah, berilah aku penangguhan satu hari saja agar aku dapat bertobat dari segala dosaku. Aku akan memohon keringanan dari Tuhanku.
Aku akan mengimfaqkan harta benda yang aku miliki dan aku simpan hingga tidak terbebani oleh azab akibat harta itu, diakhirat kelak."Malaikat berkata, "Bagaimana aku dapat menangguhkan padahal umurmu sudah habis, dan waktu sudah ditetapkan secara tertulis."Penguasa itu berkata, "Tangguhkanlah sesaat saja."Malaikat berkata, "Sesungguhnya jangka waktu itu telah diberikan tetapi engkau lalai dan menyia-nyiakannya. Jatah nafasmu sudah habis, tidak tersisa satu nafaspun untukmu."Dia berkata, "Siapa yang akan menyertaiku jika engkau membawaku keliang kubur?"Malaikat berkata, "Tidak ada yang menyertaimu kecuali amalmu."Dia berkata, "Aku tidak mempunyai amal kebaikan."Malaikat berkata, "Jika demikian, neraka dan murka Tuhan adalah tempat yang layak untukmu."Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawanya sehingga dia terjatuh dari singgasananya. Terjadilah kegaduhan diseluruh kerajaan. Jika orang-orang mengetahui apa yang terjadi pada penguasa itu, yaitu murka Allah, pastilah tangisnya dan ratapan mereka akan lebih keras lagi.

Sumber : Buku "ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali - Karya Imam Al-Ghazali.

ABgroup Corporate

http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/ http://www.1st-weddinginfo.blogspot.com/




AddThis Social Bookmark Button




Manfaat Mengingat Kematian

Ketahuilah wahai penguasa dunia, bahwa manusia itu terdiri dari dua golongan: satu golongan yang memandang perkara dunia dan berangan-angan memiliki umur panjang. Golongan kedua adalah golongan orang-orang berakal yang menjadikan kematian sebagai cermin untuk melihat kemana tempat mereka kembali, bagaimana keluar dari dunia dengan keimanan yang tetap selamat. Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka bawa dari dunia untuk bekal alam kubur mereka.
Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka tinggalkan untuk musuh-musuh mereka bencana dan siksaan.Pemikiran ini wajib dimiliki oleh manusia, lebih-lebih lagi bagi para penguasa dan pemilik dunia, karena mereka paling banyak membuat cemas hati manusia. Mereka memberikan budak-budak mereka kepada orang lain dengan cara yang jahat. Mereka membuat khawatir manusia dan membuat takut hati manusia. Sesungguhnya disisi Allah SWT terdapat seorang pengawal yang namanya Izra'il. Tidak ada tempat sembunyi bagi siapapun bagi kedatangannya. Semua pembantu kerajaan meminta upah berupa emas, perak, dan makanan, sedangkan pembantu yang ini (Izra'il) tidak meminta upah kecuali nyawa.
Semua wakil Sultan memerlukan syafaat, sedangkan wakil ini (Izra'il) tidak memerlukan syafaat. Semua wakil suka menangguh-nangguhkan tugasnya mungkin sehari, semalam, atau sejam, sedangkan wakil ini tidak pernah menangguhkan tugasnya satu hembusan nafaspun.Ketahuilah, bahwa orang-orang yang lalai dan tertipu tidak suka mendengarkan cerita-cerita tentang kematian karena mereka tidak ingin kehilangan perasaan cinta dunia dan kelezatan makanan dan minuman mereka .
Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa orang yang banyak mengingat mati dan gelapnya liang lahat, maka kuburnya seperti salah satu taman dari taman-taman surga. Sedangkan orang yang melupakan kematian dan lalai dari mengingatnya, maka kuburnya seperti salah satu jurang dari jurang-jurang neraka.Pada suatu hari Rasulullah sedang membahas pahala orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang terbunuh dalam medan perang melawan orang-orang kafir.
Kemudian Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah pahala mati syahid akan diperoleh oleh orang-orang yang tidak mati syahid?" Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang mengingat kematian dua puluh kali setiap hari, maka paha dan derajatnya sama dengan orang-orang yang mati syahid."Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah mengingat mati karena hal itu akan menghapus dosa dan menghilangkan perasaan cinta dunia dalam hatimu."Rasulullah SAW pernah ditanya, "Siapakah manusia yang paling berakal dan paling bijaksana?"Rasulullah SAW menjawab, "Orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian.
Sementara orang yang paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat."Siapa saja yang mengenal dunia sebagaimana yang telah kami uraikan dan senantiasa mengingat kematian dalam hatinya, maka urusan dunianya akan menjadi mudah. Hal itu juga akan menguatkan fondasi keimanannya, menumbuhkan dan menambahkan keimanan dalam hatinya, serta menumbuhkan cabang pohon keimanan yang ada padanya. Dia akan menemui Allah dengan keimanan yang kokoh.
Allah Yang Maha Sempurna Kekuasaan-Nya dan Maha Tinggi Perkataan-Nya, akan menerangi pandangan para penguasa dunia sehingga ia akan melihat hakikat segal;a sesuatu, bersungguh-sungguh dalam menggapai kehidupan akhirat, dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah serta makhluk-Nya.Sesungguhnya ditengah-tengah makhluk terdapat berjuta-juta rakyat jika diperlakukan dengan adil maka mereka akan memberikan syafaat.
Siapa saja dari kalangan orang-orang yang beriman, yang mendapatkan syafaat dari seluruh makhluk, maka pada Hari Kiamat dia akan selamat dari azab. Tetapi, jika dia menzalimi mereka, maka mereka semua akan memusuhinya. Urusannya akan hancur berantakkan. Jika pemberi syafaat menjadi musuhnya, maka urusannya akan menjadi tidak menentu.
Sumber : Buku "ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali -
Karya Imam Al-Ghazali.
ABgroup Corporate



AddThis Social Bookmark Button


;;