Tampilkan postingan dengan label Hidayah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hidayah. Tampilkan semua postingan
Allah Ridho Meski Orang Membenciku
0 komentar Diposting oleh ABgroup [Asikin Business Group] pada 15.02.00
Namanya At-Tin, mengingatkanku pada buah Tin yang sering dikutip Al-Quran. Aku mengenalnya 4 tahun yang lalu, ketika kami masih sama-sama bekerja di sebuah perusahaan batu bara di tengah belantara hutan Kalimantan.
Hidup ditengah-tengah hutan dan bekerja dengan mayoritas kaum adam, menjadikan alasan, mengapa kami berdua kemudian menjadi begitu akrab, seperti saudara sendiri. Banyak suka duka yang sering aku kerjakan bersama dia. Banyak hal membuat kami menjadi sangat dekat. Diantaranya; karena kami memiliki selera yang sama, dari pakaian, musik ataupun senang menonton film-film drama komedi. Kami sama-sama menyukai lagu-lagu glen fredly, atau sering memajang foto vokalis 'Ada Band', Donnie Cahyadi Sibarani, yang cakep dan banyak diburu cewek-cewek di dompet kami masing-masing.
Entahlah, pernah suatu hari kami bercanda, kalau diantara kami ada yang menikah, kami berdua akan mengenakan jilbab besar sebagai hadiahnya.
Seperti kata pepatah, setiap ada perjumpaan, pasti ada perpisahaan. Setelah beberapa bulan berteman begitu dekat, kami akhirnya berpisah jua. Kami bersepakat berpisah untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Aku pindah bekerja di perusahaan dekat dengan rumahku di kotaku, sementara ia pun begitu. Singkat cerita, aku sudah tak tau lagi kemana ia bekerja. Dan akupun tidak lagi menyimpan nomor hp-nya. Kami berdua benar-benar putus hubungan.
***
Hari berlalu begitu saja, dan aku menginjakkan kaki di kota Sengata, Kalimantan Timur, sebuah kota kecil nan tenang yang jauh dari keramaian kota. Aku kini sudah bekerja di dinas pemerintahan. Di sisa-sisa waktu luangku setelah bekerja aku gunakan untuk mengikuti beberapa pengajian di kota ini. Memang ini bukan kegiatan pertama kali. Semenjak mahasiswi, aku juga sering mengikuti pengajian. Namun kali ini agak lebih berbeda. Selain aku sudah tidak lagi ABG, aku sedikit lebih matang dan dewasa. Aku, kini menjali hidup baru.
Sebagai 'warga baru’ di kelompok pengajian, aku menjadi pusat perhatian para akhwat dan umahat yang telah lama menjadi jama'ah disini. Maklum, mayoritas diantara mereka adalah kaum bercadar. Diantara yang tidak memakai hanyalah aku dan beberapa akhwat saja. Umumnya, mereka yang tidak memakai adalah para pekerja, terutama pekerja di instansi pemerintahan.
Sore itu, adalah pertemuan kedua dari 2 kali kegiatan yang aku ikuti. Seorang wanita bercadar, tiba-tiba duduk mendekatiku. Aku agak menggeserkan tempat dudukku. Mungkin, dia ingin duduk di sebelahku.
Namun aku keliru, rupanya, dia sudah mengenalku. 'Rin..," sapanya. Tentusaja aku kaget. Sebab aku tak bisa mengenalinya, kecuali hanya kedua matanya. Tapi aku sangat kenal suara itu. Aku kenal dengan suara yang tak bisa menyebut fasih huruf "R", nama depanku itu. Aku juga mengenal dengan alis dan dua matanya meskipun masih tertutup cadar. Subhanalah, jeritku! Dia lantas membuka cadarnya di depanku, aku benar-benar terpenjat,..aku tak percaya,..dia tersenyum dihadapanku. Dia adalah At-Tin!
Ya Allah,..dia adalah temanku, temanku yang 4 tahun lalu sekamar denganku sewaktu kami masih bekerja di tengah hutan, temanku yang dulu 'hilang'. Dia yang sama seleranya denganku, dari cara berpakaian, sampai gaya hidupnya. Tapi siapa sangka, perubahan ini begitu cepat. Mungkin Allah memilihkan jalan lain untuknya dan juga mungkin untukku. Kini, wanita yang dulu adalah pengagum vokalis “Ada Band” Donnie Cahyadi Sibarani ini menggunakan cadar.
Kini, dia tidak lagi menggunakan make-up diwajahnya, tidak ada lagi keusilan yang dulu sering kami lakukan. Semua hilang tak berbekas. Namun karena Allah jua kami akhirnya bertemu lagi. Tapi dengan keadaan yang benar-benar berbeda. Aku masih tak percaya dan benar-benar tak menyangka.
At-Tin bercerita kepadaku, mengapa akhirnya dia sampai di sini, dikota ini. Di kota yang telah dipilihkan Allah untuk aku bertemu kembali dengannya. At-Tin, kini telah menikah dengan seorang pria yang sekarang bekerja di perusahaan batubara terbesar di sini, Dia sempat 1 tahun berada di pondok pesantren, karena orang tuanya tidak setuju dengan prinsipnya yang mengenakan cadar. 'Walaupun manusia telah menjauhiku, tapi bagiku ridha Allah itu lah yang terpenting,…," begitulah ungkapnya kepadaku.
“Kecantikan itu harus di tutupi, hanya untuk suami kita bisa berbagi. hanya untuk suami kita tampil cantik, '' tambah Tin kepadaku.
Begitulah cara Allah menunjukkan jalan dan hidayah pada hambanya. Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah mengirimnya untukku kembali.
Setelah pertemuan itu aku sering bertandang kerumahnya sepulang dari kerja. Kebetulan, suaminya baru pulang kerja jam 5 sore. Di sela-sela kesempatan itu, kami bisa bercerita apa saja kegiatan selama kami berpisah. Meski kini, sudah tidak ada lagi saling semir-menyemir rambut, tukar menukar foto artis, dan tidak ada lagi tukar-menukar baju seperti yang dulu kami lakukan di camp di tengah hutan.
Mungkin benar, ucapan adalah doa. Kami ingat kata-kata kami berdua dulu yang pernah mengatakan, “jika diantara kami berdua menikah, kami akan mengenakan jilbab besar..” Dan sekarang, semuanya terbukti.
Sepekan lalu dia berpamitan denganku, dia mengikuti suaminya pindah kerja di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. sekalian pulang ke 'kampung' halaman suaminya di Lubuk Linggau. Aku ingat dulu dia pernah bilang, “Sekali-kali tinggal di luar Kalimantan neng.” (dari dulu dia selalu memanggilku Oneng, katanya aku mirip Oneng di serial Bajuri, dan menurutnya aku ini cerewet dan agak telmi seperti Oneng).
Perpisahaan kedua ini membuat hatiku kembali sepi, karena baru saja Allah mengembalikan dia kepadaku, kini harus berpisah lagi. Namun aku sadar akan 'masa' di dunia ini. Setiap awal mesti ada akhir, setiap petemuan pasti ada perpisahaan, semua ada saatnya,..ada saatnya nanti aku akan bertemu lagi dengan dia.
"Tetap komunikasi dan berukhuwah ya neng,..tetap istiqomah ya jangan lupa selalu tawakkal apapun yang terjadi selalu ingat akan Allah," begitu pesan-pesannya via SMS. Aku selalu tersenyum jika membaca keluhan dia selama beradaptasi menjadi orang Sumatera. "Sabar, semua ada akhirnya, nanti juga kamu pasti bisa cocok dengan keadaan di sana, jalani aja," itulah jawaban yang sering aku sampaikan kepadanya.
“Suatu hari aku yakin kita pasti akan ketemu lagi, entah itu dimana di suatu tempat yang sudah dipilih Allah karena aku yakin Allah sedang mengatur pertemuan untuk kita,” tambahku.
Sungguh aku tidak pernah menyangka, saat-saat kami mencari ridho Ilahi, kami dipertemukan kembali. Walaupun aku dan dia sudah tidak menyimpan nomor hp dan tidak pernah berkomunikasi lagi, tapi dengan ijin Allah segalanya tidaklah sulit. Apalagi, kami berdua telah bertemu dalam kondisi berbeda dari sebelumnya. Kami bertemu dalam suasana baru dan dunia baru. Karena itulah, meski jauh, kami senantiasa tetap dekat. Semoga kami bisa tetap mempertahankan ukhuwah ini.
"Jangan ganti-ganti nomer lagi ya neng,.."Begitu pesan yang selalu aku baca darinya. Ya Tin, nomor ini akan aku pakai sampai akhir hayatku,” demikian kata batinku.
[Tulisan ini adalah cerita asli dari sang penulis. Dan diedit ulang www.hidayatullah.com]
ABgroup Corporate
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/ http://www.1st-WeddingInfo.blogspot.com/
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/ http://www.1st-WeddingInfo.blogspot.com/
Label: Hidayah
Berawal Benci, Berakhir Rindu
0 komentar Diposting oleh ABgroup [Asikin Business Group] pada 08.34.00
Ketika sesi tanya jawab dimulai, sang gadis itu mengangkat tangan, dan tanpa tersenyum menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan sebagian peserta ternganga, dan bahkan sebagian menyangka kalau saya akan tersinggung dengan pertanyaan-pertanyaan itu.
“If Muhammad is a true prophet, then why he robbed and killed?”, tanyanya dengan suara yang lembut tapi tegas. “Why he forced the Jews to leave their homes, while they have been settled in Madinah a long time before Muhammad was born?”, lanjutnya.
Sambil tersenyum saya balik bertanya, “Where did you get this information? I mean, which book did you read”. Dia kemudian memperlihatkan beberapa buku yang dibawanya, termasuk beberapa tulisan/artikel yang diambil dari berbagai sumber di internet. Saya meminta sebagian buku dan artikel tersebut, tapi justru saya tidak menanggapi pertanyaan-pertanyaannya.
Saya balik bertanya, “Where are you from and where do you live?”. Ternyata dia adalah gadis IOWA yang sekarang ini tinggal di Connecticut.
Sambil memperkenalkan diri lebih jauh saya memperhatikan “kejujuran” dan “inteligensia” gadis tersebut. Walaupun masih belum bisa memperlihatkan wajah persahabatan, tapi nampaknya dia adalah gadis apa adanya.
Dia seorang “saintis” yang bekerja di salah satu lembaga penelitian di New York. Tapi menurutnya lagi, dan sinilah baru nampak sedikit senyum, “I am an IOWAN girl”. Ketika saya tanya apa maksudnya, dia menjawab: “a very country girl”.
Oleh karena memang situasi tidak memungkin bagi saya untuk langsung berdebat dengannya perihal pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan, saya mengusulkan agar pertanyaan-pertanyaannya dikirimkan ke saya melalui email, untuk selanjuntnya bisa berdiskusi lewat email dan juga pada pertemuan berikutnya. Kelas sore itupun bubar, tapi pertanyaan-pertanyaan gadis IOWA ini terus menggelitik benak saya.
Di malam hari, saya buka email sebelum tidur sebagaimana biasa. Gadis IOWA ini pun memenuhi permintaan saya. Ia memperkenalkan diri sebagai Amanda. Ia mengirimkan email dengan lampiran 4 halaman penuh dengan pertanyaan-pertanyaan –khususunya-- mengenai Rasulullah SAW. Saya sekali lagi tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tapi mengajak untuk datang ke kelas Islamic Forum pada Sabtu berikutnya.
Ternyata, mungkin dia sadari sendiri bahwa beberapa peserta Forum pada Sabtu tadi kurang sreg dengan pertanyaan-pertanyaannya yang dianggap terlalu “polos dan tajam”. Maka dia mengusulkan kalau saya bisa menyediakan waktu khusus baginya untuk diskusi. Sayapun menerima usulan itu untuk berdiskusi dengannya setiap Kamis sore setelah jam kerja di Islamic Center.
Kita pun sepakat bertemu setiap jam 5:30 hingga 7:00 pm. Satu setengah jam menurut saya cukup untuk berdiskusi dengannnya.
Tanpa diduga, ternyata bulan Ramadhan juga telah tiba. Maka kedatangannya yang pertama untuk berdialog dengan saya terjadi pada Kamis ketiga bulan September 2006, di saat kita sedang bersiap-siap untuk berbuka puasa.
Dia datang, seperti biasa dengan berkerudung seadanya, tapi kali ini dengan sangat sopan, walau tetap dengan pandangan yang sepertinya curiga.
Kita memulai diskusi dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikirimkan lewat email itu. Ternyata, baru satu masalah yang didiskusikan, sesekali diselingi sedikit perdebatan yang emosional. Adzan buka puasa telah dikumandangkan. Maka dengan sopan saya minta izin Amanda untuk berbuka puasa, tapi tidak lupa menawarkan jika ingin bergabung dengan saya. Ternyata, Amanda senang untuk ikut makan sore (ikut buka) dan nampak menikmati hidangan itu.
Setelah berbuka puasa, karena harus mengisi ceramah, saya sampaikan ke Amanda bahwa diskusi kita akan dilanjutkan Kamis selanjutnya. Tapi jika masih berkenan hadir, saya mempesilahkan datang ke Forum hari Sabtu. Dia berjanji untuk datang.
Sabtu berikutnya, dia datang dengan wajah yang lebih ramah. Duduk nampak lebih tenang, tapi seolah masih berat untuk tersenyum. Padahal, diskusi saya itu terkadang penuh dengan candaan. Maklumlah, selain memang dimaksudkan untuk tidak menampilkan Islam dengan penuh “kaku” saya ingin menyampaikan ke mereka bahwa Muslim itu juga sama dengan manusia lain, bisa bercanda (yang baik), tersenyum, dan seterusnya.
Amanda nampak serius memperhatikan semua poin-poin yang saya jelaskan hari itu. Kebetulan kita membahas mengenai penciptaan Hawa dalam konteks Al-Qur’an. Intinya menjelaskan bagaimana proses penciptaan Hawa dalam prospektif sejarah, dan juga bagaimana Al-Qur’an mendudukkan Hawa dalam konteks “gender” yang ramai diperdebatkan saat ini. Keseriusan Amanda ini hampir menjadikan saya curiga bahwa dia sedang mencari-cari celah untuk menyampaikan pertanyaan yang menyerang.
Ternyata sangkaan saya itu salah. Kini Amanda sebelum menyampaikan pertanyaan justeru bertanya dulu, “Is it ok to ask this question?”. Biasanya dengan tegas saya sampaikan, “Nothing is to be hesitant to ask on any thing or any issue in Islam. You may ask any issue range from theological issues up to social ones”.
Amanda pun menanyakan beberapa pertanyaan mengenai wanita, tapi kali ini dengan sopan. Hijab, poligami, konsep “kekuasaan” (yang dia maksudkan adalah qawwamah), dll. Saya hampir tidak percaya, bagaimana Amanda paham semua itu. Dan terkadang dalam menyampaikan pertanyaan-pertanyaan itu disertai bukti-bukti yang didapatkan dari buku-buku --yang justeru-- ditulis oleh para ulama terdahulu.
Saya berusaha menjawab semua itu dengan argumentasi-argumentasi “aqliyah”, karena memang saya melihat Amanda adalah seseorang yang sangat rasional. Alhamdulillah, saya tidak tahu, apakah dia memang puas atau tidak, tapi yang pasti nampak Amanda mengangguk-anggukkan kepala.
Demikian beberapa kali pertemuan. Hingga tibalah hari Idul Fitri. Amanda ketika itu saya ajak untuk mengikuti “Open House” di rumah beberapa pejabat RI di kota New York.
Karena dia masih kerja, dia hanya sempat datang ke kediaman Wakil Dubes RI untuk PBB. Di sanalah, sambil menikmati makanan Indonesia, Amanda kembali menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tajam. “If Islam respects religious freedom, why Ahmadiyah in Indonesia is banned? Why Lia Aminuddin is arrested?”.
Saya justeru terkejut dengan informasi yang Amanda sampaikan. Saya pribadi tidak banyak membaca hal ini, dan tidak terlalu mempedulikan. Maka saya jelaskan, dalam semua Negara tentu ada peraturan-peraturan yang perlu dipatuhi. Ahmadiyah dan Lia Aminuddian, jelas saya, bukan mendirikan agama baru tapi mendistorsi agama Islam. Oleh karena mereka merusak agama yang diyakini oleh masyarakat Muslim banyak, pemerintah perlu menertibkan ini. Kelihatannya penjelasan saya kurang memuaskan, tapi diskusi kekudian berubah haluan kepada makanan dan tradisi halal bihalal.
Singat cerita, beberapa Minggu kemudian Amanda mengirimkan email dengan bunyi sebagai berikut, “I think I start having my faith in Islam”. Saya hanya mengatakan, “All is in God’s hands and yours. I am here to assist you to find the truth that you are looking for”. Cuma, Amanda mengatakan bahwa perjalanannya untuk belajar Islam ini akan mengambil masa yang panjang.
“When I do some thing, I do it with a commitment. And I truly want to know Islam”. Saya hanya menjawabnya, “Take you time, Amanda”.
Alhamdulillah, setelah mempelajari Islam hampir tujuh bulan, dan setelah membaca berbagai referensi, termasuk tafsir Fii Zilalil Qur’an (Inggris version) dan Tafhimul Qur’an (English), dan beberapa buku hadits, Amanda mulai serius mempelajari Islam.
Minggu lalu, ia mengirimkan email ke saya. Isinya begini, “I have decided a very big decision..and I think you know what I mean. I am very scared now. Do you have some words of wisdoms?”.
Saya menjawab, “Amanda, you have searched it, and now you found it. Why you have to be scared?. You believe in God, and God is there to take your hands. Be confident in what you believe in”.
Tiga hari lalu, Amanda mengirimkan kembali emailnya dan mengatakan bahwa dia berniat untuk secara formal mengucapkan “syahahat” pada hari Senin mendatang (tanggal 5 Maret 2007 kemarin). Saya bertanya, kenapa bukan hari Sabtu atau Ahad agar banyak teman-teman yang bisa mengikuti? Dia menjawab bahwa beberapa teman dekatnya hanya punya waktu hari Senin.
Alhamdulillah, disaksikan sekitar 10 teman-teman dekat Amanda (termasuk non Muslim), persis setelah adzan Magrib saya tuntun ia melafazkan “Asy-hadu an laa ilaaha illa Allah-wa asyhadu anna Muhammadan Rasul Allah”, diiringi pekik takbir dan tetesan airmata beberapa temannya yang ikut hadir. Amandapun melakukan shalat pertama sebagai Muslim sore itu diikuti dengan doa bersama semoga Allah menguatkan jalannya menuju ridho Ilahi.
Amanda, selamat dan semoga Allah SWT selalu menjagamu dan menjadikanmu “pejuang” kebenaran!
[www.hidayatullah.com]
New York, 6 Maret 2007
*) Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
New York, 6 Maret 2007
*) Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
ABgroup Corporate
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/ http://www.1st-WeddingInfo.blogspot.com/
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/ http://www.1st-WeddingInfo.blogspot.com/
Label: Hidayah
Batas Waktu 3 Bulan Untuk Suami
0 komentar Diposting oleh ABgroup [Asikin Business Group] pada 08.03.00
Dengan sedikit malu dan menundukkan muka, dia memulai percakapan dengan bertanya, “Apa hukumnya seorang Muslimah bersuamikan non Muslim? Dan apakah seorang wanita yang bersuamikan non Muslim bisa diterima menjadi Muslimah? Tentu saja saya terkejut dengan pertanyaan itu. Mulanya saya mengira bahwa sang wanita yang duduk di hadapan saya ini adalah seorang Muslimah, barangkali dari negara Balkan, Bosnia atau Kosovo.
Tapi setelah saya tanya, ternyata dia hanyalah seseorang yang baru menemukan Islam lewat internet (beberapa website Islam), dan kini secara bulat berniat untuk memeluk agama, yang menurutnya, the right way for her. Wanita muda itu bernama Jessica Mendosa. Kelahiran Albany, ibukota negara bagian New York dan kini tinggal di kota New York (New York City) sebagai mahasiswi di salah satu universitas di kota ini. Diapun baru menikah dengan suaminya sekitar 4 bulan yang lalu. Setelah berta’aruf lebih dekat barulah saya bertanya kepadanya: “Kenapa anda menanyakan tentang boleh tidaknya seorang Muslimah bersuamikan non Muslim? Dan kenapa pula Anda tanyakan apa diterima seorang wanita masuk ke dalam agama Islam jika bersuamikan non Muslim?”Dengan sedikit grogi atau malu, Jessica menjawab: “I am very much interested in Islam.
I have learned it many months”. Saya kemudian memotong: "Where did you learn Islam?” Dia menjawab: “throughn the internet (Islamic websites)”. Saya kemudian menanyakan apa hubungan antara keingin tahuan dia tantang Islam dan seorang wanita bersuamikan non Muslim. Maka dengan berat tapi cukup berani dia katakana: “I’ve learned Islam and I am sure this is the right way for me. I am willing to embrace Islam now. But I’ve a problem. I am a wife of a non Muslim”. Ketika saya tanyakan apakah suaminya tahu keinginannya tersebut? Dia menjawab: “yes, and he is very much hostile to my intention”.
Saya tidak langsung menjawab pertanyaannya karena saya yakin dia masih mencintai suami yang baru menikahinya sekitar 4 bulan silam. Saya justru menjelaskan kepadanya pokok-pokok keimanan dan Islam, khususnya makna berislam itu sendiri. Bahwa menerima Islam berarti bersedia menerima segala konsekwensi dari setiap hal yang terkait dengan ajarannya. “Islam is not only a bunch of ritual teachings, it’s a code of life,” jelasku. Dalam hal ini seseorang yang mengimani ajaran Islam dan dengan kesadarannya memeluk Islam berarti bersedia mengikuti ajaran-ajaran atau aturan-aturan yang mengikat.
Dan penerimaan inilah yang merupakan inti dari keislaman itu sendiri. Nampaknya Jessica mendengarkan penjelasan itu dengan seksama. Hampir tak pernah bergerak mendengarkan penjelasan-penjelasan mengenai berbagai hal, dari masalah-masalah akidah, ibadah, hingga kepada masalah-masalah mu’amalah, termasuk urgensi membangun rumah tangga yang Islami dalam rangka menjaga generasi Muslim masa depan. Ketika saya sampai kepada permasalahan pasangan suami isteri itulah, Jessica memberanikan diri menyelah: “But I am still in love with my husband whom I married to just 4 months ago”Saya juga terkejut dan kasihan dengan Jessica. Hatinya telah mantap untuk menjadi Muslimah. Bahkan menurutnya: “Nothing should prevent me to convert to Islam”. Tanpa terasa airmatanya nampak menetes. Saya ikut merasakan dilema yang dihadapinya. Saya kemudian menjelaskan perihal hukum nikah dalam Islam dan berbagai hal yang terkait, termasuk persyaratan bagi wanita Muslim untuk menikah hanya dengan pria Muslim. Penjelasan saya tentunya tidak bertumpu kepada nash atau berbagai opini ulama, tapi diserta dengan berbagai argumentasi “aqliyah” (rasional) sehingga dapat meyakinkan Jessica dalam hal ini.
Pada akhirnya, mau tidak mau, harus terjadi kompromi. Saya katakan, ketika anda sudah yakin bahwa inilah jalan hidup yang benar untuk anda ikuti, maka jangan sampai hal ini tersia-siakan. Namun di satu sisi saya perlu tegaskan bahwa sebagai Muslimah jika tetap bersuamikan non Muslim maka itu adalah sebuah pelanggaran terhadap hukum Islam. Untuk itu, setelah mempertimbangkan berbagai pertimbangan yang terkait, baik berdasarkan “masalih al mursalah” (manfaat-manfaat yang terkait) maupun realita-realita kehidupan di Amerika, serta yang paling penting adalah pengalaman-pengalaman mengislamkan selama ini, saya sampaikan kepada Jessica: “You may embrace Islam. But you have to find any possible way to convince your husband that you are not allowed to maintain this marriage if he insists to oppose Islam”. Dengan penjelasan terakhir ini Jessica nampak cerah, dan dengan tegas mengatakan: “I’ll give him a chance in 3 months. If he doesn’t want to follow my way, I will ask for a divorce”, katanya tanpa ragu. Saya katakan: “Hopefully people will not perceive that Islam separates between husbands and wives. But this is the rule and I have to tell you about it”. Oleh karena Islamic Center memang masih sepi, dengan hanya disaksikan dua orang Brothers, dengan diiriingi airmata, Jessica Mendosa mendeklarasikan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah”. Allahu Akbar wa lillah alhamd!Sabtu kemarin, Jessica telah resmi bergabung dengan kelas khusus yang dirancang untuk para muallaf “The Islamic Forum for new Muslims” di Islamic Cultural Center.
Saya terkejut, Jessica hadir di kelas itu seperti seorang Muslim yang telah lama mempelajari agama ini. Bersemangat menjawab setiap ada hal yang dipertanyakan oleh muallaf lainnya. Sayang saya belum sempat menanyakan perihal suaminya!, New York, 17 Juli 2006Jessica, Allah bless and further guide you!*)
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York.
Tulisan ini dimuat di www.hidayatullah.com
ABgroup Corporate
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/
Label: Cerita Bijak, Hidayah

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: “Perbaikan masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara:
Pertama: Perbaikan secara dzahir, yang dilakukan di pasar-pasar, di masjid-masjid dan selainnya dari perkara-perkara yang dzahir. Ini didominasi oleh lelaki, karena merekalah yang biasa tampil di depan umum.
Kedua: Perbaikan masyarakat yang dilakukan dari balik dinding/ tembok. Perbaikan seperti ini dilakukan di rumah-rumah dan secara umum hal ini diserahkan kepada kaum wanita. Karena wanita adalah pengatur dalam rumahnya sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang ditujukan ketika itu kepada para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
وَقَرْنَ فِي بُيُوْتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ إِنَّمَا يُرِيْدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Tetaplah kalian tinggal di rumah-rumah kalian dan jangan kalian bertabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyyah yang pertama. Tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah hanyalah berkehendak untuk menghilangkan dosa dari kalian wahai ahlul bait dan mensucikan kalian dengan sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)
Kami yakin setelah ini bahwasanya tidak salah bila kami katakan perbaikan setengah masyarakat itu atau bahkan mayoritasnya tergantung pada wanita dikarenakan dua sebab berikut ini:Pertama: Kaum wanita itu jumlahnya sama dengan kaum lelaki bahkan lebih banyak, yakni keturunan Adam mayoritasnya wanita sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh As-Sunnah An-Nabawiyyah. Akan tetapi hal ini tentunya berbeda antara satu negeri dengan negeri lain, satu zaman dengan zaman lain. Terkadang di satu negeri jumlah wanita lebih banyak daripada jumlah laki-laki dan terkadang di negeri lain justru sebaliknya. Sebagaimana di satu masa kaum wanita lebih banyak daripada laki-laki namun di masa lainnya justru sebaliknya, laki-laki lebih dominan. Apapun keadaannya wanita memiliki peran yang besar dalam memperbaiki masyarakat.
Kedua: Tumbuh dan berkembangnya satu generasi pada awalnya berada dalam asuhan wanita. Dengan ini jelaslah tentang kewajiban wanita dalam memperbaiki masyarakat.” (Daurul Mar’ah fi Ishlahil Mujtama’, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah)
Bila demikian keadaannya, apakah bisa diterima ucapan yang mengatakan bahwa wanita yang bekerja dalam rumahnya, berkhidmat pada keluarganya adalah pengangguran? Manakah yang hakekatnya lebih utama, lebih berhasil dan lebih bahagia, wanita yang tinggal di rumahnya, menjaga diri dan kehormatannya, melayani suami hingga keluarganya menjadi keluarga yang sakinah, penuh cinta dan kasih sayang, dan ia mengasuh anak-anaknya hingga tumbuh menjadi anak-anak yang berbakti dan berguna bagi masyarakatnya, ataukah seorang wanita yang sibuk mengejar karier di kantor bersaing dengan para lelaki, bercampur baur dengan mereka, sementara suami dan anak-anaknya ia serahkan pengurusannya kepada orang lain? Manakah yang lebih merasakan ketentraman dan ketenangan?
Hendaklah dipahami oleh para wanita bahwa pekerjaan berkhidmat pada keluarga merupakan satu ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pekerjaan di dalam rumahnya bukanlah semata-mata gerak tubuhnya, namun pekerjaan itu memiliki ruh yang bisa dirasakan oleh orang yang mengerti tujuan kehidupan dan rahasia terwujudnya insan. (Daurul Mar’ah, hal. 3)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا, وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, ia menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya maka ia akan masuk surga dari pintu surga mana saja ia inginkan”. (HR. Ahmad, 1/191. Dalam Adabuz Zifaf, hal. 182, Asy-Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits ini hasan atau shahih, ia memiliki banyak jalan.”)
Surga sebagai tempat yang sarat dengan kenikmatan yang kekal abadi dapat dimasuki seorang wanita yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Allah, menjaga kehormatan dirinya dan taat kepada suaminya, dan tentunya semua ini dilakukan oleh seorang wanita di dalam rumahnya.
Pekerjaan wanita di dalam rumah
Beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan wanita di dalam rumahnya, seperti:
Pertama: ibadah kepada Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Ummahatul Mukminin untuk berdiam di rumah mereka, Allah gandengkan perintah tersebut dengan perintah beribadah.
وَقَرْنَ فِي بُيُوْتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ اْلأُوْلَى وَأَقِمْنَ الصَّلاَةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُوْلَهُ
“Dan tetaplah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj seperti tabarrujnya orang-orang jahiliyyah yang terdahulu, tegaklah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Ahzab: 33)
Dengan menegakkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, akan sangat membantu seorang wanita untuk melaksanakan perannya dalam rumah tangga. Dan dengan ia melaksanakan ibadah disertai kekhusyuan dan ketenangan yang sempurna akan memberi dampak positif kepada orang-orang yang ada di dalam rumahnya, baik itu anak-anaknya ataupun selain mereka.
Kedua: Wanita berperan memberikan sakan (ketenangan dan ketenteraman) bagi suami dan juga bagi rumahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوْا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan (istri) dari diri-diri kalian agar kalian merasakan ketenangan padanya dan Dia menjadikan di antara kalian mawaddah dan rahmah…” (Ar-Rum: 21)
Seorang wanita tidak bisa menjadi sakan bagi suaminya sampai dia memahami hak dan kedudukan suami, kemudian ia melaksanakan hak-hak tersebut dalam rangka taat kepada Allah dengan penuh kesenangan dan keridhaan. Seorang wanita perlu mengetahui tentang besarnya hak suami terhadapnya, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud kepada suami.” (HR. Ahmad, 4/381. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5295 dan Irwa-ul Ghalil no. 1998)
Ketika suaminya telah meninggal pun ia diperintah untuk menahan dirinya dari berhias (ber-ihdad) selama 4 bulan 10 hari.
لاَ يَحِلُّ لامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى الْمَيِّتِ فَوْقَ ثَلاثٍ إلا عَلَى زَوْجٍ فَإِنَّهَا تُحِدُّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا
“Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berihdad atas mayit lebih dari tiga hari, kecuali bila yang meninggal itu adalah suaminya maka ia berihdad selama 4 bulan 10 hari.” (HR. Muslim no. 1486)
Seorang wanita bisa menjadi sakan bagi rumahnya bila ia menegakkan beberapa hal berikut ini:
1. Taat secara sempurna kepada suaminya dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah
Taat ini merupakan asas ketenangan karena suami sebagai qawwam (pemimpin) tidak akan bisa melaksanakan kepemimpinannya tanpa ketaatan. Dan ketaatan kepada suami ini lebih didahulukan daripada melakukan ibadah-ibadah sunnah.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يِحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَْنْ تَصُوْمَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
“Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat kecuali setelah mendapatkan izin suaminya.” (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
“Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat kecuali setelah mendapatkan izin suaminya.” (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Larangan ini menunjukkan keharaman, demikian diterangkan dengan jelas oleh orang-orang dalam madzhab kami.” (Syarah Shahih Muslim, 7/115). Hal ini merupakan pendapat jumhur ulama sebagaimana disebutkan dalam Fathul Bari (9/356).
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah juga memberikan alasan dalam hal ini: “Sebabnya adalah suami memiliki hak untuk istimta’ (bermesraan) dengan si istri sepanjang hari, haknya dalam hal ini wajib untuk segera ditunaikan sehingga jangan sampai hak ini luput ditunaikan karena si istri sedang melakukan ibadah sunnah ataupun ibadah yang wajib namun dapat ditunda.” (Syarah Shahih Muslim, 7/115)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan: “Hadits ini menunjukkan bahwa lebih ditekankan kepada istri untuk memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan yang hukumnya sunnah, karena hak suami itu wajib sementara menunaikan kewajiban lebih didahulukan daripada menunaikan perkara yang sunnah.” (Fathul Bari, 9/356)
“Wajib bagi wanita/ istri untuk taat kepada suaminya dalam perkara yang ia perintahkan dalam batasan kemampuannya, karena hal ini termasuk keutamaan yang Allah berikan kepada kaum lelaki di atas kaum wanita, sebagaimana dalam ayat:الرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلىَ النِّسَاءِ
“Kaum lelaki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.”dan ayat:وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan bagi kaum lelaki kedudukannya satu derajat di atas kaum wanita.”Hadits-hadits shahih yang ada memperkuat makna ini dan menjelaskan dengan terang apa yang akan diperoleh wanita dari kebaikan ataupun kejelekan bila ia mentaati suaminya atau mendurhakainya, demikian dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Adabuz Zifaf, hal. 175-176.
2. Mengerjakan pekerjaan rumah yang dibutuhkan dalam kehidupan keluarga seperti memasak, menjaga kebersihan, mencuci dan semisalnya.
Seorang wanita semestinya melakukan tugas-tugas di atas dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati dan kesadaran bahwa hal itu merupakan ibadah kepada Allah. Telah lewat teladan dari para sahabat dalam masalah ini. Mungkin kita masih ingat bagaimana kisah Fathimah bintu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menggiling gandum sendiri untuk membuat kue hingga membekaskan kapalan pada kedua tangannya. Ketika akhirnya ia meminta pembantu kepada ayahnya untuk meringankan pekerjaannya maka sang ayah yang mulia memberikan yang lebih baik bagi putri terkasih.ا
أَلاَ أَدُلُّكُمَا عَلَى خَيْرِ مِمَّا سَأَلْتُمَانِي؟ إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا فَكَبِّرَا اللهَ أَرْبَعًا وَثَلاثِيْنَ, وَاحْمَدَا ثَلاثًا وَثَلاثِيْنَ, وَسَبِّحَا ثَلاثًا وَثلاثِيْنَ, فَإِنَّ ذَلِكَ خَيْرٌ لَكُمَا مِمَّا سَأَلْتُمَاهُ
“Maukah aku tunjukkan yang lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu? Bila kalian berdua hendak berbaring di tempat tidur kalian, bertakbirlah 34 kali, bertahmidlah 33 kali dan bertasbihlah 33 kali. Maka yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada apa yang kalian minta.” (HR. Al-Bukhari no. 3113 dan Muslim no. 2727)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak mengingkari khidmat yang dilakukan putrinya dengan penuh kepayahan, padahal putrinya adalah wanita yang utama dan mulia. Bahkan beliau mengakui khidmat tersebut dan memberi hiburan kepada putrinya dengan perkara ibadah yang lebih baik daripada seorang pembantu.
3. Menjaga rahasia suami dan kehormatannya sehingga menumbuhkan kepercayaan suami secara penuh terhadapnya.
4. Menjaga harta suami.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ نِسَاءِ رَكِبْنَ اْلإِبِل صَالِحُ نِسَاءِ فُرَيْشٍ: أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صَغِيْرِهِ, وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ
“Sebaik-baik wanita penunggang unta, wanita Quraisy yang baik, adalah yang sangat penyayang terhadap anaknya ketika kecilnya dan sangat menjaga suami dalam apa yang ada di tangannya.” (HR. Al-Bukhari no. 5082 dan Muslim no. 2527).
Maksud sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: adalah wanita itu sangat menjaga dan memelihara harta suami dengan berbuat amanah dan tidak boros dalam membelanjakannya. (Fathul Bari, 9/152)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Hadits ini menunjukkan keutamaan sifat kasih sayang (dari seorang ibu), tarbiyah yang baik, mengurusi anak-anak, menjaga harta suami, mengurusi dan mengaturnya dengan cara yang baik.” (Fathul Bari, 9/152)
5. Bergaul dengan suami dengan cara yang baik.
Dengan memaafkan kesalahan suami bila ia bersalah, membuatnya ridha ketika ia marah, menunjukkan rasa cinta kepadanya dan penghargaan, mengucapkan kata-kata yang baik dan wajah yang selalu penuh senyuman. Juga memperhatikan makanan, minuman dan pakaian suami.
6. Mengatur waktu sehingga semua pekerjaan tertunaikan pada waktunya, menjaga kebersihan dan keteraturan rumah sehingga selalu tampak rapi hingga menyenangkan pandangan suami dan membuat anak-anak pun betah.
7. Jujur terhadap suami dalam segala sesuatu, khususnya ketika ada sesuatu yang terjadi sementara suami berada di luar rumah.
Jauhi sifat dusta karena hal ini akan menghilangkan kepercayaan suami.Ketiga: mendidik anak-anak (tarbiyatul aulad)
Tugas ini termasuk tugas terpenting seorang wanita di dalam rumahnya, karena dengan memperhatikan pendidikan anak-anaknya berarti ia mempersiapkan sebuah generasi yang baik dan diridhai oleh Rabbul Alamin. Dan tanggung jawab ini ia tunaikan bersama-sama dengan suaminya karena setiap mereka adalah mas’ul yang akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Tugas ini termasuk tugas terpenting seorang wanita di dalam rumahnya, karena dengan memperhatikan pendidikan anak-anaknya berarti ia mempersiapkan sebuah generasi yang baik dan diridhai oleh Rabbul Alamin. Dan tanggung jawab ini ia tunaikan bersama-sama dengan suaminya karena setiap mereka adalah mas’ul yang akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adhaah manusia dan batu.” (At-Tahrim: 6)
Keempat: mengerjakan pekerjaan lain di dalam rumah bila ada kelapangan waktu dan kesempatan, seperti menjahit pakaian untuk keluarga dan selainnya. Dengan cara ini ia bisa berhemat untuk keluarganya di samping membantu suami menambah penghasilan keluarga.
Apa yang disebutkan di atas dari tugas seorang wanita merupakan tugas yang berat namun akan bisa ditunaikan dengan baik oleh seorang wanita yang shalihah yang membekali dirinya dengan ilmu agama, ditambah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung tugasnya di dalam rumah. Adapun bila wanita itu tidak shalihah, jahil lagi bodoh maka di tangannya akan tersia-siakan tugas yang mulia tersebut.Wallahu ta’ala a’lam.
1 Adapun penyebutan bahwa nama ayah kedua wanita tersebut adalah Nabi Syu’aib, hal ini tidak tsabit (tidak benar). Hal ini diterangkan oleh Ibnu Katisr dalam Tafsir-nya (3/467), menukil perkataan Ibnu Jarir: “Yang benar bahwa hal seperti ini tidak dapat diketahui kecuali dengan adanya kabar/ atsar, dan tidak ada atsar (berita) yang dapat menjadi pegangan dalam hal ini.” (ed)
2 Yaitu wanita harus tinggal dalam rumahnya dan melakukan pekerjaan di dalam rumah.
Sumber : asysyariah.com
ABgroup Corporate
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/
Label: Hidayah, Kajian Islam, Wanita

Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka tinggalkan untuk musuh-musuh mereka bencana dan siksaan.Pemikiran ini wajib dimiliki oleh manusia, lebih-lebih lagi bagi para penguasa dan pemilik dunia, karena mereka paling banyak membuat cemas hati manusia. Mereka memberikan budak-budak mereka kepada orang lain dengan cara yang jahat. Mereka membuat khawatir manusia dan membuat takut hati manusia. Sesungguhnya disisi Allah SWT terdapat seorang pengawal yang namanya Izra'il. Tidak ada tempat sembunyi bagi siapapun bagi kedatangannya. Semua pembantu kerajaan meminta upah berupa emas, perak, dan makanan, sedangkan pembantu yang ini (Izra'il) tidak meminta upah kecuali nyawa.
Semua wakil Sultan memerlukan syafaat, sedangkan wakil ini (Izra'il) tidak memerlukan syafaat. Semua wakil suka menangguh-nangguhkan tugasnya mungkin sehari, semalam, atau sejam, sedangkan wakil ini tidak pernah menangguhkan tugasnya satu hembusan nafaspun.Ketahuilah, bahwa orang-orang yang lalai dan tertipu tidak suka mendengarkan cerita-cerita tentang kematian karena mereka tidak ingin kehilangan perasaan cinta dunia dan kelezatan makanan dan minuman mereka .
Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa orang yang banyak mengingat mati dan gelapnya liang lahat, maka kuburnya seperti salah satu taman dari taman-taman surga. Sedangkan orang yang melupakan kematian dan lalai dari mengingatnya, maka kuburnya seperti salah satu jurang dari jurang-jurang neraka.Pada suatu hari Rasulullah sedang membahas pahala orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang terbunuh dalam medan perang melawan orang-orang kafir.
Kemudian Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, apakah pahala mati syahid akan diperoleh oleh orang-orang yang tidak mati syahid?" Rasulullah SAW bersabda, "Siapa saja yang mengingat kematian dua puluh kali setiap hari, maka paha dan derajatnya sama dengan orang-orang yang mati syahid."Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah mengingat mati karena hal itu akan menghapus dosa dan menghilangkan perasaan cinta dunia dalam hatimu."Rasulullah SAW pernah ditanya, "Siapakah manusia yang paling berakal dan paling bijaksana?"Rasulullah SAW menjawab, "Orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian.
Sementara orang yang paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat."Siapa saja yang mengenal dunia sebagaimana yang telah kami uraikan dan senantiasa mengingat kematian dalam hatinya, maka urusan dunianya akan menjadi mudah. Hal itu juga akan menguatkan fondasi keimanannya, menumbuhkan dan menambahkan keimanan dalam hatinya, serta menumbuhkan cabang pohon keimanan yang ada padanya. Dia akan menemui Allah dengan keimanan yang kokoh.
Allah Yang Maha Sempurna Kekuasaan-Nya dan Maha Tinggi Perkataan-Nya, akan menerangi pandangan para penguasa dunia sehingga ia akan melihat hakikat segal;a sesuatu, bersungguh-sungguh dalam menggapai kehidupan akhirat, dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah serta makhluk-Nya.Sesungguhnya ditengah-tengah makhluk terdapat berjuta-juta rakyat jika diperlakukan dengan adil maka mereka akan memberikan syafaat.
Siapa saja dari kalangan orang-orang yang beriman, yang mendapatkan syafaat dari seluruh makhluk, maka pada Hari Kiamat dia akan selamat dari azab. Tetapi, jika dia menzalimi mereka, maka mereka semua akan memusuhinya. Urusannya akan hancur berantakkan. Jika pemberi syafaat menjadi musuhnya, maka urusannya akan menjadi tidak menentu.
Sumber : Buku "ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali -
Karya Imam Al-Ghazali.
ABgroup Corporate
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/
Label: Hidayah, Kajian Islam, Mengingat Kematian, Renungan
Hidayah Datang Melalui Adikku
0 komentar Diposting oleh ABgroup [Asikin Business Group] pada 09.33.00
Barangkali tidak menyangka kalau Imam yang dia tunggu itu adalah saya. Maklum pakaian saya memang tidak berbeda dengan pakaian kalangan umum. Prinsip saya, pakaian itu bertujuan untuk menutup aurat. Maka style dan warna bukan sesuatu yang diatur oleh Islam, selama memenuhi tujuannya (menutup aurat).Setelah salam kepada resepsionis saya kemudian menengok ke gadis tersebut sambil mengucapkan “Good morning!”.
Dengan ramah dia jawab “Good morning!”.Sebelum saya berlalu resepsionis memberitahu “She is waiting for you!”. Saya biasanya bercanda. “Really? A girl is waiting for me?”.Resepsionis kemudian menjelaskan bahwa gadis tersebut ingin mendalami Islam lebih jauh. Saya kemudian minta izin ke ruangan saya untuk meletakkan buku-buku bawaan dan juga untuk wudhu dan shalat tahiyyatul masjid. Setelah semua itu saya lakukan, saya meminta resepsionis untuk mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke ruang pertemuan Islamic center.“Hi, wellcome! Pleasure to have in the Center!” sambut saya.
“Oh, thank you for your kindness!” jawabnya.Sambil berbasa-basi saya menanyakan nama dan asalnya. Dengan ramah dia menjawab “Hi, I am Bridget. Bridget Quinn and I am from Dallas”, katanya melengkapi nama dan asal daerahnya. Pikiran saya langsung mengingat Presiden Bush yang tetanggaan dengan Bridget ini.“So why you are here then!” tanyaku. Bridget terdiam sejenak, tertunduk dan kemudian mengangkat kepalanya sambil menjawab: “Actually I wanted to learn Islam. I really want to know it”. Saya kembali tanya: “Why Islam is so attractive to you?” Sambil tersenyum dia menjawab, “I think I’ve found something that I have been missing it in my life”. “What do you mean?” tanya saya.Dia sepertinya menarik napas panjang, dan kemudian menceritakan panjang lebar mengenai keluarganya.
Menurutnya, keluarganya itu adalah Kristen fanatik, yang sangat membenci Islam. Bahkan tidak jarang, menurutnya, di rumahmnya dia mendapati ibunya khususnya mengutuk Islam dan Muslim. Bahkan adiknya satu-satunya yang lelaki yang baru tamat SMA itu setengah dipaksa untuk ikut militer agar bisa ke Iraq berperang. Menurutnya lagi, dalam persepsi ibunya, berperang di Iraq itu sama dengan berperang melawan Islam dan Muslim.Adiknya betul dikirim ke Iraq. “But every thing changed since then. My brother sent me a lot of emails every day, talking about Islam and Muslims”. Karena saya menyangka adiknya masuk Islam, saya Tanya, “So your brother embraced Islam?”. “No, no! He is only amazed by the teaching and its people”, jawabnya.“So what he said?” tanyaku sebagai pancingan.
“He told me that the more he read about the teaching, the more he is attracted into it. So he recommended me some websites to read and I did”. Tambahnya lagi: “And yes, the more I read about Islam, the more I believe that this what is missing in my life”.Saya mencoba menangkap pikiran dan perasaan Bridget, dan nampak bahwa sesungguhnya dia sudah yakin akan kebenaran Islam. Hanya saja, dia masih menyimpan rasa khawatir jika informasi yang dia dapatkan itu ternyata tidak benar. Dan kehadirannya tidak lain adalah untuk semata konfirmasi.“So, in your opinion, Islam is really some thing that you need in your life?”, tanya saya. “Yes, I am sure about that”, jawabnya tegas.
“How do you think your mom will react if she knows that you learn Islam”, saya mencoba kembali memancing. Ternyata tekadnya sudah bulat. “I don’t care. I think I am quite matured to decide things in my life”, tegasnya.Melihat kebulatan niatnya itu, saya langsung tanya: “So if I ask you to be a Muslim, are you ready?”.
Tanpa ragu-ragu dia jawab: “Yes. I think this will be the most important decision I have ever taken in my life”.Saya meminta resepsionis untuk mencari dua saksi. Alhamdulillah, disaksikan oleh dua saksi siang itu menjelang shalat Zuhur, Bridget resmi mengambil Islam sebagai jalan hidupnya. Allahu Akbar![www.hidayatullah.com]*
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York.
Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com.
ABgroup Corporate
http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/
Label: Hidayah, Hikmah, Kajian Islam
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)