Lihat Bisnis ABgroup yang lain :

Tampilkan postingan dengan label Cerita Bijak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Bijak. Tampilkan semua postingan

Matematika Sedekah-1

ARTIKEL USTADZ YUSUF MANSUR•


Pengantar•




Matematika Dasar Sedekah

• Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak

• 2.5 % Tidaklah Cukup

• Coba Jajal Sedekah 10%

• 2.5 Itu Cukup,


Kalau ..PENGANTARSedekah bisa mendatangkan ampunan Allah, menghapus dosa dan menutup kesalahan dan keburukan. Sedekah bisa mendatangkan ridha Allah, dan sedekah bisa mendatangkan kasih sayang dan bantuan Allah. Wuh,inilah sekian fadilah sedekah yang ditawarkan Allah bagi parapelakunya. Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memang kita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupan kita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadap manusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yang sejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. Lalu Allah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya, menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepada siapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain. kepada yang mau peduli dan berbagi.Kita memang susah.
Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memang sulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapi barangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah mintakita memperhatikan jika ingin diperhatikan.Insya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dansegala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yangmelihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya,saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga,kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisadiambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikanhadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengansedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnya.Di pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorongdiri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakanfadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampaikepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis,adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi,kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalahpedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan
Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerusmembukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampaikepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yangmengikhlaskan diri kepada Allah.


Matematika Dasar SedekahApa yang kita lihat dari matematika di bawah ini?10 – 1 = 19Pertambahan ya? Bukan pengurangan?Kenapa matematikanya begitu?Matematika pengurangan darimana?Koq ketika dikurangi, hasilnya malah lebih besar?Kenapa bukan 10-1 = 9?Inilah kiranya matematika sedekah. Dimana ketika kita memberi dariapa yang kita punya, Allah justru akan mengembalikan lebih banyaklagi. Matematika sedekah di atas, matematika sederhana yang diambildari QS. 6: 160, dimana Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagimereka yang mau berbuat baik.Jadi, ketika kita punya 10, lalu kita sedekahkan 1 di antara yangsepuluh itu, maka hasil akhirnya, bukan 9. Melainkan 19. Sebab yangsatu yang kita keluarkan, dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.Hasil akhir, atau jumlah akhir, bagi mereka yang mau bersedekah,tentu akan lebih banyak lagi, tergantung Kehendak Allah. Sebab Allahjuga menjanjikan balasan berkali-kali lipat lebih dari sekedarsepuluh kali lipat. Dalam QS. 2: 261, Allah menjanjikan 700x lipat.Tinggallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allahitu bentuknya apa? Bukalah mata hati, dan kembangkan ke-husnudzdzanan, atau positif thinking ke Allah. Bahwa Allah pastimembalas dengan balasan yang pas buat kita.
Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih BanyakKita sudah belajar matematika dasar sedekah, dimana setiap kitabersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat(walaupun ada di ayat lain yg Allah menyatakan akan membayar 2xlipat). Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main denganmatematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kitabersedekah, ternyata betul Allah akan semakin banyak juga memberikangantinya, memberikan pengambalian dari-Nya.Coba lihat ilustrasi matematika berikut ini:Pada pembahasan yang lalu, kita belajar:10 - 1 = 19Maka, ketemulah ilustrasi matematika ini:10 - 2= 2810 - 3= 3710 - 4= 4610 - 5= 5510 - 6= 6410 - 7= 7310 - 8= 8210 - 9= 9110 - 10= 100Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakinbanyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah, semakin banyakpenggantian dari Allah.Mudah-mudahan Allah senantiasa memudahkan kita untuk bersedekah,meringankan langkah untuk bersedekah, dan membuat balasan Allahtidak terhalang sebab dosa dan kesalahan kita.
Sebagaimana kita ketahui, hidup kita jadi susah, lantaran memangkita banyak betul dosanya. Dosa-dosa kita mengakibatkan kehidupankita menjadi tertutup dari Kasih Sayangnya Allah. Kesalahan-kesalahan yang kita buat, baik terhadap Allah, maupun terhadapmanusia, membuat kita terperangkap dalam lautan kesusahan yangsejatinya kita buat sendiri. Hidup kita pun banyak masalah. LaluAllah datang menawarkan bantuan-Nya, menawarkan kasih sayang-Nya,menawarkan ridha-Nya terhadap ikhtiar kita, dan menawarkan ampunan-Nya. Tapi kepada siapa yang Allah bisa berikan ini semua? Kepadasiapa yang mau bersedekah. Kepada yang mau membantu orang lain.kepada yang mau peduli dan berbagi.Kita memang susah. Tapi pasti ada yang lebih susah. Kita memangsulit, tapi pasti ada yang lebih sulit. Kita memang sedih, tapibarangkali ada yang lebih sedih. Terhadap mereka inilah Allah mintakita memperhatikan jika ingin diperhatikannsya Allah, hari demi hari, saya akan menulis tentang sedekah, dansegala apa yang terkait dengan sedekah. Di website ini. Saudara yangmelihat, Saudara yang membaca, Saudara yang bisa memetik hikmahnya,saya mempersilahkan membagi kepada sebanyak-banyaknya keluarga,kawan dan sahabat Saudara. Barangkali ada kebaikan bersama yang bisadiambil. Di website ini pula, Saudara akan bisa mengambil petikanhadits hari per hari dan ayat hari per hari, yang berkaitan dengansedekah dan amaliyah terkait, dengan pembahasan singkatnyaDi pembahasan-pembahasan tentang sedekah, saya akan banyak mendorongdiri saya dan saudara, untuk melakukan sedekah, dengan mengemukakanfadilah-fadilah/keutamaannya. Insya Allah pembahasan akan sampaikepada Ihsan, Mahabbah, Ikhlas dan Ridha Allah. Apa yang tertulis,adalah untuk memotivasi supaya tumbuh keringanan dalam berbagi,kemauan dalam bersedekah. Sebab biar bagaimanapun, manusia adalahpedagang. Ia perlu dimotivasi untuk melakukan sebuah amal. KepadaAllah juga semuanya berpulang
Akhirnya, mintalah doa kepada Allah, agar Allah terus menerusmembukakan pintu ilmu, hikmah, taufiq dan hidayah-Nya hingga sampaikepada derajat “mukhlishiina lahuddien”, derajat orang-orang yangmengikhlaskan diri kepada Allah.

2.5 % Tidaklah Cukup
Saudaraku, barangkali sekarang ini zamannya minimalis. Sehingga kesedekah juga hitung-hitungannya jadi minimalis. Angka yang biasadiangkat, 2,5%. Kita akan coba ilustrasikan, dengan perkaliansepuluh kali lipat, bahwa sedekah minimalis itu tidak punya pengaruhyang signifikan.Contoh berikut ini, adalah contoh seorang karyawan yang punya gaji1jt. Dia punya pengeluaran rutin sebesar 2jt. Kemudian diabersedekah 2,5% dari penghasilan yang 1jt itu. Maka kita dapatperhitungannya sebagai berikut:Sedekah: Sebesar 2,5%2,5% dari 1.000.000 = 25.000Maka, tercatat di atas kertas:1.000.000 – 25.000 = 975.000Tapi kita belajar, bahwa 975.000 bukan hasil akhir. Allah akanmengembalikan lagi yang 2,5% yang dia keluarkan sebanyak sepuluhkali lipat, atau sebesar 250.000. Sehingga dia bakal mendapatkanrizki min haitsu laa yahtasib (rizki tak terduga) sebesar:975.000 + 250.000 = 1.225.000Lihat, “hasil akhir” dari perhitungan sedekah 2,5% dari 1jt, “hanya”jadi Rp. 1.225.000,-. Masih jauh dari pengeluaran dia yang sebesarRp. 2jt. Boleh dibilang secara bercanda, bahwa jika diasedekahnya “hanya” 2,5%, dia masih akan keringetan untuk mencarisisa 775.000 untuk menutupi kebutuhannya
Coba Jajal Sedekah 10 %Saudara sudah belajar, bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup. Ketikaditerapkan dalam kasus seorang karyawan yang memiliki gaji 1jt danpengeluarannya 2jt, maka dia hanya mendapatkan pertambahan 250rb,yang merupakan perkalian sedekah 2,5% dari 1jt, dikalikan sepuluh.Sehingga “skor” akhir, pendapatan dia hanya berubah menjadi Rp.1.225.000. Masih cukup jauh dari kebutuhan dia yang 2jt.Sekarang kita coba terapkan ilustrasi berbeda. Ilustrasi sedekah 10%.Sedekah: Sebesar 10%10% dari 1.000.000 = 100.000Maka, tercatat di atas kertas:1.000.000 – 100.000 = 900.000Kita lihat, memang kurangnya semakin banyak, dibandingkan dengankita bersedekah 2,5%. Tapi kita belajar, bahwa 900.000 itu bukanlahhasil akhir. Allah akan mengembalikan lagi yang 2,5% yang diakeluarkan sebanyak sepuluh kali lipat, atau dikembalikan sebesar1.000.000. Sehingga dia bakal mendapatkan rizki min haitsu laayahtasib (rizki tak terduga) sebesar:900.000 + 1.000.000 = 1.900.000Dengan perhitungan ini, dia “berhasil” mengubah penghasilannya,menjadi mendekati angka pengeluaran yang 2jt nya. Dia cukup butuh100rb tambahan lagi, yang barangkali Allah yang akan menggenapkan
2.5 ITU CUKUP, KALAU ..Setiap perbuatan, pasti ada balasannya. Dan satu hal yang sayakagumi dari matematika Allah, bahwa Spiritual Values, ternyatabselalu punya keterkaitan dengan Economic Values. Kita akan bahaspelan-pelan sisi ini, sampe kepada pemahaman yang mengagumkantentang kebenaran janji Allah tentang perbuatan baik dan perbuatanburuk.Kita sedang membicarakan bahwa sedekah 2,5% itu tidaklah cukup.Mestinya, begitu saya ajukan dalam tulisan terdahulu, sedekah kita,haruslah minimal 10%. Dengan bersedekah 10%, insya Allah kebutuhan-kebutuhan kita, yang memang kita hidup di dunia pasti punyakebutuhan, akan tercukupi.Dari ilustrasi di dua tulisan terdahulu, saya memaparkan bahwaketika seorang karyawan bersedekah 2,5% dari gajinya yang 1jt,maka “pertambahannya” menjadi Rp. 1.225.000. Yakni didapat dari Rp.975.000, sebagai uang tercatat setelah dipotong sedekah, ditambahdengan pengembalian sepuluh kali lipat dari Allah dari 2,5% nya.Bila sedekah 2,5% ini yang dia tempuh, sedangkan dia punyapengeluaran 2jt, maka kekurangannya teramat jauh. Dia masih butuhRp. 775.000,-. Maka kemudian saya mengajukan agar kita bersedekahjangan 2,5%, tapi lebihkan. Misalnya 10%.Saudaraku, ada pernyataan menarik dari guru-guru sedekah, bahwakatanya, sedekah kita yang 2,5% itu sebenarnya tetap akan mencukupikebutuhan-kebutuhan kita, di dunia ini, maupun kebutuhan yang lebihhebat lagi di akhirat, kalau kita bagus dalam amaliyah lain selainsedekah. Misalnya, bagus dalam mengerjakan shalat. Shalat dilakukanselalu berjamaah. Shalat dilakukan dengan menambah sunnah-sunnahnya;qabliyah ba’diyah, hajat, dhuha, tahajjud. Bagus juga dalam hubungandengan orang tua, dengan keluarga, dengan tetangga, dengan kawansekerja, kawan usaha. Terus, kita punya maksiat sedikit, keburukansedikit. Bila ini yang terjadi, maka insya Allah, cukuplah kita akansegala hajat kita. Allah akan menambah poin demi poin dari apa yangkita lakukan.Hanya sayangnya, kita-kita ini justru orang yang sedikit beramal,dan banyak maksiatnya. Jadilah kita orang-orang yang merugi. Skorakhir yang sebenernya sudah bertambah, dengan sedekah 2,5% itu,malah harus melorot, harus tekor, sebab kita tidak menjaga diri.Perbuatan buruk kita, memakan perbuatan baik kita.Tambahi terus amaliyah kita, dan kurangi terus maksiat kita
Kalikan Dari Target Supaya Beroleh LebihSaudaraku, ini menyambung tiga tulisan terdahulu. Kasusnya, tetapsama: Seorang karyawan dengan gaji 1jt, yang punya pengeluaran 2jt.Bila karyawan tersebut mau hidup tidak pas-pasan, dan mau dicukupkanAllah, dia harus menjaga dirinya dari keburukan, dan terus memacudirinya dengan berbuat kebaikan dan kebaikan. Kemudian, lakukansedekah 10% bukan dari gajinya, melainkan dari pengeluarannya.Kita lihat ya…Sedekah 10% dari 2jt (bukan dari gajinya yang 1jt), maka akandidapat angka sedekah sebesar Rp. 200rb. Gaji pokok sebesar 1jt,dikurang 200rb, menjadi tinggal 800rb. Lihat, angka tercatatnyatambah mengecil, menjadi tinggal 800.000.Tapi di sinilah misteri sedekah yang ajaib. Yang 200rb yangdisedekahkan, akan dikembalikan sepuluh kali lipat oleh Allah, ataumenjadi 2jt. sehingga skor akhirnya bukan 800rb, melainkan 2,8jt.

Dengan perhitungan di atas, kebutuhannya yang 2jt, malah terlampaui.Dia lebih 800rb. Subhanallah. Apalagi kalau kemudian dia betul-betulmau memelihara diri dari maksiat dan dosa, dan mempertahankanperbuatan baik, maka lompatan besar akan terjadi dalam hidupnya.Sebuah perubahan besar, sungguh-sungguh akan terjadi. Baik kemuliaanhidup, kejayaan, kekayaan, hingga keberkahan dan ketenangan hidup.Sekali lagi, subhanallah.

Sumber : http://alamster. wordpress. com/

Peperangan Di Masa Rasulullah (bagian 1)

Peperangan Di Masa Rasulullah (bagian 1)
Oleh: Tim dakwatuna.com

dakwatuna.com - Tak lama setelah Rasulullah saw. menetap di Madinah mulailah terjadi peperangan antara kaum Muslimin dengan kafir Quraisy. Oleh sejarawan Muslim, peperangan yang diikuti langsung oleh Nabi diistilahkan dengan ghazwah, sedangkan yang tidak disertai Nabi diistilahkan dengan sariyyah. Sedang dalam hidup Nabi
terjadi dua puluh enam kali ghaz¬wah dan tiga puluh delapan kali sariyyah. Terdapat tiga belas kali peperangan yang terpenting, yaitu:
1. Perang Badar

Perang Badar Raya terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah. Perang ini bermula dari kesalah¬pahaman kafilah dagang kaum Musyrikin Makkah yang sedang kembali dari Syam menuju Makkah. Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamati kafilah Quraisy yang sedang lewat di wilayah Madinah itu tanpa berrnaksud untuk berperang di bawah pimpinan Nabi saw. sendiri.

Begitu melihat rombongan orang Madinah yang mendekati kafilahnya, segeralah Abu Sofyan, pim¬pinan kafilah, mengutus anak buahnya untuk segera minta bantuan dari Makkah. Segeralah datang pasukan dari Makkah dengan kekuatan 1.000 orang tentara, 600 orang di antaranya berkuda (kavaleri) yang merangkap sebagai kompi perbeka¬lan (logistik), dan 300 orang tentara cadangan yang merangkap sebagai regu musik. Di samping itu mereka juga membawa 700 ekor unta. Regu musiknya sepanjang jalan menggemakan lagu-lagu perang, terutama yang berisikan ejekan terhadap Nabi saw. dan kaum Muslimin.

Kompi patroli yang dikerahkan Nabi saw. sendiri berke¬kuatan 313 prajurit, dengan 70 ekor unta, dan tidak lebih dari 3 ekor kuda. Mereka kebanyakan terdiri dan penduduk asli Madinah. Mereka mengendarai tunggangan yang ada itu secara bergantian.

Beberapa saat sebelum berangkat Nabi Muham¬mad saw. bermusyawarah dengan para sahabatnya dari kalangan Anshar, tentang kelompok mana yang lebih dulu diterjunkan ke medan laga. Kelompok Muhajirin segera menawarkan diri dan menyatakan sanggup. Sementara itu kelompok Anshar juga paham, Nabi saw. menghendaki agar merekalah yang lebih dahulu terjun walaupun Nabi belum berterus terang menyatakan maksudnya itu. Karena itulah Saad bin Mu’az, sebagai sesepuh kaum Anshar, bangkit menyatakan kesiapannya untuk diterjunkan lebih dahulu.

Saad bin Mu’az berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh kami ini telah beriman kepadamu, telah seratus persen meyakini agama dan telah mengakui kebenaran agama yang engkau bawa kepada kami. Kami telah bersumpah setia untuk melaksanakan semua yang telah kami janjikan kepadamu. Oleh karena itu, segeralah laksanakan apa yang telah menjadi keputusanmu, ya Rasulullah, dan kami setia kepadamu. Demi Allah yang telah membangkitkanmu dengan membawa kebenaran, kalau engkau perintahkan kami untuk mengarungi lautan ini (perang), niscayalah kami arungi bersamamu. Tak seorang pun di antara kami ini yang akan menolak komandomu dan tak seorang pun yang akan mundur dari medan laga, hari ini atau besok. Kami sanggup tabah menjalani peperangan ini dan telah siap sedia untuk syahid di dalamnya. Mudah-mudahan Allah swt. merestui apa-apa yang engkan percayakan kepada kami dan marilah berangkat bersama kami, dalam berkah Ilahi.”

Banyak lagi kalangan Anshar yang memberikan pernyataan serupa, sehingga legalah hati Nabi Saw.

Seusai rapat itu, Nabi saw. bersabda, “Berangkatlah kamu bersama inayah Allah, dan berbesar hatilah. Allah telah menggariskan dua pilihan menang atau kalah.”

Kemudian Nabi saw. berangkat dengan pasu¬kannya untuk segera menduduki sebuah telaga kecil yang ada di Gunung Badar itu. Setiba di sana, berka¬talah Habbab bin Munzir, “Ya Rasulullah, tempat atau daerah ini telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu (telah diduduki lebih dahulu) dan janganlah engkau maju atau mundur dari tempat ini, apa pun yang terjadi, baik pasukan kita maju atau mundur, atau terjadi kejar mengejar. Kita harus bertahan di daerah ini.” Rasulullah menjawab, “Memang begitulah seharusnya.”

Kemudian Habbab menunjuk sebuah telaga lain dan berjalan ke sana bersama-sama untuk lebih da¬hulu menguasainya, sehingga memungkinkan ten¬tara-tentara Islam untuk memutuskan jalur suplai air. Di dekat telaga inilah pasukan dipusatkan, dan Saad bin Muaz mengerahkan kawan-kawannya untuk mendirikan kemah dan dikawal oleh beberapa prajurit.

Akan tetapi Rasulullah heran terhadap komando dan kerja Saad itu, lalu beliau bertanya kepada Saad, “Untuk apa itu kau lakukan.” “Sudah banyak kaum yang bergabung dengan kami, tetapi belum ada orang yang sangat kami cintai selain engkau, ya Rasulullah. Kami boleh mati saat ini juga, tetapi engkau harus kembali dalam keadaan selamat,” jawab Saad. “Jika mereka ini (prajurit-prajurit Anshar) tahu engkau terancam, tentulah mereka tidak mau jauh darimu.”

Mendengar penjelasan itu berdoalah Nabi saw. agar ia (Saad) dan seluruh tentaranya selamat dan memenangkan peperangan, dan apa yang diusulkan Saad tadi diperkenankan olehnya.

Tatkala kedua belah pihak telah berhadap-¬hadapan untuk memulai penyerbuan, tampillah Nabi saw. mengatur barisan seraya memberi semangat kepada seluruh prajurit, “Demi Allah yang nyawaku ini ditangannya, musuh-musuh kita sekarang akan menghadapi pahlawan¬-pahlawan yang sabar dan tangguh, serta akan memenang¬kan peperangan. Jika satu di antaranya terbunuh, maka Allah yang akan memasukkannya ke surga.”

Kemudian Nabi kembali ke kemahnya bersama Abu Bakar, sementara Saad bin Muaz mengawalnya dengan pedang terhunus. Nabi berdoa, “Ya Allah, aku nantikan janji-Mu. Ya Allah, jika pasukanku ini kalah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembahmu di bumi ini.”

Beliau terus melakukan shalat khauf dan sujud agak lama, lalu diingatkan oleh Abu Bakar dengan ucapan, “Bangunlah, sebentar lagi Allah akan menunaikan janjinya kepadamu.”

Tak berapa lama ternyata perang telah berhenti dan kemenangan diraih oleh pihak Islam. Dan pihak Quraisy kurang lebih 70 orang terbunuh, termasuk orang yang paling musyrik, Abu Jahal, dan pemim¬pin lainnya, 70 orang lainnya tertawan. Setelah mayat-mayat tentara itu dimakamkan kembalilah Nabi saw. dengan pasukannya ke Madinah. Kemu¬dian beliau bermusyawarah dengan beberapa orang sahabat guna membicarakan tindakan yang akan diambil terhadap tawanan-tawanan perang itu. Umar bin Khattab mengusulkan agar mereka dibunuh saja. Tetapi, Abu Bakar mengusulkan agar mereka dibebaskan dengan syarat memberikan tebu¬san. Pendapat inilah yang disetujui untuk ditetapkan sebagai keputusan resmi. Maka ditebuslah tawanan-tawanan itu oleh kaum musyrikin Makkah.

Tentang Perang Badar ini turun ayat, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu pada waktu itu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah supaya kamu mensyukurinya. Cukuplah jika kamu sabar dan siaga, dan mereka datang menyerang kamu seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang-orang Mukmin, apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit). Dan Allah tidak menja¬dikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Untuk membinasakan golongan orang-orang kafir, atau untuk menjadikan mereka itu hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.” (QS. Ali Imran: 123 - 127)

Di samping itu turunlah pula ayat yang berisi teguran buat Nabi saw. atas keputusannya membe¬baskan tawanan-tawanan perang dengan rnensyarat¬kan tebusan, yaitu, “Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedang Allah menghendaki (pahala) akhirat. Dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah sebagian harta rampasan perang, dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Anfal:67-69)

dakwatuna.com




Pertemuan Hati

Si pemuda musafir bercaping dan bertongkat itu akhirnya berteduh juga di bawah pohon yang rindang di tepi jalan desa yang sepi. Siang memang menyengat, musim kemarau sedang sempurna panasnya. Anak muda itu duduk pada akar pohon yang menyembul dari tanah. Ia berpikir, telah berapa tahun umur pohon besar itu dan sampai kapan ia akan berhenti berdaun dan kemudian mati.

“Pohon besar ini mungkin akan hidup terus sampai kiamat, kecuali ada tangan manusia yang menebangnya, ” pikirnya. “Tapi mungkin pohon ini akan mati sebelum kiamat atau sebelum ditebang. Pohon ini sangat tua. Tapi yang mengherankan ia selalu menggugurkan daun-daunnya dan menggantinya dengan daun-daun muda yang baru. Mungkin pohon besar ini tidak pernah merasa tua. Ia hanya hidup dan terus melanjutkan kehidupan. Pohon ini seakan-akan menganggap hidup ini tugas, dan bukan beban.”
Saat itu, tiba-tiba ada orang tua mendatangi sang pemuda. Mereka berkenalan dengan bahasa keramahan. Kakek tua itu juga duduk di akar pohon yang satunya lagi. Mereka saling berhadapan.

“Bapak akan ke mana?” tanya si pemuda.“Aku mencari sebuah ’entah’, tiba-tiba aku melihat dirimu duduk di sini. Aku melihat di dalam dirimu ada diriku.”
“Ah, saya tak yakin itu. Saya adalah saya dan Anda adalah Anda. Dan saya lahir dari ibu yang berbeda dengan ibu Anda. Serta pada tanggal yang berbeda pula, karena saya sekarang masih berumur 35 tahun, sedangkan Bapak saya kira-kira sudah lebih 70 tahun.”
“Betul, tapi aku melihat bayang-bayang diriku dalam telaga sukmamu.”“Apakah Anda melihat saya seperti matahari memandang cahayanya sendiri yang memantul pada bulan?”
“Tidak, jauh dari itu. Yang aku rasakan sekarang, rohani kita bagaikan bayi kembar tapi dari rahim ibu yang berlainan.”“Nah, saya kira rumusan itu yang lebih mendekati kebenaran. Jadi kita ini sebenarnya bersaudara.”

“Benar-benar bersaudara atau bersepakat untuk merasa bersaudara?”“Terserah Bapak. Tapi yang penting kita telah merasa bersaudara. Karena seandainya saya mati sekarang, Bapaklah yang pasti bertugas untuk mengubur.”
Perhatian sang pemuda tiba-tiba beralih ke temapt yang jauh. Seakan-akan ia tidak merasa ada teman bicara di dekatnya. Sementara Pak Tua dengan penuh arif hanya memperhatikan teman barunya yang sedang memandang ke arah yang jauh. Udara memang panas, tapi untunglah mereka berada di bawah kerindangan pohon besar. Beberapa ekor burung berkicauan di ranting-ranting yang tinggi seakan-akan menyanyikan kasih sayang Tuhan yang mencelup warna daun-daun.

“Apa yang sedang kau perhatikan, kawan?” tanya Pak Tua. Sang pemuda terkejut menyadari bahwa dirinya tidak sendiri. Kemudian jawabnya, “Maaf, perhatian saya tadi digoda oleh bangau yang hinggap di punggung kerbau di tengah sabah itu. Kedua binatang itu seakan mengajar kita dengan indahnya persahabatan. “
“Pemaknaanku lain lagi,” kata Pak Tua. “Kedua binatang itu siapa tahu mengejek sebagian manusia yang kini suka bermusuhan, saling fitnah, dan bahkan suka berperang dengan sesamanya.”

“Sebuah interpretasi yang bagus,” ujar sang pemuda.“Saya setuju. Apalagi kalau dikaitkan dengan peristiwa di Campuchia sekitar 20 tahun yang lalu. Kita seakan tidak percaya bahwa pada zaman rezim Kmer Merah di sana, kelaparan telah membuat banyak orang memakan daging bangkai saudaranya sendiri.”
“Ya, bagaimana itu bisa terjadi?”“Dalam agama, berburuk sangka, membuka aib saudara atau teman, itu sama dengan memakan daging saudara sendiri. Bayangkan, kalau di sebuah negeri, kekayaan negaranya ratusan triliun yang dikorupsi, apa secara hakikat tidak ada orang yang makan daging bangsanya sendiri?”

Sang pemuda termenung agak lama. Memang tak ada air mata menetes. Cuma di balik itu terasa air mata meleleh di dalam hatinya. Kemudian ia berpikir, “seandainya tak ada korupsi dan kekayaan itu digunakan di atas jalan yang lurus, tentu tidak ada orang miskin.”
Cuma, kalimat di atas itu tak sempat ia ucapkan. Pemuda itu lalu pamit menjabat tangan Pak Tua, yang kemudian disambut dengan pelukan erat. Lalu keduanya berpisah tanpa selarik kata. Mereka seperti telah memahami duka kemanusiaan yang sangat lama dan panjang. Mereka adalah orang-orang yang sulit untuk senang sendiri bila bangsanya masih banyak yang menderita.** *

[17:36] Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Oleh D. Zawawi Imron

AddThis Social Bookmark Button





Batas Waktu 3 Bulan Untuk Suami

Pagi hari Kamis lalu, 13 Juli 2006, seorang wanita mudah berusia 24 tahun datang ke Islamic Cultural Center of New York. Dengan pakaian Muslimah yang rapi, nampak seperti santri bule duduk menunggu kedatangan saya di Islamic Center New York.
Dengan sedikit malu dan menundukkan muka, dia memulai percakapan dengan bertanya, “Apa hukumnya seorang Muslimah bersuamikan non Muslim? Dan apakah seorang wanita yang bersuamikan non Muslim bisa diterima menjadi Muslimah? Tentu saja saya terkejut dengan pertanyaan itu. Mulanya saya mengira bahwa sang wanita yang duduk di hadapan saya ini adalah seorang Muslimah, barangkali dari negara Balkan, Bosnia atau Kosovo.
Tapi setelah saya tanya, ternyata dia hanyalah seseorang yang baru menemukan Islam lewat internet (beberapa website Islam), dan kini secara bulat berniat untuk memeluk agama, yang menurutnya, the right way for her. Wanita muda itu bernama Jessica Mendosa. Kelahiran Albany, ibukota negara bagian New York dan kini tinggal di kota New York (New York City) sebagai mahasiswi di salah satu universitas di kota ini. Diapun baru menikah dengan suaminya sekitar 4 bulan yang lalu. Setelah berta’aruf lebih dekat barulah saya bertanya kepadanya: “Kenapa anda menanyakan tentang boleh tidaknya seorang Muslimah bersuamikan non Muslim? Dan kenapa pula Anda tanyakan apa diterima seorang wanita masuk ke dalam agama Islam jika bersuamikan non Muslim?”Dengan sedikit grogi atau malu, Jessica menjawab: “I am very much interested in Islam.
I have learned it many months”. Saya kemudian memotong: "Where did you learn Islam?” Dia menjawab: “throughn the internet (Islamic websites)”. Saya kemudian menanyakan apa hubungan antara keingin tahuan dia tantang Islam dan seorang wanita bersuamikan non Muslim. Maka dengan berat tapi cukup berani dia katakana: “I’ve learned Islam and I am sure this is the right way for me. I am willing to embrace Islam now. But I’ve a problem. I am a wife of a non Muslim”. Ketika saya tanyakan apakah suaminya tahu keinginannya tersebut? Dia menjawab: “yes, and he is very much hostile to my intention”.
Saya tidak langsung menjawab pertanyaannya karena saya yakin dia masih mencintai suami yang baru menikahinya sekitar 4 bulan silam. Saya justru menjelaskan kepadanya pokok-pokok keimanan dan Islam, khususnya makna berislam itu sendiri. Bahwa menerima Islam berarti bersedia menerima segala konsekwensi dari setiap hal yang terkait dengan ajarannya. “Islam is not only a bunch of ritual teachings, it’s a code of life,” jelasku. Dalam hal ini seseorang yang mengimani ajaran Islam dan dengan kesadarannya memeluk Islam berarti bersedia mengikuti ajaran-ajaran atau aturan-aturan yang mengikat.
Dan penerimaan inilah yang merupakan inti dari keislaman itu sendiri. Nampaknya Jessica mendengarkan penjelasan itu dengan seksama. Hampir tak pernah bergerak mendengarkan penjelasan-penjelasan mengenai berbagai hal, dari masalah-masalah akidah, ibadah, hingga kepada masalah-masalah mu’amalah, termasuk urgensi membangun rumah tangga yang Islami dalam rangka menjaga generasi Muslim masa depan. Ketika saya sampai kepada permasalahan pasangan suami isteri itulah, Jessica memberanikan diri menyelah: “But I am still in love with my husband whom I married to just 4 months ago”Saya juga terkejut dan kasihan dengan Jessica. Hatinya telah mantap untuk menjadi Muslimah. Bahkan menurutnya: “Nothing should prevent me to convert to Islam”. Tanpa terasa airmatanya nampak menetes. Saya ikut merasakan dilema yang dihadapinya. Saya kemudian menjelaskan perihal hukum nikah dalam Islam dan berbagai hal yang terkait, termasuk persyaratan bagi wanita Muslim untuk menikah hanya dengan pria Muslim. Penjelasan saya tentunya tidak bertumpu kepada nash atau berbagai opini ulama, tapi diserta dengan berbagai argumentasi “aqliyah” (rasional) sehingga dapat meyakinkan Jessica dalam hal ini.
Pada akhirnya, mau tidak mau, harus terjadi kompromi. Saya katakan, ketika anda sudah yakin bahwa inilah jalan hidup yang benar untuk anda ikuti, maka jangan sampai hal ini tersia-siakan. Namun di satu sisi saya perlu tegaskan bahwa sebagai Muslimah jika tetap bersuamikan non Muslim maka itu adalah sebuah pelanggaran terhadap hukum Islam. Untuk itu, setelah mempertimbangkan berbagai pertimbangan yang terkait, baik berdasarkan “masalih al mursalah” (manfaat-manfaat yang terkait) maupun realita-realita kehidupan di Amerika, serta yang paling penting adalah pengalaman-pengalaman mengislamkan selama ini, saya sampaikan kepada Jessica: “You may embrace Islam. But you have to find any possible way to convince your husband that you are not allowed to maintain this marriage if he insists to oppose Islam”. Dengan penjelasan terakhir ini Jessica nampak cerah, dan dengan tegas mengatakan: “I’ll give him a chance in 3 months. If he doesn’t want to follow my way, I will ask for a divorce”, katanya tanpa ragu. Saya katakan: “Hopefully people will not perceive that Islam separates between husbands and wives. But this is the rule and I have to tell you about it”. Oleh karena Islamic Center memang masih sepi, dengan hanya disaksikan dua orang Brothers, dengan diiriingi airmata, Jessica Mendosa mendeklarasikan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah”. Allahu Akbar wa lillah alhamd!Sabtu kemarin, Jessica telah resmi bergabung dengan kelas khusus yang dirancang untuk para muallaf “The Islamic Forum for new Muslims” di Islamic Cultural Center.
Saya terkejut, Jessica hadir di kelas itu seperti seorang Muslim yang telah lama mempelajari agama ini. Bersemangat menjawab setiap ada hal yang dipertanyakan oleh muallaf lainnya. Sayang saya belum sempat menanyakan perihal suaminya!, New York, 17 Juli 2006Jessica, Allah bless and further guide you!*)
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York.
Tulisan ini dimuat di www.hidayatullah.com
ABgroup Corporate


AddThis Social Bookmark Button


Islamnya Napoleon Bonaparte

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.
Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ?Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura."I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters ?""The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea... I say that of all the suns and planets,..." "Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?" (Lihat Kejadian 19:30-38)"Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13).
Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ...."Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :"Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters." "Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa."Selanjutnya :"Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans." "Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam."
Akhirnya ia berkata :"In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner."
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping."Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab (Injil). Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran daripada Alkitab (Injil), juga semua cerita yang melatar belakanginya.
Referensi :
1. Memoirs of Napoleon Bonaparte by Louis Antoine Fauvelet de Bourrienne edited by R.W. Phipps. Vol. 1 (New York: Charles Scribner's Sons, 1889) p. 168-169.http://chnm.gmu.edu/revolution/d/612/
2. 'Napoleon And Islam' by C. Cherfils. ISBN: 967-61-0898-7http://www.shef.ac.uk/~ics/whatis/articles/napoleon.htm
3. Satanic Voices - Ancient and Modern by David M. Pidcock, (1992 ISBN: 1-81012-03-1), it states on page 61, that the then official French Newspaper, Le Moniteur, carried the accounts of his conversion to Islam, in 1798 C.E
ABgroup Corporate




AddThis Social Bookmark Button




Kisah Kegundahan Seorang Yang Soleh Tentang Putrinya

Kisah perjalanan batin seorang ulama, melalui doa, rasa kecewa, takut, marah, khawatir, hingga mendapatkan hidayah, bahwa putri bungsunya yang progressive/agresive ternyata tetap dalam lindungan dan Jalannya Allah S.W.T.Medan, 15 Juni 1975Hari ini engkau terlahir ke dunia, anakku. Meski tidak seperti harapanku bertahun-tahun merindukan kehadiran seorang anak laki-laki, aku tetap bersyukur engkau lahir dengan selamat setelah melalui jalan divakum.
Telah kupersiapkan sebuah nama untukmu; Qaulan Syadida..Aku sangat terkesan dengan janji Allah dalam surat Al-Ahzab ayat tujuh puluh, maknanya perkataan yang benar. Harapanku engkau kelak menjadi seorang yang kaya iman dan memperoleh fauzan'adzima, kemenangan yang besar seperti yang engkau telah dijanjikan Allah dalam Al-Quran. Sungguh kelahiranmu telah mengajarkanku makna bersyukur...1981 Tahun ini engkau memasuki sekolah dasar. Usiamu belum genap enam tahun. Tetapi engkau terus merengek minta disekolahkan seperti saudarimu. Engkau berbeda dari keempat kakakmu terdahulu. Bagaimana engkau dengan gagah tanpa ragu atau malu-malu melangkah memasuki ruang kelasmu.
Bahkan engkau tak minta dijemput. Saat ini aku mulai menyadari sifat keberanian yang tumbuh dalam dirimu yang tak kutemukan dalam diri saudarimu yang lain.1987 Putriku, sungguh aku pantas bangga padamu. Tahun ini engkau ikut Cerdas Cermat tingkat nasional di TVRI. Dengan bangga aku menyaksikan engkau tampil penuh percayar diri di layar kaca dan aku pun bisa berkata pada teman-temanku; itu anakku Qaulan...Meski tidak juara pertama, aku tetap bangga padamu. Namun di balik rasa banggaku padamu selalu terbesit satu kekhawatiran akan sikapmu yang agak aneh dalam pengamatanku.
Tidak seperti keempat kakakmu yang kalem dan cendrung memilik sifat-sifat perempuan, engkaujustru sangat angresif, pemberani, agak keras kepala, meski tetap santun padaku dan selalu juara kelas.Jika hari Ahad tiba, engkau lebih suka membantuku membersihkan taman, mengecat pagar, atau memegangi tangga bila aku memanjat membetulkan bocor. Engkau lebih sering mendampingiku dan bertanya tentang alat-alat pertukangan ketimbang membantu ibumu memasak di dapur seperti saudarimu yang lain.Kebersamaan dan kedekatanmu denganku, membuatku sering meperlakukanmu sebagai anak lelakiku, dengan senang hati aku menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, membekalimu dengan pengatahuan dan permainan untuk anak lelaki. Tak jarang kita berdua pergi memancing atau sekedar menaikkan layang-layang sore hari di lapangan madrasah tempat aku mengajar.
Putriku, sungguh kekhawatiranku berbuah juga. Engkau menolak bersekolah di tsanawiyah seperti saudarimu. Diam-diam tanpa sepengetahuanku engkau telah mendaftar di sebuah SMP negeri. Bukan kepalang kemarahanku. Untunglah ibumu datang membelamu, jika tidak mungkin tangan ini sudah berpindah ke pipimu yang putih mulus. Tegarnya watakmu, bahkan tak setetes airmata jatuh dari kedua matamu yang tajam menatapku.Putriku, jika aku marah padamu semata-mata karena aku khawatir engkau larut dalam pola pergaulan yang tak benar, anakku. Terlebih-lebih saat engkau menolak mengenakan jilbab seperti keempat kakakmu. Betapa sedih dan kecewa hatiku melihatmu, Nak...1993 Tahun ini engkau menamatkan SMAmu. Engaku tumbuh menjadi gadis cantik, periang, pemberani, dan banyak teman.
Temanmu mulai dari tukang kebun sampai tukang becak, wartawan, bahkan menurut ibumu pernah anggota Kopassus datang mencarimu.Putriku, disetiap bangun pagiku, aku seolah tak percaya engkau adalah putriku, putri seorang yang sering dipanggil Ustadz, putri seorang kepala madrasah, putri seorang pendiri perguruan Islam...Putriku, entah mengapa aku merasa seperti kehilanganmu. Sedih rasanya berlama-lama menatapmu dengan potongan rambut hanya berbeda beberapa senti dengan rambutku. Biar praktis dan sehat; berkali-kali itu alasan yang kau kabarkan lewat ibumu. Jika terjadi sesuatu yang tidak baik pada dirimu selama melewati usia remajamu, putriku maka akulah orang yang paling bertanggung jawab atas kesalahan itu. Aku tidak behasil mendidikmu dengan cara yang Islami.Dalam doa-doa malamku selalu kebermohon pada Rabbul 'Izzati agar engkau dipelihara olehNya ketika lepas dari pengawasan dan pandangan mataku. Kesedihan makin bertambah takkala diam-diam engkau ikut UMPTN dan lulus di fakultas teknik. Fakultas teknik, putriku? Ya Rabbana, aku tak sanggup membayangkan engkau menuntut ilmu berbaur dengan ratusan anak laki-laki dan bukan satupun mahrommu?Dalam silsilah keluarga kita tidak satupun anak perempuan belajar ilmu teknik, anakku. Keempat kakakmu menimba ilmu di institut agama dan ilmu keguruan. Ya, silsilah keluarga kita adalah keluarga guru, anakku.
Engkau kemukakan sejumlah alasan, bahwa Islam juga butuh arsitek, butuh teknokrat, Islam bukan tentang ibadah melulu...Baiklah, aku sudah terlalu lelah menghadapimu, aku terima segala argumen dan pemikiranmu,putriku..Dan aku akan lebih bisa menerima seandainya engkau juga mengenakan busana Muslimah saat memulai masa kuliahmu.1995 Tahun ini tidak akan pernah kulupakan. Akan kucatat baik-baik...Engkau putriku, yang selalu kusebut namamu dalam doa-doaku, kiranya Allah S.W.T mendengar dan mengabulkan pintaku. Ketika engkau pulang dari kuliahmu; subhannalah! Engkau sangat cantik dengan jilbab dan baju panjangmu, aku sampai tidak mengenalimu, putriku. Engkau telah berubah, putriku.. Apa sesungguhnya yang engkau dapati di luar sana.
Bertahun-tahun aku mengajarkan padamu tentang kewajiban Muslimah menutup aurat, tak sekalipun engkau cela perkataanku meski tak sekalipun juga engkau indahkan anjuranku. Dua tahun di bangku kuliah, tiba-tiba engkau mengenakan busana takwa itu? Apa pula yang telah membuatmu begitu mudah menerima kebenaran ini? Putriku, setelah sekian lamanya waktu berlalu, kembali engkau mengajarkan padaku tentang hakikat dan makna bersyukur.1997 Putriku, kini aku menulis dengan suasana yang lain. Ada begitu banyak asa tersimpan di hatiku melihat perubahan yang terjadi dalam dirimu. Engkau menjadi sangat santun, bahkan terlihat lebih dewasa dari keempat saudarimu yang kini telah berumah tangga semuanya. Kini, hanya engkau aku dan ibumu yang mendiami rumah ini.Kurasakan rumah kita seolah-olah berpendar cahaya setiap saat dilantuni tilawah panjangmu.
Gemercik suara air tengah malam menjadi irama yang kuhafal dan pantas kurenungi.Putriku, jika aku pernah merasa bahagia, maka saat paling bahagia yang pernah kurasakan di dunia adalah saat ketika diam-diam aku memergokimu tengah menangis dalam sujud malammu....Selalu kuyakinkan diriku bahwa akulah si pemilik mutiara cahaya hati itu, yaitu engkau putriku...1998 Putriku, kalau saat ini aku merasa sangat bangga padamu, maka itu amat beralasan. Engkau telah lulus menjadi sarjana dengan predikat cum laude. Keharuan yang menyesak dadaku mengalahkan puluhan tanya ibumu, diantaranya; mengapa engkau tidak punya teman pendamping pria seperti kakak-kakakmu terdahulu? Engkau begitu sederhana, putriku, tanpa polesan apapun seperti lazimnya mereka yang akan berangkat wisuda, semua itu justru membuatku semakin bangga padamu. Entah darimana engkau bisa belajar begitu banyak tentang kebenaran, anakku...Jika hari ini aku meneteskan airmata saat melihatmu dilantik, itu adalah airmata kekaguman melihat kesungguhan, ketegaran, serta prinsip yangengkau pegan teguh. Dalam hal ini akupun mesti belajar darimu, putriku...1 Agustus 1999Putriku, bulan ini usiaku memasuki bilangan enampuluh tiga. Aku teringat Rasulullah mengakhiri masa dakwahnya didunia pada usia yang sama.
Akhir-akhir ini tubuhku terasa semakin melemah. Penyakit jantung yang kuderita selama bertahun-tahun kemarin mendadak kumat, saat kudapati jawaban diluar dugaan dari keempat saudarimu. Tidak satu pun dari mereka bersedia meneruskan perguruan yang telah kubina selama puluhan tahun. Aku sangat maklum, mereka tentu mempunyai pertimbangan yang lain, yaitu para suami mereka.Sedih hatiku melihat mereka yang telah kudidik sesuai dengan keinginanku kini seolah-oleh bersekutu menjauhiku.Jika aku menulis diatas tempat tidur rumah sakit ini, itu dengan kondisi sangat lemah, putriku.
Aku tak tahu pasti kapan Allah memanggilku. Putriku....kutitipkan buku harianku ini pada ibumu agar diserahkan padamu. Aku percaya padamu...Jika aku memberikan buku ini padamu, itu karena aku ingin engkau mengetahui betapa besar cintaku padamu, mengapa dulu aku sering memarahimu..maafkan buya, putriku...Kini hanya engkau satu-satunya harapanku...Aku percaya perguruan yang telah kubangun dengan tanganku sendiri ini padamu. Aku bercita-cita mengembangkannya menjadi sebuah pesantren. Engkau masih ingat lapangan tempat kita dulu menaikkan layangan? Itu adalah tanah warisan almarhum kakekmu.Di lapangan itulah kurencanakan berdiri bangunan asrama tempat para santri bermukim. Engkau seorang arsitek, anakku, tentu lebih memahami bangunan macam apa yang sesuai untuk kebutuhan sebuah asrama pesantren...Kuserahkan sepenuhnya kepadamu, juga untuk mengelolanya nanti. Sebab aku yakin, dari tanganmu, dari hatimu yang jernih, dari perkataan dan tindakanmu yang selalu sejalan dengan kebenaran akan terlahir sebuah fauzan'adzima, kemenangan yang besar, seperti yang telah Allah janjikan, yakinlah, putriku...Dalam diri dan jiwamu kini terhimpun beragam kapasitas keilmuan dunia dan akhirat.
Kini kusadari engkau bukan saja sekedar terlahir dari rahim ibumu, tetapi juga lahir dari rahim bernama Hidayah. Semoga Allah menyertai dan memudahkan jalan yang akan engkau lalui, putriku. Amien Ya Rabbal 'Alamiin.12 Agustus 1999Rabbi, jika airmata ini bukan tumpah, bukan karena aku tidak mengikhlaskan buyaku Engkau panggil, tapi sebab aku belum mengenali buyaku selama ini, seutuhnya. Sebab hanya seujung kuku baktiku padanya. Rabbi, perkenankan aku menjalankan amanah Buya dengan segenap radhi-Mu. hanya Engkau..ya Mujib...
(Sumber : Edi S. Kurniawan, Muhammad Haryadi)
ABgroup Corporate

AddThis Social Bookmark Button


Hati yang Takkan Pernah Patah

“Tak pernah terbayang dalam benakku tuk bertemu dia lagi”, begitu tulisan yang terbaca di status Yahoo Messenger (YM) seorang sahabat, ku ajukan sebuah pertanyaan, “habis ketemu siapa tuh..?”, ku duga pasti ini mengenai kisah cinta, dan betul saja, maka mengalirlah kisah kasih yang tak sampai.
Pernahkan anda mencintai seorang lawan jenis sedemikian hebatnya, sampai-sampai merasa bahwa inilah cinta sejati anda? Pernahkah anda merasakan bahwa ada seseorang yang sedemikian menariknya dan merasa bahwa ia adalah orang yang paling tepat tuk bersama-sama mengarungi hidup? Dan pernahkan pula anda merasa bahwa ternyata, cinta anda bertepuk sebelah tangan, harapan-harapan anda pupus terhempas realita, dan kesedihan anda begitu menguasai jiwa?

Malam-malam terlewati disertai air mata yang mengalir, hari-hari dilalui dengan kehampaan yang menyelimuti, dan anda hidup di dunia bagaikan sesosok mahluk tanpa nyawa yang sembari menekan rasa sakit di dalam hati akibat cinta yang tak seindah harapan.Patah hati memang telah lama menjadi sumber inspirasi. Entah telah berapa banyak karya-karya sastra yang dibangun berdasarkan pengalaman pahit cinta ini. Lagu-lagu tercipta dengan indah ketika sang pengarang sedang merasakan kepedihan patah hati; puisi-puisi terlantun menyedihkan bertebaran menemani sang penyair yang sedang dirundung kesedihan patah hati; novel maupun cerpen mengalir menuturkan pedihnya patah hati.
Sadari saudaraku, bahwa sesungguhnya tak pantas kita merasa patah hati. Hati seorang muslim itu terlalu lembut tuk bisa patah. Hanya meraka yang memiliki hati yang keraslah yang mungkin merasakan patah hati. Hanya mereka yang menempuh jalan yang berlikulah yang pantas tuk patah hati. Mereka yang telah berusaha menapaki jalan lurus, tidak seharusnya dan tidak boleh merasa patah hati.

Ketika kita telah mengajukan lamaran dan mengajak seseorang tuk menikah dan ditolak, maka tidak perlu ia merasa patah hati. Toh ia telah menjalankan suatu ibadah, membuktikan niatan suci dalam hati, dan berusaha menjalani sunnah dengan menikah, dan menjaganya dari cara-cara yang tidak diridhoiNya.
Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabah, muadzin kecintaan Rasulullah SAW tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap Kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan: “Saya ini Bilal, dan ini saudaraku. Kami datang untuk meminang. Dahulu kami berada dalam kesesatan kemudian Allah memberi petunjuk. Dahulu kami budak-budak belian, kemudian Allah memerdekakan…,” kata Bilal. Kemudian ia melanjutkan, “Jika pinangan kami Anda terima, kami panjatkan ucapan Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Dan kalau Anda menolak, maka kami mengucapkan Allahu Akbar. Allah Maha Besar.”
Bukankah sebagai seorang muslim, ketika ia telah meniatkan suatu kebaikan maka Allah kan mencatatnya sebagai suatu amalan, apalagi kalau dia telah menjalankannya. Terlepas dari apapun hasilnya.

Dari Abdullah bin Abbas r.a. berkata: Rasulullah SAW. bersabda, “Sesungguhnya Allah mencatat segala hasanat (kebaikan) dan sayyiat (kejahatan) kemudian menjelaskan keduanya maka barangsiapa yang berniat akan melakukan kebaikan lalu dikerjakannya maka akan dicatat untuknya sepuluh hasanat mungkin ditambah hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih dari itu. Dan apabila ia berniat akan melakukan sayyiat (kejahatan) lalu tidak dikerjakannya maka Allah mencatat baginya satu hasanat dan jika niat itu dilaksanakannya maka ditulis baginya satu sayyiat.” (HR. Bukhari - Muslim)
Setiap orang berhak tuk menerima atau menolak pinangan, baik laki-laki maupun perempuan. Dan sudah seharusnya kita bisa berbesar hati dan bersikap dewasa dalam menerima segala keputusan. Apalagi keputusan menikah yang merupakan salah satu hal yang sangat besar.
Allah swt berfirman,
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. An-Nisaa’: 21)
Kalimat “mitsaqon ghalidza” atau “perjanjian yang kokoh” yang digunakan, sama persis seperti yang digunakan pada ayat,
Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka: “Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud”, dan Kami perintahkan (pula), kepada mereka: “Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu”, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh. (QS. An-Nisaa’: 154)
Maka dari itu, jika pertimbangan yang mesti dilakukan terlalu hati-hati, dan keputusan yang harus diambil merupakan keputusan yang mungkin terasa berat (diterima sebagian pihak), maka haraplah maklum.

Toh, itu semua kita jalani atas landasan cinta kepada Allah. Bukankah itu semua kita jalani atas niatan karena Allah semata, demi meraih ridhoNya, tuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Maka dari itu, tiada alasan bagi kita tuk merasa patah hati.
Sungguh Allah sangat menyayangi hamba-hambanya yang beriman,
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisaa’: 29)
Dan sungguh Allah adalah zat yang maha mengetahui lagi maha bijaksana. Dan sudah barang tentu, Ia kan memberikan kita, pilihan yang terbaik menurutNya.
Semoga kita bisa bercermin dari kisah nabi Yusuf AS, ketika beliau dihadapkan pada cobaan besar dan ujian yang berat, bukan hanya sehari maupun dua hari, namun tahunan, dengan pilihan-pilihan yang serba terbatas. Dengarkanlah bagaimana perkataan beliau,
Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. Yusuf: 100)
Ingat satu hal, “Pejuang Cinta Takkan Pernah Kalah”, karena orientasi cinta yang ada di dirinya adalah orientasi cinta yang menembus awan dunia dan bermuara pada cinta kepada Rabbnya. Semoga kita bisa menjadi “Pejuang Cinta Sejati”… Amin—

Jakarta, 28 Januari 2008
Syamsul Arifin (genkeis.multiply.com)
Untuk yang pernah bersedih karena “cintanya telah menang”, bergembiralah merayakan cinta, dan sambutlah (cari, -red) cinta yang telah Allah siapkan untukmu

ABgroup Corporate


AddThis Social Bookmark Button



Kisah Nenek Pemungut Daun

Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid.
Selembar demiselembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang.

Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah isapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”
Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Alloh swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Alloh. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasululloh saw?

Diketik ulang dari buku “Rindu Rosul”, karangan Jalaluddin Rakhmat, penerbit Rosda Bandung,? hal 31-33. cetakan pertama September 2001.
microsky - myQ Pejuang

ABgroup Corporate

http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/


AddThis Social Bookmark Button

Istri Shalehah

Oleh : Bahron Anshori [Republika, Rabu 18 Juli 2007]

Istri yang shalehah adalah yang mampu menghadirkan kebahagiaan di depanmata suaminya, walau hanya sekadar dengan pandangan mata kepadanya. Seorangistri diharapkan bisa menggali apa saja yang bisa menyempurnakanpenampilannya, memperindah keadaannya di depan suami tercinta. Dengandemikian, suami akan merasa tenteram bila ada bersamanya. Mendapatkan istri shalehah adalah idaman setiap lelaki. Karena memilikiistri yang shalehah lebih baik dari dunia beserta isinya. ''Dunia adalahperhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri shalehah.'' (HRMuslim dan Ibnu Majah).Di antara ciri istri shalehah adalah, pertama, melegakan hati suami biladilihat. Rasulullah bersabda, ''Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudahtakwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagidirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakanbila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diridan suaminya, ketika suaminya pergi.'' (HR Ibnu Majah).Kedua, amanah. Rasulullah bersabda, ''Ada tiga macam keberuntungan (bagiseorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamulihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjagakehormatan dirinya dan hartamu ...'' (HR Hakim).Ketiga, istri shalehah mampu memberikan suasana teduh dan ketenanganberpikir dan berperasaan bagi suaminya. Allah SWT berfirman, ''Di antaratanda kekuasaan-Nya, yaitu Dia menciptakan pasangan untuk diri kamu darijenis kamu sendiri, agar kamu dapat memperoleh ketenangan bersamanya.Sungguh di dalam hati yang demikian itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan)Allah bagi kaum yang berpikir.''(QS Ar Rum [30]: 21).

Beruntunglah bagi setiap lelaki yang memiliki istri shalehah, sebab ia bisamembantu memelihara akidah dan ibadah suaminya. Rasulullah bersabda,''Barangsiapa diberi istri yang shalehah, sesungguhnya ia telah diberipertolongan (untuk) meraih separuh agamanya. Kemudian hendaklah ia bertakwakepada Allah dalam memelihara separuh lainnya.'' (HR Thabrani dan Hakim).Namun, istri shalehah hadir untuk mendampingi suami yang juga shaleh. Kita,para suami, tidak bisa menuntut istri menjadi 'yang terbaik', sementarakita sendiri berlaku tidak baik. Mari memperbaiki diri untuk menjadi imamideal bagi keluarga kita masing-masing.

Dengan menyebut nama ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecualiorang - orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehatmenasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapikesabaran. ( Al Qur'an, Surah Al 'Ashr )

"Pergunakan masa mudamu sebelum datang masa tuamu; pergunakan masa luangmusebelum datang masa sibukmu; pergunakan waktu sehatmu sebelum datang waktusakitmu; pergunakanlah waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu;pergunakan hidupmu sebelum datang matimu." ( Rosulullah Muhammad SAW )

ABgroup Corporate

http://www.asikinbusiness.blogspot.com/ http://www.mypulsa-abgroup.blogspot.com/ http://www.kaligrafikuningan.blogspot.com/http://www.jilbab-abgroup.blogspot.com/ http://www.1st-abgroup.blogspot.com/ http://www.nida-collection.blogspot.com/


AddThis Social Bookmark Button

Jenis-Jenis Cinta

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Alloh SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Alloh SWT, dengan membaca firman Nya,lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumikekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim.
Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.

3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderungmengabaikan kepada yang lama.

4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.

5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).

6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)

7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ilawajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah..yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

Sumber : Mubarok institute#Suryaningsih

AddThis Social Bookmark Button


Manusia Di Antara Dua Tangisan

Sumber : haris.adiwijaya

Detik waktu bersama kelahiran seorang bayi dihiasi tangisan. Nyaring berkumandang menghiasi telinga si IBU. Merakah tersenyum hatinya gembira penawar sakit dan lesu serta berjuang dengan Maut. Lalu mulailah sebuah kehidupan yang baru didunia dengan sebuat resiko pahit dan kejamnya kehidupan ini, bercucurkan darah dan tetes air mata.
Air mata adakalanya penyubur hati, penawar duka. Adakalanya buih kekecewaan yang menghimpit perasaan dan kehidupan ini. Air mata seorang manusia hanyalah umpama air kotor diperlimpahan. Namun setetes air mata kerana takut kepada ALLAH persis permata indahnya gemerlapan terpancar dari segala arah dan penjuru. Penghuni Syurga ialah mereka yang banyak mencucurkan air mata Demi ALLAH dan Rasulnya bukan semata karena harta dan kedudukan.
Pencinta dunia menangis karena dunia yang hilang. Perindu akhirat menangis karena dunia yang datang. Alangkah sempitnya kuburku, keluh seorang batil, Alangkah sedikitnya hartaku, kesal si hartawan (pemuja dunia).

Dari mata yang mengintai setiap kemewahan yang mulus penuh rakus, mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung Hari Akhirat yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap kemenangan, serta rindu akan RasulNya.
“Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang.” (al-Hasr: 20)
Tangis adalah basahan hidup,justru: Hidup dimulakan dengan tangis, Dicela oleh tangis dan diakhiri dengan tangis. Manusia sentiasa dalam dua tangisan.
Sabda Rasulullah s.a.w. “Ada dua titisan yang ALLAH cintai, pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh kerana takutkan ALLAH.”
Nabi Muhammad bersabda lagi : “Tangisan seorang pendosa lebih ALLAH cintai daripada tasbih para wali.”

Oleh itu berhati-hatilah dalam tangisan,kerana ada tangisan yang akan mengakibatkan diri menangis lebih lama dan ada tangisan yang membawa bahagia untuk selama-lamanya. Seorang pendosa yang menangis kerana dosa adalah lebih baik daripada Abid yang berangan-angan tentang Syurga mana kelak ia akan bertakhta.
Nabi bersabda : “Kejahatan yang diiringi oleh rasa sedih, lebih ALLAH sukai dari satu kebaikan yang menimbulkan rasa takbur.”
Ketawa yang berlebihan tanda lalai dan kejahilan. Ketawa seorang ulamak dunia hilang ilmu, hilang wibawanya. Ketawa seorang jahil, semakin keras hati dan perasaannya.
Nabi Muhammad bersabda : “Jika kamu tahu apa yang aku tahu nescaya kamu banyak menangis dan sedikit ketawa.”

Seorang Hukama pernah bersyair : “Aku heran dan terperanjat, melihat orang ketawa karena perkara-perkara yang akan menyusahkan, lebih banyak daripada perkara yang menyenangkan. ”
Salafussoleh menangis walaupun banyak beramal,takut- takut tidak diterima ibadatnya, kita ketawa walaupun sadar diri kosong daripada amalan.
Lupakah kita Nabi pernah bersabda : “Siapa yang berbuat dosa dalam ketawa, akan dicampakkan ke neraka dalam keadaan menangis.”
Kita gembira jika apa yang kita idamkan tercapai. Kita menangis kalau yang kita cita-citakan terabai. Nikmat disambut ria, kedukaan menjemput duka.
Namun,Allah s.a.w. telah berfirman : ” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, pada hal ianya amat buruk bagimu. ALLAH mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (AL-BAQARAH : 216)
Bukankah Nabi pernah bersabda: “Neraka dipagari nikmat, syurga dipagari bala.”
Menangislah wahai diri, agar senyumanmu banyak di kemudian hari. Kerana engkau belum tahu, nasibmu dihizab kanan atau hizab kiri. Di sana, lembaran sejarahmu dibuka satu persatu, menyemarakkan rasa malu berabad-abad lamanya bergantung kepada syafaat Rasulullah yang dikasihi Tuhan.

Kenangilah, sungai-sungai yang mengalir itu banjiran air mata Nabi Adam yang menangis bertaubat, maka suburlah dan sejahteralah bumi kerana terangkatnya taubat.
Menangislah seperti Saidina Umar yang selalu memukul dirinya dengan berkata: “Kalau semua masuk ke dalam syurga kecuali seorang, aku takut akulah orang itu.”
Menangislah sebagaimana Ummu Sulaim apabila ditanya : “Kenapa engkau menangis?”
“Aku tidak mempunyai anak lagi untuk saya kirimkan ke medan Perang,” jawabnya.
Menangislah sebagaimana Ghazwan yang tidak sengaja terpandang wanita rupawan. Diharamkan matanya dari memandang ke langit seumur hidup,lalu berkata : “Sesungguhnya engkau mencari kesusahan dengan pandangan itu.”
Ibnu Masud r.a.berkata : “Seorang yang mengerti Al-Quran dikenali waktu malam ketika orang lain tidur,dan waktu siangnya ketika orang lain tidak berpuasa, sedihnya ketika orang lain sedang gembira dan tangisnya di waktu orang lain tertawa. Diamnya di waktu orang lain berbicara, khusuknya di waktu orang lain berbangga, seharusnya orang yang mengerti Al Quran itu tenang,lunak dan tidak boleh menjadi seorang yang keras, kejam, lalai, bersuara keras dan marah.

Tanyailah orang-orang soleh mengapa dia tidak berhibur : “Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami, kubur di hadapan kami, kiamat itu janjian kami, neraka itu memburu kami dan perhentian kami ialah ALLAH.”
Menangislah di sini, sebelum menangis di sana!!!…
ABgroup Corporate


AddThis Social Bookmark Button

MENJADI SAHABAT YANG MENYENANGKAN

Oleh: Nurul Husna

Aktivis Hizbut Tahrir
Secara fitrah, menikah akan memberikan ketenangan (ithmi'nân/thuma'nînah)bagi setiap manusia, asalkan pernikahannya dilakukan sesuai dengan aturanAllah Swt., Zat Yang mencurahkan cinta dan kasih-sayang kepada manusia.Hampir setiap Mukmin mempunyai harapan yang sama tentang keluarganya, yaituingin bahagia; sakînah mawaddah warahmah. Namun, sebagian orang menganggapbahwa menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah serta langgengadalah hal yang tidak gampang.

Fakta-fakta buruk kehidupan rumahtangga yangterjadi di masyarakat seolah makin mengokohkan asumsi sulitnya menjalanikehidupan rumahtangga. Bahkan, tidak jarang, sebagian orang menjadi engganmenikah atau menunda-nunda pernikahannya.Menikahlah, Karena Itu IbadahSesungguhnya menikah itu bukanlah sesuatu yang menakutkan, hanya memerlukanperhitungan cermat dan persiapan matang saja, agar tidak menimbulkanpenyesalan.

Sebagai risalah yang syâmil (menyeluruh) dan kâmil (sempurna),Islam telah memberikan tuntunan tentang tujuan pernikahan yang harusdipahami oleh kaum Muslim. Tujuannya adalah agar pernikahan itu berkah danbernilai ibadah serta benar-benar memberikan ketenangan bagi suami-istri.Dengan itu akan terwujud keluarga yang bahagia dan langgeng. Hal ini bisadiraih jika pernikahan itu dibangun atas dasar pemahaman Islam yang benar.Menikah hendaknya diniatkan untuk mengikuti sunnah Rasullullah saw.,melanjutkan keturunan, dan menjaga kehormatan. Menikah juga hendaknyaditujukan sebagai sarana dakwah, meneguhkan iman, dan menjaga kehormatan.Pernikahan merupakan sarana dakwah suami terhadap istri atau sebaliknya,juga dakwah terhadap keluarga keduanya, karena pernikahan berarti pulamempertautkan hubungan dua keluarga. Dengan begitu, jaringan persaudaraandan kekerabatan pun semakin luas. Ini berarti, sarana dakwah jugabertambah.


Pada skala yang lebih luas, pernikahan islami yang sukses tentuakan menjadi pilar penopang dan pengokoh perjuangan dakwah Islam, sekaligustempat bersemainya kader-kader perjuangan dakwah masa depan.Inilah tujuan pernikahan yang seharusnya menjadi pijakan setiap Muslim saat akan menikah. Karena itu, siapa pun yang akan menikah hendaknya betul-betul mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk meraih tujuan pernikahan seperti yang telah digariskan Islam. Setidaknya, setiap Muslim, laki-laki dan perempuan, harus memahami konsep-konsep pernikahan islami seperti: aturan Islam tentang posisi dan peran suami dan istri dalam keluarga, hak dan kewajiban suami-istri, serta kewajiban orangtua dan hak-hak anak; hukum seputar kehamilan, nasab, penyusuan, pengasuhan anak, serta pendidikan anak dalam Islam; ketentuan Islam tentang peran Muslimah sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga, juga perannya sebagai bagian dari umat Islam secara keseluruhan, serta bagaimana jika kewajiban-kewajiban itu berbenturan pada saat yang sama; hukum seputar nafkah, waris, talak (cerai), rujuk, gugat cerai, hubungan dengan orangtua dan mertua, dan sebagainya. Semua itu membutuhkan penguasaan hukum-hukum Islam secara menyeluruh oleh pasangan yang akan menikah. Artinya, menikah itu harus didasarkan pada ilmu.


Jadilah Sahabat yang MenyenangkanPernikahan pada dasarnya merupakan akad antara laki-laki dan perempuanuntuk membangun rumahtangga sebagai suami-istri sesuai dengan ketentuansyariat Islam. Sesungguhnya kehidupan rumahtangga dalam Islam adalahkehidupan persahabatan. Suami adalah sahabat karib bagi istrinya, begitupula sebaliknya. Keduanya benar-benar seperti dua sahabat karib yang siapberbagi suka dan duka bersama dalam menjalani kehidupan pernikahan merekademi meraih tujuan yang diridhai Allah Swt. Istri bukanlah sekadar partnerkerja bagi suami, apalagi bawahan atau pegawai yang bekerja pada suami.Istri adalah sahabat, belahan jiwa, dan tempat curahan hati suaminya.Islam telah menjadikan istri sebagai tempat yang penuh ketenteraman bagisuaminya.


Allah Swt. berfirman:Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalianistri-istri dari jenis kalian sendiri supaya kalian cenderung dan merasatenteram kepadanya. (QS ar-Rum [30]: 21).Maka dari itu, sudah selayaknya suami akan merasa tenteram dan damai jikaada di sisi istrinya, demikian pula sebaliknya. Suami akan selalu cenderungdan ingin berdekatan dengan istrinya. Di sisi istrinya, suami akan selalumendapat semangat baru untuk terus menapaki jalan dakwah, demikian pulasebaliknya. Keduanya akan saling tertarik dan cenderung kepada pasangannya,bukan saling menjauh. Keduanya akan saling menasihati, bukan mencela;saling menguatkan, bukan melemahkan; saling membantu, bukan bersaing.Keduanya pun selalu siap berproses bersama meningkatkan kualitasketakwaannya demi meraih kemulian di sisi-Nya.

Mereka berdua berharap,Allah Swt. berkenan mengumpulkan keduanya di surga kelak. Ini berarti,tabiat asli kehidupan rumahtangga dalam Islam adalah ithmi'nân/tuma'ninah(ketenangan dan ketentraman). Walhasil, kehidupan pernikahan yang idealadalah terjalinnya kehidupan persahabatan antara suami dan istri yang mampumemberikan ketenangan dan ketenteraman bagi keduanya.Untuk menjamin teraihnya ketengan dan ketenteraman tersebut, Islam telahmenetapkan serangkaian aturan tentang hak dan kewajiban suami-istri. Jikaseluruh hak dan kewajiban itu dijalankan secara benar, terwujudnya keluargayang sakinah mawaddah warahmah adalah suatu keniscayaan.Bersabar atas Kekurangan PasanganKerap terjadi, kenyataan hidup tidak seindah harapan. Begitu pula dengankehidupan rumahtangga, tidak selamanya berlangsung tenang. Adakalanyakehidupan suami-istri itu dihadapkan pada berbagai problem baik kecilataupun besar, yang bisa mengusik ketenangan keluarga. Penyebabnya sangatberagam; bisa karena kurangnya komunikasi antara suami-istri, suami kurangmakruf terhadap istri, atau suami kurang perhatian kepada istri dananak-anak; istri yang kurang pandai dan kurang kreatif menjalankanfungsinya sebagai istri, ibu, dan manajer rumahtangga; karena adanyakesalahpahaman dengan mertua; atau suami yang 'kurang serius' atau 'kurangulet' mencari nafkah. Penyebab lainnya adalah karena tingkat pemahamanagama yang tidak seimbang antara suami-istri; tidak jarang pula karenadipicu oleh suami atau istri yang selingkuh, dan lain-lain.

Sesungguhnya Islam tidak menafikan adanya kemungkinan terusiknyaketenteraman dalam kehidupan rumahtangga. Sebab, secara alami, setiapmanusia yang hidup di dunia ini pasti dihadapkan pada berbagai persoalan.Hanya saja, seorang Muslim yang kokoh imannya akan senantiasa yakin bahwaIslam pasti mampu memecahkan semua problem kehidupannya. Oleh karena itu,dia akan senantiasa siap menghadapi problem tersebut, dengan menyempurnakanikhtiar untuk mencari solusinya dari Islam, seiring dengan doa-doanyakepada Allah Swt. Sembari berharap, Allah memudahkan penyelesaian segalaurusannya.Keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bukan berarti tidak pernahmenghadapi masalah. Yang dimaksud adalah keluarga yang dibangun ataslandasan Islam, dengan suami-istri sama-sama menyadari bahwa mereka menikahadalah untuk ibadah dan untuk menjadi pilar yang mengokohkan perjuanganIslam.

Mereka siap menghadapi masalah apapun yang menimpa rumahtanggamereka. Sebab, mereka tahu jalan keluar apa yang harus ditempuh denganbimbingan Islam.Islam telah mengajarkan bahwa manusia bukanlah malaikat yang selalu taatkepada Allah, tidak pula ma'shûm (terpelihara dari berbuat maksiat) sepertihalnya para nabi dan para rasul. Manusia adalah hamba Allah yang memilikipeluang untuk melakukan kesalahan dan menjadi tempat berkumpulnya banyakkekurangan. Pasangan kita (suami atau istri) pun demikian, memiliki banyakkekurangan. Karena itu, kadangkala apa yang dilakukan dan ditampakkan olehpasangan kita tidak seperti gambaran ideal yang kita harapkan. Dalamkondisi demikian, maka sikap yang harus diambil adalah bersabar!Sabar adalah salah satu penampakan akhlak yang mulia, yaitu wujud ketaatanhamba terhadap perintah dan larangan Allah Swt. Sabar adalah bagian hukumsyariat yang diperintahkan oleh Islam. (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 153; QSaz-Zumar [39]: 10).Makna kesabaran yang dimaksudkan adalah kesabaran seorang Mukmin dalamrangka ketaatan kepada Allah; dalam menjalankan seluruh perintah-Nya; dalamupaya menjauhi seluruh larangan-Nya; serta dalam menghadapi ujian dancobaan, termasuk pula saat kita dihadapkan pada 'kekurangan' pasangan(suami atau istri) kita.Namun demikian, kesabaran dalam menghadapi 'kekurangan' pasangan kita harus dicermati dulu faktanya. Pertama: Jika kekurangan itu berkaitan dengan kemaksiatan yang mengindikasikan adanya pelalaian terhadap kewajiban atau justru melanggar larangan Allah Swt. Dalam hal ini, wujud kesabaran kita adalah dengan menasihatinya secara makruf serta mengingatkannya untuk tidak melalaikan kewajibannya dan agar segera meninggalkan larangan-Nya. Contoh pada suami: suami tidak berlaku makruf kepada istrinya, tidak menghargai istrinya, bukannya memuji tetapi justru suka mencela, tidak menafkahi istri dan anak-anaknya, enggan melaksanakan shalat fardhu, enggan menuntut ilmu, atau malas-malasan dalam berdakwah. Contoh pada istri: istri tidak taat pada suami, melalaikan pengasuhan anaknya, melalaikan tugasnya sebagai manajer rumahtangga (rabb al-bayt), sibuk berkarier, atau mengabaikan upaya menuntut ilmu dan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Sabar dalam hal ini tidak cukup dengan berdiam diri saja atau nrimo dengan apa yang dilakukan oleh pasangan kita, tetapi harus ada upaya maksimal menasihatinya dan mendakwahinya.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan, kita senantiasa mendoakan pasangan kita kepada Allah Swt.Kedua: Jika kekurangan itu berkaitan dengan hal-hal yang mubah maka hendaknya dikomunikasikan secara makruf di antara suami-istri. Contoh: suami tidak terlalu romantis bahkan cenderung cuwek; miskin akan pujian terhadap istri, padahal sang istri mengharapkan itu; istri kurang pandai menata rumah, walaupun sudah berusaha maksimal tetapi tetap saja kurang estetikanya, sementara sang suami adalah orang yang apik dan rapi; istri kurang bisa memasak walaupun dia sudah berupaya maksimal menghasilkan yang terbaik; suami "cara bicaranya" kurang lembut dan cenderung bernada instruksi sehingga kerap menyinggung perasaan istri; istri tidak bisa berdandan untuk suami, model rambutnya kurang bagus, hasil cucian dan setrikaannya kurang rapi; dan sebagainya. Dalam hal ini kita dituntut bersabar untuk mengkomunikasikannya, memberikan masukan, serta mencari jalan keluar bersama pasangan kita. Jika upaya sudah maksimal tetapi belum juga ada perubahan, maka terimalah itu dengan lapang dada seraya terus mendoakannya kepada Allah Swt. (Lihat: QS an-Nisa' [4]: 19).

Rasulullah saw. bersabda:Janganlah seorang suami membenci istrinya. Jika dia tidak menyukai satuperangainya maka dia akan menyenangi perangainya yang lain. (HR Muslim).Inilah tuntunan Islam yang harus dipahami oleh setiap Mukmin yang inginrumahtangganya diliputi dengan kebahagiaan, cinta kasih, ketenteraman, danlanggeng.

Wallâhu a'lam bi ash-shawab. []
sumber : hizbut tahrir indonesia









;;