Lihat Bisnis ABgroup yang lain :

In Memoriam Gito Rollies

Innaalillahi WaInnaaIlaihi Roji'uun Bangun Sugito Toekiman yang populer dengan nama Gito Rollies, meninggal dunia pada Kamis (28 Februari 2008) sekitar pukul tujuh malam lebih 15 menit di RS Pondok Indah Jakarta. Penyanyi itu masuk ke rumah sakit sejak Rabu karena mengalami perdarahan saat buang air besar.

BERITA meninggalnya rocker legendaris yang kemudian aktif menjadi juru dakwah itu, kali pertama saya dengar dari wartawan SCTV. “Cak Gito meninggal,” kata dia lewat Yahoo Masenger. Wartawan itu lantas meminta saya mengecek berita di detik.com dan benar di situs terpampang berita meninggalnya Gito (Lihat “Gito Rollies Meninggal Dunia,” detik.com 28 Februari 2008)

Mengutip situs www.kompas.com, sejak tiga tahun lalu, kondisi kesehatan Gito memang mulai memburuk. Dia menderita kanker kelenjar getah bening. Berkali-kali kondisinya tak menentu hingga harus beberapa kali harus menjalani di rumah sakit. Akibat penyakitnya itu ia sempat menjalani kemoterapi di sebuah rumah sakit di Singapura
Menurut sahabat terdekat Gito, Adrie Subono, Gito sempat pingsan pada Rabu malam sehingga harus dilarikan ke Ruang UGD. “Saat saya datang ke sana sekitar pukul 23.00 malam, Kang Gito memang sedang istirahat. Tapi, sebelumnya sempat pingsan dan mengalami pendarahan saat buang air besar,” kata Adrie, saat dihubungi kompas.com melalui telepon genggamnya, Kamis (8/2) sore (Lihat “Gito Rollies Masuk Rumah Sakit Lagi,” www.kompas.com, 28 Februari 2008)
Gito adalah salah satu pelopor musik rock di Indonesia. Sosoknya mulai dikenal khalayak ketika bergabung dengan The Rollis pad 1968. Dengan rambut bergaya afro-look, Gito memang terlihat bagaikan James Brown, superstar berkulit hitam yang kesohor dengan musik soul dan funk. Namun sering pula Gito meniru gaya Mick Jagger vokalis Rolling Stones.

Dia tercatat pernah menjadi vokalis kelompok Cockpit di Jakarta tapi tak lama kemudian kembali bergabung dengan The Rollies. Kadang Gito ikut mendukung konser Superkid, kelompok trio yang dibentuk sahabat dekatnya, Deddy Stanzah bersama Deddy Dorres, dan Jelly Tobing. Di tahun 1976, ia malah resmi berduet dengan Deddy Stanzah dalam album berbahasa Inggris dengan tajuk Higher and Higher yang keseluruhan lagunya ditulis oleh Denny Sabri, wartawan majalah Aktuil.

Pada masa kejayaan musik rock di era 70-an itu, rock dan artisnya identik dengan alkohol dan drugs. Gito pun sempat mengalami dan menikmati sensasi semacam itu. ”Drugs dan minum (alkohol) itu sudah satu paket yang harus dikonsumsi setiap hari,” ujarnya seperti dikutip oleh Tempo (Lihat “Sejarah Musik Rock Indonesia-Ke Jalan Lurus.”)
Gito baru berhenti dengan kebiasaan buruk itu sekitar 13 tahun silam. Menurut pengakuannya, gara-garanya adalah sebuah sebuah peristiwa yang membuatnya syok lahir batin. Sepulang dari konser Hari Pahlawan, 10 November 1995, di Surabaya, di bawah pengaruh ”paket” itu, selama tiga hari ia fly, tak makan dan tak tidur. ”Selama tiga hari itu semua kelakuan saya di masa lalu seperti diputar di depan mata,” katanya. ”Saya takut sekali.”
Namun yang paling membuatnya ciut justru menyangkut segala omongan yang pernah terlontar dari mulutnya. ”Fitnah dan gunjingan yang sering saya buat terhadap musisi lain, ghibah (membicarakan orang—Red.). Pengalaman tiga hari itu yang menjadi titik balik saya untuk kembali kepada Allah,” kata Gito.

Gito sejak itu kemudian berpaling ke agama. Dia bahkan menjadi juru dakwah dan rajin mengaji dan mengkaji Al Quran. Beberapa kali dia tampil di televisi untuk memberikan penjelasan tentang agama dan bermain pada sinetron bernapaskan Islam.
Sebelum perdarahan pada Rabu kemarin itu, Gito pernah mengalami stroke dan lumpuh akibat kanker kelenjar getah bening dan memaksanya harus menggunakan kursi roda. Selain menyanyi, bermain film dan sinetron, pria kelahiran Biak, 1 November 1946 itu juga dikenal sebagai penulis buku Sujud Haru di Atas Sajadah. “Dengan berbekal iman saja, saya yakin Allah pasti menyembuhkan,” kata Gito kepada infoselebriti.com November tahun lalu. Pada Kamis malam, Allah memang telah mengangkat penderitaan Gito selama-lamanya.
Sumber : Rusdi Mathari


AddThis Social Bookmark Button

0 komentar: