Lihat Bisnis ABgroup yang lain :

Lubang Hitam [Black Hole]

Abad ke-20 menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya, yang belum lama ditemukan, adalah Black Hole [Lubang Hitam]. Ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya ambruk hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat.

Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya. Di surat Al Waaqi’ah, Allah mengarahkan perhatian pada masalah ini sebagaimana berikut, dengan bersumpah atas letak bintang-bintang:
Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui. (QS. Al Waaqi’ah, 56: 75-76)
Istilah “lubang hitam” pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat. Sebab, cahaya bintang-bintang yang runtuh ini lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah lubang hitam disebabkan lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil.

Gravitasi raksasanya bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton [partikel cahaya]. Misalnya, tahap akhir dari sebuah bintang biasa, yang berukuran tiga kali massa Matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 kilometer (12,5 mil)! Lubang hitam berwarna “hitam”, yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian, keberadaan lubang hitam ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap benda-benda langit lainnya. Selain gambaran tentang Hari Perhitungan, ayat di bawah ini mungkin juga merujuk pada penemuan ilmiah tentang lubang hitam ini:
Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan (QS. Al Mursalaat, 77:

Selain itu, bintang-bintang bermassa besar juga menyebabkan terbentuknya lekukan-lekukan yang dapat ditemukan di ruang angkasa. Namun, lubang hitam tidak hanya menimbulkan lekukan-lekukan di ruang angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai lubang hitam. Kenyataan ini mungkin dipaparkan di dalam ayat tentang bintang-bintang, dan ini adalah satu bahasan penting lain yang menunjukkan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah:
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)

PULSAR: BINTANG BERDENYUT
Demi langit dan Ath Thaariq, tahukah kamu apakah Ath Thaariq? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (QS. At Thaariq, 86: 1-3)
Pulsar adalah sisa-sisa bintang padam yang memancarkan gelombang radio teramat kuat yang menyerupai denyut, dan yang berputar pada sumbunya sendiri dengan sangat cepat. Telah dihitung bahwa terdapat lebih dari 500 pulsar di galaksi Bima Sakti, yang di dalamnya terdapat Bumi kita.

Kata “Thaariq,” nama surat ke-86, berasal dari akar kata “tharq,” yang makna dasarnya adalah memukul dengan cukup keras untuk menimbulkan suara, atau menumbuk. Dengan mempertimbangkan arti yang mungkin dari kata tersebut, yakni “berdenyut/berdetak,” “memukul keras,” perhatian kita mungkin diarahkan oleh ayat ini pada sebuah kenyataan ilmiah penting. Sebelum menelaah keterangan ini, marilah kita lihat kata-kata selainnya yang digunakan dalam ayat ini untuk menggambarkan bintang-bintang ini. Istilah “ath-thaariqi” dalam ayat di atas berarti sebuah bintang yang menembus malam, yang menembus kegelapan, yang muncul di malam hari, yang menembus dan bergerak, yang berdenyut/berdetak, yang menumbuk, atau bintang terang. Selain itu, kata “wa” mengarahkan perhatian pada benda-benda yang digunakan sebagai sumpah – yakni, langit dan Ath Thaariq.

Melalui penelitian oleh Jocelyn Bell Burnell, di Universitas Cambridge pada tahun 1967, sinyal radio yang terpancar secara teratur ditemukan. Namun, hingga saat itu belumlah diketahui bahwa terdapat benda langit yang berkemungkinan menjadi sumber getaran atau denyut/detak teratur yang agak mirip pada jantung.

Akan tetapi, pada tahun 1967, para pakar astronomi menyatakan bahwa, ketika materi menjadi semakin rapat di bagian inti karena perputarannya mengelilingi sumbunya sendiri, medan magnet bintang tersebut juga menjadi semakin kuat, sehingga memunculkan sebuah medan magnet pada kutub-kutubnya sebesar 1 triliun kali lebih kuat daripada yang dimiliki Bumi. Mereka lalu paham bahwa sebuah benda yang berputar sedemikian cepat dan dengan medan magnet yang sedemikian kuat memancarkan berkas-berkas sinar yang terdiri dari gelombang-gelombang radio yang sangat kuat berbentuk kerucut di setiap putarannya. Tak lama kemudian, diketahui juga bahwa sumber sinyal-sinyal ini adalah perputaran cepat dari bintang-bintang neutron. Bintang-bintang neutron yang baru ditemukan ini dikenal sebagai “pulsar.” Bintang-bintang ini, yang berubah menjadi pulsar melalui ledakan supernova, tergolong yang memiliki massa terbesar, dan termasuk benda-benda yang paling terang dan yang bergerak paling cepat di ruang angkasa. Sejumlah pulsar berputar 600 kali per detik.1

Kata “pulsar” berasal dari kata kerja to pulse . Menurut kamus American Heritage Dictionary, kata tersebut berarti bergetar, berdenyut. Kamus Encarta Dictionary mengartikannya sebagai berdenyut dengan irama teratur, bergerak atau berdebar dengan irama teratur yang kuat. Lagi menurut Encarta Dictionary, kata ” pulsate “, yang berasal dari akar yang sama, berarti mengembang dan menyusut dengan denyut teratur yang kuat.

Menyusul penemuan itu, diketahui kemudian bahwa peristiwa alam yang digambarkan dalam Al Qur’an sebagai “thaariq,” yang berdenyut, memiliki kemiripan yang sangat dengan bintang-bintang neutron yang dikenal sebagai pulsar.
Bintang-bintang neutron terbentuk ketika inti dari bintang-bintang maharaksasa runtuh. Materi yang sangat termampatkan dan sangat padat itu, dalam bentuk bulatan yang berputar sangat cepat, menangkap dan memampatkan hampir seluruh bobot bintang dan medan magnetnya. Medan magnet amat kuat yang ditimbulkan oleh bintang-bintang neutron yang berputar sangat cepat ini telah dibuktikan sebagai penyebab terpancarnya gelombang-gelombang radio sangat kuat yang teramati di Bumi.

Di ayat ke-3 surat Ath Thaariq istilah “an najmu ats tsaaqibu,” yang berarti yang menembus, yang bergerak, atau yang membuat lubang, mengisyaratkan bahwa Thaariq adalah sebuah bintang terang yang membuat lubang di kegelapan dan bergerak. Makna istilah “adraaka” dalam ungkapan “Tahukah kamu apakah Ath Thaariq itu?” merujuk pada pemahaman. Pulsar, yang terbentuk melalui pemampatan bintang yang besarnya beberapa kali ukuran Matahari, termasuk benda-benda langit yang sulit untuk dipahami. Pertanyaan pada ayat tersebut menegaskan betapa sulit memahami bintang berdenyut ini. (Wallaahu a’lam)
Sebagaimana telah dibahas, bintang-bintang yang dijelaskan sebagai Thaariq dalam Al Qur’an memiliki kemiripan dekat dengan pulsar yang dipaparkan di abad ke-20, dan mungkin mengungkapkan kepada kita tentang satu lagi keajaiban ilmiah Al Qur’an.

BINTANG SIRIUS (SYI’RA)
Bintang Sirius [Syi’ra] muncul di Surat An Najm (yang berarti “bintang”). Bintang ganda yang membentuk bintang Sirius ini saling mendekat dengan sumbu kedua bintang itu yang berbentuk busur setiap 49,9 tahun sekali. Peristiwa alam tentang bintang ini diisyaratkan dalam ayat ke-9 dan ke-49 dari Surat An Najm.

Ketika pengertian-pengertian tertentu yang disebutkan dalam Al Qur’an dikaji berdasarkan penemuan-penemuan ilmiah abad ke-21, kita akan mendapati diri kita tercerahkan dengan lebih banyak keajaiban Al Qur’an. Salah satunya adalah bintang Sirius (Syi’ra), yang disebut dalam surat An Najm ayat ke-49:
… dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi’ra (QS. An Najm, 53: 49)

Kenyataan bahwa kata Arab “syi’raa,” yang merupakan padan kata bintang Sirius, muncul hanya di Surat An Najm (yang hanya berarti “bintang”) ayat ke-49 secara khusus sangatlah menarik. Sebab, dengan mempertimbangkan ketidakteraturan dalam pergerakan bintang Sirius, yakni bintang paling terang di langit malam hari, sebagai titik awal, para ilmuwan menemukan bahwa ini adalah sebuah bintang ganda. Sirius sesungguhnya adalah sepasang dua bintang, yang dikenal sebagai Sirius A dan Sirius B. Yang lebih besar adalah Sirius A, yang juga lebih dekat ke Bumi dan bintang paling terang yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Tapi Sirus B tidak dapat dilihat tanpa teropong.

Bintang ganda Sirius beredar dengan lintasan berbentuk bulat telur mengelilingi satu sama lain. Masa edar Sirius A dan B mengelilingi titik pusat gravitasi mereka yang sama adalah 49,9 tahun. Angka ilmiah ini kini diterima secara bulat oleh jurusan astronomi di universitas Harvard, Ottawa dan Leicester.2
Keterangan ini dilaporkan dalam berbagai sumber sebagai berikut:
Sirius, bintang yang paling terang, sebenarnya adalah bintang kembar… Peredarannya berlangsung selama 49,9 tahun. 3
Sebagaimana diketahui, bintang Sirius-A dan Sirius-B beredar mengelilingi satu sama lain melintasi sebuah busur ganda setiap 49,9 tahun. 4
Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah garis edar ganda berbentuk busur dari dua bintang tersebut yang mengitari satu sama lain.

Namun, kenyataan ilmiah ini, yang ketelitiannya hanya dapat diketahui di akhir abad ke-20, secara menakjubkan telah diisyaratkan dalam Al Qur’an 1.400 tahun lalu. Ketika ayat ke-49 dan ke-9 dari surat An Najm dibaca secara bersama, keajaiban ini menjadi nyata:
dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang Syi’ra (QS. An Najm, 53: 49)
maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). (QS. An Najm, 53: 9)
Penjelasan dalam Surat An Najm ayat ke-9 tersebut mungkin pula menggambarkan bagaimana kedua bintang ini saling mendekat dalam peredaran mereka. (Wallaahu a’lam). Fakta ilmiah ini, yang tak seorang pun dapat memahami di masa pewahyuan Al Qur’an, sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur’an adalah firman Allah Yang Mahakuasa.

Sumber : harunyahya.com
ABgroup Corporate


AddThis Social Bookmark Button


Makna Islam Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta

Memahami Rahmat Islam“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS 21: 107). Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga pemahaman yang benar. Sebagian orang secara sengaja (karena ada maksud buruk) ataupun tidak sengaja (karena pemahaman Islamnya yang tidak dalam), sering memaknai ayat tersebut diatas secara menyimpang. Mereka ini mengartikan rahmat Islam harus tercermin dalam suasana sosial yang sejuk, damai dan toleransi dimana saja Islam berada, apalagi sebagai mayoritas. Sementara dibaliknya sebenarnya ada tujuan lain atau kebodohan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri, misalnya memboleh-bolehkan ucapan natal dari seorang Muslim terhadap umat Nasrani atau bersifat permisive terhadap ajaran sesat yang tetap mengaku Islam.
Islam sebagai rahmat bagi alam semesta adalah tujuan bukan proses. Artinya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta bisa jadi umat Islam harus melalui beberapa ujian, kesulitan atau peperangan seperti di zaman Rasulullah. Walau tidak selalu harus melalui langkah sulit apalagi perang, namun sejarah manapun selalu mengatakan kedamaian dan kesejukan selalu didapatkan dengan perjuangan. Misalnya, untuk menjadikan sebuah kota menjadi aman diperlukan kerjakeras polisi dan aparat hukum untuk memberi pelajaran bagi pelanggar hukum. Jadi logikanya, agar tercipta kesejukan, kedamaian dan toleransi yang baik maka hukum Islam harus diupayakan dapat dijalankan secara kaffah.
Sebaliknya, jangan dikatakan bahwa umat Islam harus bersifat sejuk, damai dan toleransi kepada pelanggar hukum dengan alasan Islam adalah agama rahmat.Mencari Rahmat IslamAllah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS al-Baqarah: 208) Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya adalah, dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar mereka mengambil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapatkan petunjuk-Nya, kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,” (QS al-‘Ankabuut: 69).Bentuk-bentuk Rahmat IslamKetika seseorang telah mendapat petunjuk Allah, maka ia benar-benar mendapat rahmat dengan arti yang seluas-luasnya. Dalam tataran praktis, ia mempunyai banyak bentuk. Pertama, manhaj (ajaran). Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia, jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah SWT berfirman, “Kami tidak menurunkan al-Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa: 2-3). Di ayat lain, Dia berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…,” (QS Al-Maidah: 3). Kedua, al-Qur'an. Al-Qur'an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah.
Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan dinamika kehidupannya. Begitu juga kesempatan untuk menemukan inovasi dalam hal sarana pelaksanaannya sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi kehidupan, yang semuanya itu tidak boleh bertentangan dengan ushul atau pokok-pokok ajaran yang permanen. Dari sini bisa kita pahami bahwa al-Qur'an itu benar-benar sempurna dalam ajarannya. Tidak ada satu pun masalah dalam kehidupan ini kecuali al-Qur'an telah memberikan petunjuk dan solusi. Allah berfirman, “Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan,” (QS al-An’aam: 38). Dalam ayat lain berbunyi, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri,” (QS an-Nahl: 89). Ketiga, penyempurna kehidupan manusia Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Rahmat Islam adalah meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna, bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia, Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia. “Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” (QS al-A`raf: 32). Islam memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, sedang manusia sering tidak mengetahuinya.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).Keempat, jalan untuk kebaikan. Rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya yang berisi jalan / cara mencapai kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat. Hanya kebanyakan manusia memandang jalan Islam tersebut memiliki beban yang berat, seperti kewajiban sholat dan zakat, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya. Padahal Allah SWT telah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” (QS al-Baqarah: 286). Pada dasarnya, kewajiban tersebut hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,” (QS al-Isra’: 7).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam itu adalah rahmat dalam artian yang luas, bukan rahmat yang dipahami oleh sebagian orang menurut seleranya sendiri. Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Allah dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan. Memerangi kemaksiatan itu adalah rahmat, sekalipun sebagian orang tidak setuju dengan tindakan tersebut. Jihad melawan orang kafir yang zalim adalah rahmat, meskipun sekelompok manusia tidak suka jihad dan menganggapnya sebagai tindakan kekerasan atau terorisme. Allah berfirman, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).Hendaknya kita jujur dalam mengungkapkan sebuah istilah. Jangan sampai kita menggunakan ungkapan seperti sejuk, damai, toleransi, rahmat, dan sebagainya, kemudian dikaitkan dengan kata ‘Islam’. Sementara ada tujuan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri. Wallahu a’lam bish shawab.
Disadur dari tulisan DR. Muslih Abdul Karim,www.aldakwah.org
ABgroup Corporate



AddThis Social Bookmark Button



Kisah Sepotong Kain Putih

Hari ini ada ribuan gulung kain, diperjual-belikan di pasar-pasar di kota ini,Hari ini ada sedemikian banyak kain putih, yang sedang dibeli, diukur dan dipotong, Hari ini ada sedemikian banyak kain putih yang siap digunakan sebagai kain kafan,Hari ini ada sedemikian banyak kain kafan yang seolah bertanya untuk siapa ia akan dibeli.
Esok hari, siapa gerangan pembeli berikutnya,Bisa jadi kain putih itu akan dibeli orang yang tidak kita kenal,Bisa jadi kain putih itu kita sendiri yang membelinya untuk tetangga atau keluarga terdekat kita,Bisa jadi seseorang sedang membelikannya untuk jenazah kita yang sedang menunggu dikubur,
Engkau boleh saja tertawa, tapi bisa jadi kain kafanmu ada di truk pengirim barang yang sedang diparkir di pinggir toko kain itu, Engkau boleh saja berencana, tapi bisa jadi kain kafanmu sedang dipesan si pemilik toko,Engkau boleh saja tidur nyenyak, tapi bisa jadi seorang penenun sedang memintal kain kafanmu.
Engkau boleh saja menikmati keindahan alam pertanian, tapi boleh jadi seorang petani sedang memanen kapas bahan kain kafanmu.Kita tidak tahu kapan hidup kita berakhir, Kita juga tidak tahu kain kafan mana yang akan menemani kita di kuburan,
Tapi yang jelas kain itu ada di suatu tempat,Kain putih itu sendiri tidak pernah tahu kepada siapa ia akan digunakan,Seandainya ia bisa berbicara, tentu ia akan meminta agar digunakan pada orang soleh yang selalu mempersiapkan diri untuk kehidupan berikutnya…
Sumber : NN
ABgroup Corporate



AddThis Social Bookmark Button



Islamnya Napoleon Bonaparte

Siapa yang tidak mengenal Napoleon Bonaparte, seorang Jendral dan Kaisar Prancis yang tenar kelahiran Ajaccio, Corsica 1769. Namanya terdapat dalam urutan ke-34 dari Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah yang ditulis oleh Michael H. Hart.Sebagai seorang yang berkuasa dan berdaulat penuh terhadap negara Prancis sejak Agustus 1793, seharusnya ia merasa puas dengan segala apa yang telah diperolehnya itu.Tapi rupanya kemegahan dunia belum bisa memuaskan batinnya, agama yang dianutnya waktu itu ternyata tidak bisa membuat Napoleon Bonaparte merasa tenang dan damai.
Akhirnya pada tanggal 02 Juli 1798, 23 tahun sebelum kematiannya ditahun 1821, Napoleon Bonaparte menyatakan ke-Islamannya dihadapan dunia Internasional.Apa yang membuat Napoleon ini lebih memilih Islam daripada agama lamanya, Kristen ?Berikut penuturannya sendiri yang pernah dimuat dimajalah Genuine Islam, edisi Oktober 1936 terbitan Singapura."I read the Bible; Moses was an able man, the Jews are villains, cowardly and cruel. Is there anything more horrible than the story of Lot and his daughters ?""The science which proves to us that the earth is not the centre of the celestial movements has struck a great blow at religion. Joshua stops the sun ! One shall see the stars falling into the sea... I say that of all the suns and planets,..." "Saya membaca Bible; Musa adalah orang yang cakap, sedang orang Yahudi adalah bangsat, pengecut dan jahat. Adakah sesuatu yang lebih dahsyat daripada kisah Lut beserta kedua puterinya ?" (Lihat Kejadian 19:30-38)"Sains telah menunjukkan bukti kepada kita, bahwa bumi bukanlah pusat tata surya, dan ini merupakan pukulan hebat terhadap agama Kristen. Yosua menghentikan matahari (Yosua 10: 12-13).
Orang akan melihat bintang-bintang berjatuhan kedalam laut.... saya katakan, semua matahari dan planet-planet ...."Selanjutnya Napoleon Bonaparte berkata :"Religions are always based on miracles, on such things than nobody listens to like Trinity. Yesus called himself the son of God and he was a descendant of David. I prefer the religion of Muhammad. It has less ridiculous things than ours; the turks also call us idolaters." "Agama-agama itu selalu didasarkan pada hal-hal yang ajaib, seperti halnya Trinitas yang sulit dipahami. Yesus memanggil dirinya sebagai anak Tuhan, padahal ia keturunan Daud. Saya lebih meyakini agama yang dibawa oleh Muhammad. Islam terhindar jauh dari kelucuan-kelucuan ritual seperti yang terdapat didalam agama kita (Kristen); Bangsa Turki juga menyebut kita sebagai orang-orang penyembah berhala dan dewa."Selanjutnya :"Surely, I have told you on different occations and I have intimated to you by various discourses that I am a Unitarian Musselman and I glorify the prophet Muhammad and that I love the Musselmans." "Dengan penuh kepastian saya telah mengatakan kepada anda semua pada kesempatan yang berbeda, dan saya harus memperjelas lagi kepada anda disetiap ceramah, bahwa saya adalah seorang Muslim, dan saya memuliakan nabi Muhammad serta mencintai orang-orang Islam."
Akhirnya ia berkata :"In the name of God the Merciful, the Compassionate. There is no god but God, He has no son and He reigns without a partner."
"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tiada Tuhan selain Allah. Ia tidak beranak dan Ia mengatur segala makhlukNya tanpa pendamping."Napoleon Bonaparte mengagumi AlQuran setelah membandingkan dengan kitab sucinya, Alkitab (Injil). Akhirnya ia menemukan keunggulan-keunggulan Al-Quran daripada Alkitab (Injil), juga semua cerita yang melatar belakanginya.
Referensi :
1. Memoirs of Napoleon Bonaparte by Louis Antoine Fauvelet de Bourrienne edited by R.W. Phipps. Vol. 1 (New York: Charles Scribner's Sons, 1889) p. 168-169.http://chnm.gmu.edu/revolution/d/612/
2. 'Napoleon And Islam' by C. Cherfils. ISBN: 967-61-0898-7http://www.shef.ac.uk/~ics/whatis/articles/napoleon.htm
3. Satanic Voices - Ancient and Modern by David M. Pidcock, (1992 ISBN: 1-81012-03-1), it states on page 61, that the then official French Newspaper, Le Moniteur, carried the accounts of his conversion to Islam, in 1798 C.E
ABgroup Corporate




AddThis Social Bookmark Button




Kisah Kegundahan Seorang Yang Soleh Tentang Putrinya

Kisah perjalanan batin seorang ulama, melalui doa, rasa kecewa, takut, marah, khawatir, hingga mendapatkan hidayah, bahwa putri bungsunya yang progressive/agresive ternyata tetap dalam lindungan dan Jalannya Allah S.W.T.Medan, 15 Juni 1975Hari ini engkau terlahir ke dunia, anakku. Meski tidak seperti harapanku bertahun-tahun merindukan kehadiran seorang anak laki-laki, aku tetap bersyukur engkau lahir dengan selamat setelah melalui jalan divakum.
Telah kupersiapkan sebuah nama untukmu; Qaulan Syadida..Aku sangat terkesan dengan janji Allah dalam surat Al-Ahzab ayat tujuh puluh, maknanya perkataan yang benar. Harapanku engkau kelak menjadi seorang yang kaya iman dan memperoleh fauzan'adzima, kemenangan yang besar seperti yang engkau telah dijanjikan Allah dalam Al-Quran. Sungguh kelahiranmu telah mengajarkanku makna bersyukur...1981 Tahun ini engkau memasuki sekolah dasar. Usiamu belum genap enam tahun. Tetapi engkau terus merengek minta disekolahkan seperti saudarimu. Engkau berbeda dari keempat kakakmu terdahulu. Bagaimana engkau dengan gagah tanpa ragu atau malu-malu melangkah memasuki ruang kelasmu.
Bahkan engkau tak minta dijemput. Saat ini aku mulai menyadari sifat keberanian yang tumbuh dalam dirimu yang tak kutemukan dalam diri saudarimu yang lain.1987 Putriku, sungguh aku pantas bangga padamu. Tahun ini engkau ikut Cerdas Cermat tingkat nasional di TVRI. Dengan bangga aku menyaksikan engkau tampil penuh percayar diri di layar kaca dan aku pun bisa berkata pada teman-temanku; itu anakku Qaulan...Meski tidak juara pertama, aku tetap bangga padamu. Namun di balik rasa banggaku padamu selalu terbesit satu kekhawatiran akan sikapmu yang agak aneh dalam pengamatanku.
Tidak seperti keempat kakakmu yang kalem dan cendrung memilik sifat-sifat perempuan, engkaujustru sangat angresif, pemberani, agak keras kepala, meski tetap santun padaku dan selalu juara kelas.Jika hari Ahad tiba, engkau lebih suka membantuku membersihkan taman, mengecat pagar, atau memegangi tangga bila aku memanjat membetulkan bocor. Engkau lebih sering mendampingiku dan bertanya tentang alat-alat pertukangan ketimbang membantu ibumu memasak di dapur seperti saudarimu yang lain.Kebersamaan dan kedekatanmu denganku, membuatku sering meperlakukanmu sebagai anak lelakiku, dengan senang hati aku menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, membekalimu dengan pengatahuan dan permainan untuk anak lelaki. Tak jarang kita berdua pergi memancing atau sekedar menaikkan layang-layang sore hari di lapangan madrasah tempat aku mengajar.
Putriku, sungguh kekhawatiranku berbuah juga. Engkau menolak bersekolah di tsanawiyah seperti saudarimu. Diam-diam tanpa sepengetahuanku engkau telah mendaftar di sebuah SMP negeri. Bukan kepalang kemarahanku. Untunglah ibumu datang membelamu, jika tidak mungkin tangan ini sudah berpindah ke pipimu yang putih mulus. Tegarnya watakmu, bahkan tak setetes airmata jatuh dari kedua matamu yang tajam menatapku.Putriku, jika aku marah padamu semata-mata karena aku khawatir engkau larut dalam pola pergaulan yang tak benar, anakku. Terlebih-lebih saat engkau menolak mengenakan jilbab seperti keempat kakakmu. Betapa sedih dan kecewa hatiku melihatmu, Nak...1993 Tahun ini engkau menamatkan SMAmu. Engaku tumbuh menjadi gadis cantik, periang, pemberani, dan banyak teman.
Temanmu mulai dari tukang kebun sampai tukang becak, wartawan, bahkan menurut ibumu pernah anggota Kopassus datang mencarimu.Putriku, disetiap bangun pagiku, aku seolah tak percaya engkau adalah putriku, putri seorang yang sering dipanggil Ustadz, putri seorang kepala madrasah, putri seorang pendiri perguruan Islam...Putriku, entah mengapa aku merasa seperti kehilanganmu. Sedih rasanya berlama-lama menatapmu dengan potongan rambut hanya berbeda beberapa senti dengan rambutku. Biar praktis dan sehat; berkali-kali itu alasan yang kau kabarkan lewat ibumu. Jika terjadi sesuatu yang tidak baik pada dirimu selama melewati usia remajamu, putriku maka akulah orang yang paling bertanggung jawab atas kesalahan itu. Aku tidak behasil mendidikmu dengan cara yang Islami.Dalam doa-doa malamku selalu kebermohon pada Rabbul 'Izzati agar engkau dipelihara olehNya ketika lepas dari pengawasan dan pandangan mataku. Kesedihan makin bertambah takkala diam-diam engkau ikut UMPTN dan lulus di fakultas teknik. Fakultas teknik, putriku? Ya Rabbana, aku tak sanggup membayangkan engkau menuntut ilmu berbaur dengan ratusan anak laki-laki dan bukan satupun mahrommu?Dalam silsilah keluarga kita tidak satupun anak perempuan belajar ilmu teknik, anakku. Keempat kakakmu menimba ilmu di institut agama dan ilmu keguruan. Ya, silsilah keluarga kita adalah keluarga guru, anakku.
Engkau kemukakan sejumlah alasan, bahwa Islam juga butuh arsitek, butuh teknokrat, Islam bukan tentang ibadah melulu...Baiklah, aku sudah terlalu lelah menghadapimu, aku terima segala argumen dan pemikiranmu,putriku..Dan aku akan lebih bisa menerima seandainya engkau juga mengenakan busana Muslimah saat memulai masa kuliahmu.1995 Tahun ini tidak akan pernah kulupakan. Akan kucatat baik-baik...Engkau putriku, yang selalu kusebut namamu dalam doa-doaku, kiranya Allah S.W.T mendengar dan mengabulkan pintaku. Ketika engkau pulang dari kuliahmu; subhannalah! Engkau sangat cantik dengan jilbab dan baju panjangmu, aku sampai tidak mengenalimu, putriku. Engkau telah berubah, putriku.. Apa sesungguhnya yang engkau dapati di luar sana.
Bertahun-tahun aku mengajarkan padamu tentang kewajiban Muslimah menutup aurat, tak sekalipun engkau cela perkataanku meski tak sekalipun juga engkau indahkan anjuranku. Dua tahun di bangku kuliah, tiba-tiba engkau mengenakan busana takwa itu? Apa pula yang telah membuatmu begitu mudah menerima kebenaran ini? Putriku, setelah sekian lamanya waktu berlalu, kembali engkau mengajarkan padaku tentang hakikat dan makna bersyukur.1997 Putriku, kini aku menulis dengan suasana yang lain. Ada begitu banyak asa tersimpan di hatiku melihat perubahan yang terjadi dalam dirimu. Engkau menjadi sangat santun, bahkan terlihat lebih dewasa dari keempat saudarimu yang kini telah berumah tangga semuanya. Kini, hanya engkau aku dan ibumu yang mendiami rumah ini.Kurasakan rumah kita seolah-olah berpendar cahaya setiap saat dilantuni tilawah panjangmu.
Gemercik suara air tengah malam menjadi irama yang kuhafal dan pantas kurenungi.Putriku, jika aku pernah merasa bahagia, maka saat paling bahagia yang pernah kurasakan di dunia adalah saat ketika diam-diam aku memergokimu tengah menangis dalam sujud malammu....Selalu kuyakinkan diriku bahwa akulah si pemilik mutiara cahaya hati itu, yaitu engkau putriku...1998 Putriku, kalau saat ini aku merasa sangat bangga padamu, maka itu amat beralasan. Engkau telah lulus menjadi sarjana dengan predikat cum laude. Keharuan yang menyesak dadaku mengalahkan puluhan tanya ibumu, diantaranya; mengapa engkau tidak punya teman pendamping pria seperti kakak-kakakmu terdahulu? Engkau begitu sederhana, putriku, tanpa polesan apapun seperti lazimnya mereka yang akan berangkat wisuda, semua itu justru membuatku semakin bangga padamu. Entah darimana engkau bisa belajar begitu banyak tentang kebenaran, anakku...Jika hari ini aku meneteskan airmata saat melihatmu dilantik, itu adalah airmata kekaguman melihat kesungguhan, ketegaran, serta prinsip yangengkau pegan teguh. Dalam hal ini akupun mesti belajar darimu, putriku...1 Agustus 1999Putriku, bulan ini usiaku memasuki bilangan enampuluh tiga. Aku teringat Rasulullah mengakhiri masa dakwahnya didunia pada usia yang sama.
Akhir-akhir ini tubuhku terasa semakin melemah. Penyakit jantung yang kuderita selama bertahun-tahun kemarin mendadak kumat, saat kudapati jawaban diluar dugaan dari keempat saudarimu. Tidak satu pun dari mereka bersedia meneruskan perguruan yang telah kubina selama puluhan tahun. Aku sangat maklum, mereka tentu mempunyai pertimbangan yang lain, yaitu para suami mereka.Sedih hatiku melihat mereka yang telah kudidik sesuai dengan keinginanku kini seolah-oleh bersekutu menjauhiku.Jika aku menulis diatas tempat tidur rumah sakit ini, itu dengan kondisi sangat lemah, putriku.
Aku tak tahu pasti kapan Allah memanggilku. Putriku....kutitipkan buku harianku ini pada ibumu agar diserahkan padamu. Aku percaya padamu...Jika aku memberikan buku ini padamu, itu karena aku ingin engkau mengetahui betapa besar cintaku padamu, mengapa dulu aku sering memarahimu..maafkan buya, putriku...Kini hanya engkau satu-satunya harapanku...Aku percaya perguruan yang telah kubangun dengan tanganku sendiri ini padamu. Aku bercita-cita mengembangkannya menjadi sebuah pesantren. Engkau masih ingat lapangan tempat kita dulu menaikkan layangan? Itu adalah tanah warisan almarhum kakekmu.Di lapangan itulah kurencanakan berdiri bangunan asrama tempat para santri bermukim. Engkau seorang arsitek, anakku, tentu lebih memahami bangunan macam apa yang sesuai untuk kebutuhan sebuah asrama pesantren...Kuserahkan sepenuhnya kepadamu, juga untuk mengelolanya nanti. Sebab aku yakin, dari tanganmu, dari hatimu yang jernih, dari perkataan dan tindakanmu yang selalu sejalan dengan kebenaran akan terlahir sebuah fauzan'adzima, kemenangan yang besar, seperti yang telah Allah janjikan, yakinlah, putriku...Dalam diri dan jiwamu kini terhimpun beragam kapasitas keilmuan dunia dan akhirat.
Kini kusadari engkau bukan saja sekedar terlahir dari rahim ibumu, tetapi juga lahir dari rahim bernama Hidayah. Semoga Allah menyertai dan memudahkan jalan yang akan engkau lalui, putriku. Amien Ya Rabbal 'Alamiin.12 Agustus 1999Rabbi, jika airmata ini bukan tumpah, bukan karena aku tidak mengikhlaskan buyaku Engkau panggil, tapi sebab aku belum mengenali buyaku selama ini, seutuhnya. Sebab hanya seujung kuku baktiku padanya. Rabbi, perkenankan aku menjalankan amanah Buya dengan segenap radhi-Mu. hanya Engkau..ya Mujib...
(Sumber : Edi S. Kurniawan, Muhammad Haryadi)
ABgroup Corporate

AddThis Social Bookmark Button


Islam Masuk ke Nusantara Saat Rasulullah SAW Masih Hidup

Islam masuk ke Nusantara dibawa para pedagang dari Gujarat, India, di abad ke 14 Masehi. Teori masuknya Islam ke Nusantara dari Gujarat ini disebut juga sebagai Teori Gujarat. Demikian menurut buku-buku sejarah yang sampai sekarang masih menjadi buku pegangan bagi para pelajar kita, dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas, bahkan di beberapa perguruan tinggi.Namun, tahukah Anda bahwa Teori Gujarat ini berasal dari seorang orientalis asal Belanda yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk menghancurkan Islam? Orientalis ini bernama Snouck Hurgronje, yang demi mencapai tujuannya, ia mempelajari bahasa Arab dengan sangat giat, mengaku sebagai seorang Muslim, dan bahkan mengawini seorang Muslimah, anak seorang tokoh di zamannya.
Menurut sejumlah pakar sejarah dan juga arkeolog, jauh sebelum Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, telah terjadi kontak dagang antara para pedagang Cina, Nusantara, dan Arab. Jalur perdagangan selatan ini sudah ramai saat itu.Mengutip buku Gerilya Salib di Serambi Makkah (Rizki Ridyasmara, Pustaka Alkautsar, 2006) yang banyak memaparkan bukti-bukti sejarah soal masuknya Islam di Nusantara, Peter Bellwood, Reader in Archaeology di Australia National University, telah melakukan banyak penelitian arkeologis di Polynesia dan Asia Tenggara.Bellwood menemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa sebelum abad kelima masehi, yang berarti Nabi Muhammad SAW belum lahir, beberapa jalur perdagangan utama telah berkembang menghubungkan kepulauan Nusantara dengan Cina. Temuan beberapa tembikar Cina serta benda-benda perunggu dari zaman Dinasti Han dan zaman-zaman sesudahnya di selatan Sumatera dan di Jawa Timur membuktikan hal ini.
Dalam catatan kakinya Bellwood menulis, “Museum Nasional di Jakarta memiliki beberapa bejana keramik dari beberapa situs di Sumatera Utara. Selain itu, banyak barang perunggu Cina, yang beberapa di antaranya mungkin bertarikh akhir masa Dinasti Zhou (sebelum 221 SM), berada dalam koleksi pribadi di London. Benda-benda ini dilaporkan berasal dari kuburan di Lumajang, Jawa Timur, yang sudah sering dijarah…” Bellwood dengan ini hendak menyatakan bahwa sebelum tahun 221 SM, para pedagang pribumi diketahui telah melakukan hubungan dagang dengan para pedagang dari Cina.Masih menurutnya, perdagangan pada zaman itu di Nusantara dilakukan antar sesama pedagang, tanpa ikut campurnya kerajaan, jika yang dimaksudkan kerajaan adalah pemerintahan dengan raja dan memiliki wilayah yang luas. Sebab kerajaan Budha Sriwijaya yang berpusat di selatan Sumatera baru didirikan pada tahun 607 Masehi (Wolters 1967; Hall 1967, 1985).
Tapi bisa saja terjadi, “kerajaan-kerajaan kecil” yang tersebar di beberapa pesisir pantai sudah berdiri, walau yang terakhir ini tidak dijumpai catatannya.Di Jawa, masa sebelum masehi juga tidak ada catatan tertulisnya. Pangeran Aji Saka sendiri baru “diketahui” memulai sistem penulisan huruf Jawi kuno berdasarkan pada tipologi huruf Hindustan pada masa antara 0 sampai 100 Masehi. Dalam periode ini di Kalimantan telah berdiri Kerajaan Hindu Kutai dan Kerajaan Langasuka di Kedah, Malaya. Tarumanegara di Jawa Barat baru berdiri tahun 400-an Masehi. Di Sumatera, agama Budha baru menyebar pada tahun 425 Masehi dan mencapai kejayaan pada masa Kerajaan Sriwijaya.
Temuan G. R TibbetsAdanya jalur perdagangan utama dari Nusantara—terutama Sumatera dan Jawa—dengan Cina juga diakui oleh sejarahwan G. R. Tibbetts. Bahkan Tibbetts-lah orang yang dengan tekun meneliti hubungan perniagaan yang terjadi antara para pedagang dari Jazirah Arab dengan para pedagang dari wilayah Asia Tenggara pada zaman pra Islam. Tibbetts menemukan bukti-bukti adanya kontak dagang antara negeri Arab dengan Nusantara saat itu.“Keadaan ini terjadi karena kepulauan Nusantara telah menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang Arab yang berlayar ke negeri Cina sejak abad kelima Masehi, ” tulis Tibbets.
Jadi peta perdagangan saat itu terutama di selatan adalah Arab-Nusantara-China.Sebuah dokumen kuno asal Tiongkok juga menyebutkan bahwa menjelang seperempat tahun 700 M atau sekitar tahun 625 M—hanya berbeda 15 tahun setelah Rasulullah menerima wahyu pertama atau sembilan setengah tahun setelah Rasulullah berdakwah terang-terangan kepada bangsa Arab—di sebuah pesisir pantai Sumatera sudah ditemukan sebuah perkampungan Arab Muslim yang masih berada dalam kekuasaan wilayah Kerajaan Budha Sriwijaya.Di perkampungan-perkampungan ini, orang-orang Arab bermukim dan telah melakukan asimilasi dengan penduduk pribumi dengan jalan menikahi perempuan-perempuan lokal secara damai.
Mereka sudah beranak–pinak di sana. Dari perkampungan-perkampungan ini mulai didirikan tempat-tempat pengajian al-Qur’an dan pengajaran tentang Islam sebagai cikal bakal madrasah dan pesantren, umumnya juga merupakan tempat beribadah (masjid).Temuan ini diperkuat Prof. Dr. HAMKA yang menyebut bahwa seorang pencatat sejarah Tiongkok yang mengembara pada tahun 674 M telah menemukan satu kelompok bangsa Arab yang membuat kampung dan berdiam di pesisir Barat Sumatera. Ini sebabnya, HAMKA menulis bahwa penemuan tersebut telah mengubah pandangan orang tentang sejarah masuknya agama Islam di Tanah Air.
HAMKA juga menambahkan bahwa temuan ini telah diyakini kebenarannya oleh para pencatat sejarah dunia Islam di Princetown University di Amerika.Pembalseman Firaun Ramses II Pakai Kapur Barus Dari NusantaraDari berbagai literatur, diyakini bahwa kampung Islam di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera itu bernama Barus atau yang juga disebut Fansur. Kampung kecil ini merupakan sebuah kampung kuno yang berada di antara kota Singkil dan Sibolga, sekitar 414 kilometer selatan Medan. Di zaman Sriwijaya, kota Barus masuk dalam wilayahnya. Namun ketika Sriwijaya mengalami kemunduran dan digantikan oleh Kerajaan Aceh Darussalam, Barus pun masuk dalam wilayah Aceh.Amat mungkin Barus merupakan kota tertua di Indonesia mengingat dari seluruh kota di Nusantara, hanya Barus yang namanya sudah disebut-sebut sejak awal Masehi oleh literatur-literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan sebagainya.Sebuah peta kuno yang dibuat oleh Claudius Ptolomeus, salah seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berpusat di Aleksandria Mesir, pada abad ke-2 Masehi, juga telah menyebutkan bahwa di pesisir barat Sumatera terdapat sebuah bandar niaga bernama Barousai (Barus) yang dikenal menghasilkan wewangian dari kapur barus.
Bahkan dikisahkan pula bahwa kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 tahun sebelum Masehi!Berdasakan buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus juga dikenal sebagai daerah awal masuknya agama Islam di Nusantara sekitar abad ke-7 Masehi. Sebuah makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus, di batu nisannya tertulis Syekh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi. Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas Muslim di Barus sudah ada pada era itu.Sebuah Tim Arkeolog yang berasal dari Ecole Francaise D’extreme-Orient (EFEO) Perancis yang bekerjasama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua-Barus, telah menemukan bahwa pada sekitar abad 9-12 Masehi, Barus telah menjadi sebuah perkampungan multi-etnis dari berbagai suku bangsa seperti Arab, Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.Tim tersebut menemukan banyak benda-benda berkualitas tinggi yang usianya sudah ratusan tahun dan ini menandakan dahulu kala kehidupan di Barus itu sangatlah makmur.
Di Barus dan sekitarnya, banyak pedagang Islam yang terdiri dari orang Arab, Aceh, dan sebagainya hidup dengan berkecukupan. Mereka memiliki kedudukan baik dan pengaruh cukup besar di dalam masyarakat maupun pemerintah (Kerajaan Budha Sriwijaya). Bahkan kemudian ada juga yang ikut berkuasa di sejumlah bandar. Mereka banyak yang bersahabat, juga berkeluarga dengan raja, adipati, atau pembesar-pembesar Sriwijaya lainnya. Mereka sering pula menjadi penasehat raja, adipati, atau penguasa setempat. Makin lama makin banyak pula penduduk setempat yang memeluk Islam. Bahkan ada pula raja, adipati, atau penguasa setempat yang akhirnya masuk Islam. Tentunya dengan jalan damai.Sejarahwan T. W. Arnold dalam karyanya “The Preaching of Islam” (1968) juga menguatkan temuan bahwa agama Islam telah dibawa oleh mubaligh-mubaligh Islam asal jazirah Arab ke Nusantara sejak awal abad ke-7 M.Setelah abad ke-7 M, Islam mulai berkembang di kawasan ini, misal, menurut laporan sejarah negeri Tiongkok bahwa pada tahun 977 M, seorang duta Islam bernama Pu Ali (Abu Ali) diketahui telah mengunjungi negeri Tiongkok mewakili sebuah negeri di Nusantara (F. Hirth dan W. W. Rockhill (terj), Chau Ju Kua, His Work On Chinese and Arab Trade in XII Centuries, St.Petersburg: Paragon Book, 1966, hal. 159).Bukti lainnya, di daerah Leran, Gresik, Jawa Timur, sebuah batu nisan kepunyaan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun bertanggal tahun 1082 telah ditemukan.
Penemuan ini membuktikan bahwa Islam telah merambah Jawa Timur di abad ke-11 M (S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39).Dari bukti-bukti di atas, dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara pada masa Rasulullah masih hidup. Secara ringkas dapat dipaparkan sebagai berikut: Rasululah menerima wahyu pertama di tahun 610 M, dua setengah tahun kemudian menerima wahyu kedua (kuartal pertama tahun 613 M), lalu tiga tahun lamanya berdakwah secara diam-diam—periode Arqam bin Abil Arqam (sampai sekitar kuartal pertama tahun 616 M), setelah itu baru melakukan dakwah secara terbuka dari Makkah ke seluruh Jazirah Arab.Menurut literatur kuno Tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan Arab Islam di pesisir Sumatera (Barus). Jadi hanya 9 tahun sejak Rasulullah SAW memproklamirkan dakwah Islam secara terbuka, di pesisir Sumatera sudah terdapat sebuah perkampungan Islam.Selaras dengan zamannya, saat itu umat Islam belum memiliki mushaf Al-Qur’an, karena mushaf Al-Qur’an baru selesai dibukukan pada zaman Khalif Utsman bin Affan pada tahun 30 H atau 651 M.
Naskah Qur’an pertama kali hanya dibuat tujuh buah yang kemudian oleh Khalif Utsman dikirim ke pusat-pusat kekuasaan kaum Muslimin yang dipandang penting yakni (1) Makkah, (2) Damaskus, (3) San’a di Yaman, (4) Bahrain, (5) Basrah, (6) Kuffah, dan (7) yang terakhir dipegang sendiri oleh Khalif Utsman.Naskah Qur’an yang tujuh itu dibubuhi cap kekhalifahan dan menjadi dasar bagi semua pihak yang berkeinginan menulis ulang. Naskah-naskah tua dari zaman Khalifah Utsman bin Affan itu masih bisa dijumpai dan tersimpan pada berbagai museum dunia. Sebuah di antaranya tersimpan pada Museum di Tashkent, Asia Tengah.
Mengingat bekas-bekas darah pada lembaran-lembaran naskah tua itu maka pihak-pihak kepurbakalaan memastikan bahwa naskah Qur’an itu merupakan al-Mushaf yang tengah dibaca Khalif Utsman sewaktu mendadak kaum perusuh di Ibukota menyerbu gedung kediamannya dan membunuh sang Khalifah.Perjanjian Versailes (Versailes Treaty), yaitu perjanjian damai yang diikat pihak Sekutu dengan Jerman pada akhir Perang Dunia I, di dalam pasal 246 mencantumkan sebuah ketentuan mengenai naskah tua peninggalan Khalifah Ustman bin Affan itu yang berbunyi: (246) Di dalam tempo enam bulan sesudah Perjanjian sekarang ini memperoleh kekuatannya, pihak Jerman menyerahkan kepada Yang Mulia Raja Hejaz naskah asli Al-Qur’an dari masa Khalif Utsman, yang diangkut dari Madinah oleh pembesar-pembesar Turki, dan menurut keterangan, telah dihadiahkan kepada bekas Kaisar William II (Joesoef Sou’yb, Sejarah Khulafaur Rasyidin, Bulan Bintang, cet. 1, 1979, hal. 390-391).
Sebab itu, cara berdoa dan beribadah lainnya pada saat itu diyakini berdasarkan ingatan para pedagang Arab Islam yang juga termasuk para al-Huffadz atau penghapal al-Qur’an.Menengok catatan sejarah, pada seperempat abad ke-7 M, kerajaan Budha Sriwijaya tengah berkuasa atas Sumatera. Untuk bisa mendirikan sebuah perkampungan yang berbeda dari agama resmi kerajaan—perkampungan Arab Islam—tentu membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum diizinkan penguasa atau raja. Harus bersosialisasi dengan baik dulu kepada penguasa, hingga akrab dan dipercaya oleh kalangan kerajaan maupun rakyat sekitar, menambah populasi Muslim di wilayah yang sama yang berarti para pedagang Arab ini melakukan pembauran dengan jalan menikahi perempuan-perempuan pribumi dan memiliki anak, setelah semua syarat itu terpenuhi baru mereka—para pedagang Arab Islam ini—bisa mendirikan sebuah kampung di mana nilai-nilai Islam bisa hidup di bawah kekuasaan kerajaan Budha Sriwijaya.
Perjalanan dari Sumatera sampai ke Makkah pada abad itu, dengan mempergunakan kapal laut dan transit dulu di Tanjung Comorin, India, konon memakan waktu dua setengah sampai hampir tiga tahun. Jika tahun 625 dikurangi 2, 5 tahun, maka yang didapat adalah tahun 622 Masehi lebih enam bulan. Untuk melengkapi semua syarat mendirikan sebuah perkampungan Islam seperti yang telah disinggung di atas, setidaknya memerlukan waktu selama 5 hingga 10 tahun.Jika ini yang terjadi, maka sesungguhnya para pedagang Arab yang mula-mula membawa Islam masuk ke Nusantara adalah orang-orang Arab Islam generasi pertama para shahabat Rasulullah, segenerasi dengan Ali bin Abi Thalib r. A..Kenyataan inilah yang membuat sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara sangat yakin bahwa Islam masuk ke Nusantara pada saat Rasulullah masih hidup di Makkah dan Madinah.
Bahkan Mansyur Suryanegara lebih berani lagi dengan menegaskan bahwa sebelum Muhammad diangkat menjadi Rasul, saat masih memimpin kabilah dagang kepunyaan Khadijah ke Syam dan dikenal sebagai seorang pemuda Arab yang berasal dari keluarga bangsawan Quraisy yang jujur, rendah hati, amanah, kuat, dan cerdas, di sinilah ia bertemu dengan para pedagang dari Nusantara yang juga telah menjangkau negeri Syam untuk berniaga.“Sebab itu, ketika Muhammad diangkat menjadi Rasul dan mendakwahkan Islam, maka para pedagang di Nusantara sudah mengenal beliau dengan baik dan dengan cepat dan tangan terbuka menerima dakwah beliau itu, ” ujar Mansyur yakin.Dalam literatur kuno asal Tiongkok tersebut, orang-orang Arab disebut sebagai orang-orang Ta Shih, sedang Amirul Mukminin disebut sebagai Tan mi mo ni’. Disebutkan bahwa duta Tan mi mo ni’, utusan Khalifah, telah hadir di Nusantara pada tahun 651 Masehi atau 31 Hijriah dan menceritakan bahwa mereka telah mendirikan Daulah Islamiyah dengan telah tiga kali berganti kepemimpinan.
Dengan demikian, duta Muslim itu datang ke Nusantara di perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera pada saat kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M). Hanya berselang duapuluh tahun setelah Rasulullah SAW wafat (632 M).Catatan-catatan kuno itu juga memaparkan bahwa para peziarah Budha dari Cina sering menumpang kapal-kapal ekspedisi milik orang-orang Arab sejak menjelang abad ke-7 Masehi untuk mengunjungi India dengan singgah di Malaka yang menjadi wilayah kerajaan Budha Sriwijaya.Gujarat Sekadar Tempat SinggahJelas, Islam di Nusantara termasuk generasi Islam pertama. Inilah yang oleh banyak sejarawan dikenal sebagai Teori Makkah. Jadi Islam di Nusantara ini sebenarnya bukan berasal dari para pedagang India (Gujarat) atau yang dikenal sebagai Teori Gujarat yang berasal dari Snouck Hurgronje, karena para pedagang yang datang dari India, mereka ini sebenarnya berasal dari Jazirah Arab, lalu dalam perjalanan melayari lautan menuju Sumatera (Kutaraja atau Banda Aceh sekarang ini) mereka singgah dulu di India yang daratannya merupakan sebuah tanjung besar (Tanjung Comorin) yang menjorok ke tengah Samudera Hindia dan nyaris tepat berada di tengah antara Jazirah Arab dengan Sumatera.
Bukalah atlas Asia Selatan, kita akan bisa memahami mengapa para pedagang dari Jazirah Arab menjadikan India sebagai tempat transit yang sangat strategis sebelum meneruskan perjalanan ke Sumatera maupun yang meneruskan ekspedisi ke Kanton di Cina. Setelah singgah di India beberapa lama, pedagang Arab ini terus berlayar ke Banda Aceh, Barus, terus menyusuri pesisir Barat Sumatera, atau juga ada yang ke Malaka dan terus ke berbagai pusat-pusat perdagangan di daerah ini hingga pusat Kerajaan Budha Sriwijaya di selatan Sumatera (sekitar Palembang), lalu mereka ada pula yang melanjutkan ekspedisi ke Cina atau Jawa.Disebabkan letaknya yang sangat strategis, selain Barus, Banda Aceh ini telah dikenal sejak zaman dahulu. Rute pelayaran perniagaan dari Makkah dan India menuju Malaka, pertama-tama diyakini bersinggungan dahulu dengan Banda Aceh, baru menyusuri pesisir barat Sumatera menuju Barus. Dengan demikian, bukan hal yang aneh jika Banda Aceh inilah yang pertama kali disinari cahaya Islam yang dibawa oleh para pedagang Arab. Sebab itu, Banda Aceh sampai sekarang dikenal dengan sebutan Serambi Makkah.(Rz, Tamat)
Sumber : Eramuslim.com
ABgroup Corporate

AddThis Social Bookmark Button

In Memoriam Gito Rollies

Innaalillahi WaInnaaIlaihi Roji'uun Bangun Sugito Toekiman yang populer dengan nama Gito Rollies, meninggal dunia pada Kamis (28 Februari 2008) sekitar pukul tujuh malam lebih 15 menit di RS Pondok Indah Jakarta. Penyanyi itu masuk ke rumah sakit sejak Rabu karena mengalami perdarahan saat buang air besar.

BERITA meninggalnya rocker legendaris yang kemudian aktif menjadi juru dakwah itu, kali pertama saya dengar dari wartawan SCTV. “Cak Gito meninggal,” kata dia lewat Yahoo Masenger. Wartawan itu lantas meminta saya mengecek berita di detik.com dan benar di situs terpampang berita meninggalnya Gito (Lihat “Gito Rollies Meninggal Dunia,” detik.com 28 Februari 2008)

Mengutip situs www.kompas.com, sejak tiga tahun lalu, kondisi kesehatan Gito memang mulai memburuk. Dia menderita kanker kelenjar getah bening. Berkali-kali kondisinya tak menentu hingga harus beberapa kali harus menjalani di rumah sakit. Akibat penyakitnya itu ia sempat menjalani kemoterapi di sebuah rumah sakit di Singapura
Menurut sahabat terdekat Gito, Adrie Subono, Gito sempat pingsan pada Rabu malam sehingga harus dilarikan ke Ruang UGD. “Saat saya datang ke sana sekitar pukul 23.00 malam, Kang Gito memang sedang istirahat. Tapi, sebelumnya sempat pingsan dan mengalami pendarahan saat buang air besar,” kata Adrie, saat dihubungi kompas.com melalui telepon genggamnya, Kamis (8/2) sore (Lihat “Gito Rollies Masuk Rumah Sakit Lagi,” www.kompas.com, 28 Februari 2008)
Gito adalah salah satu pelopor musik rock di Indonesia. Sosoknya mulai dikenal khalayak ketika bergabung dengan The Rollis pad 1968. Dengan rambut bergaya afro-look, Gito memang terlihat bagaikan James Brown, superstar berkulit hitam yang kesohor dengan musik soul dan funk. Namun sering pula Gito meniru gaya Mick Jagger vokalis Rolling Stones.

Dia tercatat pernah menjadi vokalis kelompok Cockpit di Jakarta tapi tak lama kemudian kembali bergabung dengan The Rollies. Kadang Gito ikut mendukung konser Superkid, kelompok trio yang dibentuk sahabat dekatnya, Deddy Stanzah bersama Deddy Dorres, dan Jelly Tobing. Di tahun 1976, ia malah resmi berduet dengan Deddy Stanzah dalam album berbahasa Inggris dengan tajuk Higher and Higher yang keseluruhan lagunya ditulis oleh Denny Sabri, wartawan majalah Aktuil.

Pada masa kejayaan musik rock di era 70-an itu, rock dan artisnya identik dengan alkohol dan drugs. Gito pun sempat mengalami dan menikmati sensasi semacam itu. ”Drugs dan minum (alkohol) itu sudah satu paket yang harus dikonsumsi setiap hari,” ujarnya seperti dikutip oleh Tempo (Lihat “Sejarah Musik Rock Indonesia-Ke Jalan Lurus.”)
Gito baru berhenti dengan kebiasaan buruk itu sekitar 13 tahun silam. Menurut pengakuannya, gara-garanya adalah sebuah sebuah peristiwa yang membuatnya syok lahir batin. Sepulang dari konser Hari Pahlawan, 10 November 1995, di Surabaya, di bawah pengaruh ”paket” itu, selama tiga hari ia fly, tak makan dan tak tidur. ”Selama tiga hari itu semua kelakuan saya di masa lalu seperti diputar di depan mata,” katanya. ”Saya takut sekali.”
Namun yang paling membuatnya ciut justru menyangkut segala omongan yang pernah terlontar dari mulutnya. ”Fitnah dan gunjingan yang sering saya buat terhadap musisi lain, ghibah (membicarakan orang—Red.). Pengalaman tiga hari itu yang menjadi titik balik saya untuk kembali kepada Allah,” kata Gito.

Gito sejak itu kemudian berpaling ke agama. Dia bahkan menjadi juru dakwah dan rajin mengaji dan mengkaji Al Quran. Beberapa kali dia tampil di televisi untuk memberikan penjelasan tentang agama dan bermain pada sinetron bernapaskan Islam.
Sebelum perdarahan pada Rabu kemarin itu, Gito pernah mengalami stroke dan lumpuh akibat kanker kelenjar getah bening dan memaksanya harus menggunakan kursi roda. Selain menyanyi, bermain film dan sinetron, pria kelahiran Biak, 1 November 1946 itu juga dikenal sebagai penulis buku Sujud Haru di Atas Sajadah. “Dengan berbekal iman saja, saya yakin Allah pasti menyembuhkan,” kata Gito kepada infoselebriti.com November tahun lalu. Pada Kamis malam, Allah memang telah mengangkat penderitaan Gito selama-lamanya.
Sumber : Rusdi Mathari


AddThis Social Bookmark Button

Dahsyatnya Proses Sakaratul Maut

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumu’ah, 62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)
5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut
Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW . Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.
Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim
Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan".
Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu. Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”. Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan) kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.Amin !
(Sumber Tulisan Oleh : NN, dikumpulkan dari berbagai sumber)
ABgroup Corporate


AddThis Social Bookmark Button

Fitrah Manusia

Ajaran Agama Islam turun dari Allah Swt. dan disesuaikan dengan fitrah manusia. Firman Allah : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu……….” (QS. Ar Rum : 30).

Fitrah manusia diantaranya adalah:

1). Kebebasan
Selama ini mungkin manusia ada yang menganggap bahwa bahwa Ajaran Agama Islam bagi manusia itu banyaka aturan yang serba terikat dan tidak bebas. Manusia tidak boleh itu, harus begini, harus begitu dan sebagainya. Tidak boleh minum-minuman keras, narkoba, tidak boleh berzinah, tidak boleh membunuh, tidak boleh makan makanan haram, daging babi, anjing, macan, buaya, kadal, biayawak, tikus, dan lain sebagainya. Dan dalam pergaulan pria wanita harus memakai aturan-aturan. Harus shalat, harus puasa, harus zakat, dan lain sebagainya. Singkatnya serba diatur, tidak ada kebebasan dalam ajaran Islam. Benarkah anggapan semacam itu mengikat dan membelenggu kita ? Benarkah gerangan ? Benarkah kesan kita yang demikian itu?
Ok , mari kita renungkan dalam-dalam dan baik-baik, tentang kenikmatan yang telah kita rasakan sealama ini. Diantara kenikmatan yang kita rasakan dalam hidup ini ialah kebebasan. Bukankah pada dasarnya manusia lebih menghargai kebebasan daripada sekedar kehidupan. Allah tidak mengabaikan fitrah manusia, Allah menghargai kebebasan manusia. Firman Allah : “Tidak ada paksaan dalam agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah” (QS. Al Baqarah : 256).

Allah tidak memaksa tetapi menawarkan. Firman Allah : ”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (QS. Al Ahzab : 72).
Kedu firman Allah Swt. Tersbut diatas, jelaslah bahwa Allah memperhatikan kebebasan dan kehendak manusia. Allah tidak memaksa tetapi Allah menawarkan terlebih dahulu. Barang siapa yg sanggup memikulnya, maka dialah yang mendapatkan. Islam menghargai dengan penghargaan yang tinggi terhadap siapa yang gugur dijalan Allah (membela kebenaran, membela hak, membela kemerdekaan, dan sebagainya) yang kita kenal dengan syuhada. Sampai-sampai mereka tidak boleh kita katakan mati, tetapi tetap hidup.
”Janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan (sebenarnya) mereka gugur di jalan Allah itu mati, bahkan (sebenarnya) mereka hidup, tetapi kami tidak menyadarinya” (QS. Al Baqarah : 254).

Nah , jika adanya perintah membela diri maka hukum qishash merupakan bukti pula bahwa Islam amat sangat menghargai kebebasan. Firman Allah : ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishah berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh, orang yg merdeka dengan orang yg merdeka hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita………..” (QS. Al Baqarah : 178). (Coy coba ente buka al Qur’an dan lihat ayat2 berikut : Al Baqarah : 179, 194; Al Isra : 33).
Nah , jelas sekarang bahwa ternyata Islam menghargai fitrah manusia berupa kebebasan. Islam menghargai kebebasan. Islam bukanlah suatu aturan yang dipaksakan, tetapi aturan-aturan Islam diciptakan dengan memperhatikan fitrah manusia, antara lain kebebasan. Bahwa kemudian ada perintah dan larangan, itu timbul setelah manusia menyatakan kesanggupan dan perjanjain sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Ahzab ayat 72. Coba ente buka dan bacalah ayat tsb.

Nah mungkin ada pertanyaan : “Benarkah kita mengadakan perjanjian dan kesanggupan kepada Allah? Bagaimana kalau kita lupa?”. Memang sering lupa kebanyakan orang Islam emang lupa karena tidak tahu karena emoh atau enggan untuk mengetahui tentang perjanjian dan kesanggupan kita kepada Allah. Oleh karena itulah Allah memberikan peringatan kepada manusia. Bagaimana Allah memberikan peringatan kepada manusia ? Itulah AL Qur’an. Al Qur’an diturunkan untuk memberikan peringatan kepada manusia. Al Qur’an bukanlah suatu aturan yang dipaksakan kepada manusia. Al Qur’an bukan pula sesuatu yang tiba-tiba mengikat manusia. Marilah kita perhatikan firman Allah : “Al Qur’an ini hanyalah peringatan bagi semesta alam” (QS. Shaad : 87).

Rasulpun diutus oleh Allah untuk menyampaikan peringata kepada manusia.
“Dan Kami tdaik mengutus kamu melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Saba’ : 28).
Begitulah kewajiban Rasul menyampaikan peringatan. Dan kewajiban Tuhan adalah membuat perhitungan setelah peringatan itu sampai.“Kewajibanmu hanya menyampaikan, kewajiban-Ku membuat perhitungan”. (S Ar Ra’d :40).
Bahkan perintah dan larangan pun merupakan peringatan “ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dialah pemberi pengajaran kepada kamu agar kamu ingat” (QS. An Hahl : 90).

Peringatan-peringatan Tuhan ini merupakan bukti kasih syang Allah kepada kita. Bayangkan kalau Allah tidak memberi peringatan terlebih dahulu, tetapi langsung menghukum kita yang lalai akan kesanggupan kita itu. Begitulah Allah Yang Maha Pengasih tidak langsung menghukum kita yg lalai, tetapi Dia menyampaikan terlebih dahulu peringatan. Namun, bila kita sudah diingatkan tetap saja bandel, tetap saja mbelelo tidak mau memenuhi kesanggupan kita, tidak mau menempati janji, maka Allah pun telah menyediakan balasannya. Demikian, dari dahulu sampai sekarang ini dan sampai nanti datang hari pertanggung jawaban, manusia bebas. Manusia berhak memilih jalan hidupnya sesuka hati, karena telah jelas mana yg benar dan mana yg salah.

”Dan katakanlah : ’Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barang siapa yg ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yg ingin (kafir) maka biarlah ia kafir” (QS. Al Kahfi : 29).
Tapi ingat, mana yg kita pilih masing-masing sudah ada balasannya. Kalau kita memilih yang ‘ini’ berarti kita teguh janji (menepati kesanggupan kita dahulu) dan kalau kita memilih yg lain berarti kita khianat. Kesimpulan yg dapat diambil dari uraian diatas adalah bahwa ternyata manusia ini bebas, manusia ini tidak dipaksa-paksa. Tuhan dalam menentukan aturan-aturan tidak melupakan fitrah manusia, yaitu kebebasan.Kalau Allah saja tidak memaksa, maka pantaskah manusia memaksa sesama manusia? Tentunya tidak.”Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yg ada di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa supaya mereka beriman semuanya?” (QS. Yunus : 99).
Lantas apa kewajiban kita terhadap sesama manusia ? Tugas kita hanyalah menyampaikan kebenaran dan mengingatkan saja. Apabila diterima atau ditolak, itu terserah pada yg bersangkutan. Firman Allah Swt. : “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yg memberi peringatan”. (QS. Al Ghasyyah : 21).

Juga sebaliknya, andaikata ada orang lain memberikan teguran, kritik dan lain-lain kepada kita, maka kitapun harus menerimanya dengan lapang dada/hati. Sebab, hal ini bukan tanda kebencian, tapi justru bukti berkawan yg sebenarnya. Kesanggupan menerima kritik ini termasuk ciri orang-orang yg berjiwa besar, dan juga termasuk ciri orang-orang beriman.
”Sesungguhnya orang-orang yg beriman kepada ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yg apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedangkan mereka tidak menyombongkan diri”. (QS. As Sajdah : 15).
Dengan hidupnya suasana saling mengingatkan semacam ini, terbukalah kemungkinan kita termasuk orang-orang yg tidak rugi (yang beruntung). Seperti firman Allah : ”Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan rugi; kecuali orang-orang yg beriman dan mengerjakan amal yg shaleh, serta nasehat-menasehati dengan kebenaran dan dengan kesabaran”. (QS. Al ’Ashr : 1-3).

Bagaimana tanggapan kita, jika orang lain itu sudah kita ingatkan tetap saja melakukan kesalahan? Kita bertawakal kepada Allah. Dosa ditanggung mereka yg melakukan kesalahan. Seseorang tidak memikul dosa yg dilakukan oleh orang lain.
”Katakanlah : ’Kamu tidak akan ditanya (tidak akan bertanggung jawab) tentang dosa yg kami perbuat, dan kami tidak akan ditanya (tidak akan bertanggung jawab) tentang dosa yg kamu perbuat”. (QS. Saba : 25).

2). Hanif
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yg telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah’ (itulah) agama yg lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Rum : 30).
Hanif artinya : kecenderungan dan kerinduan kepada yg serba agung, mulia dan suci (yg benar, yg baik, indah, adil, lurus). Manusia pada kodrat dan fitrahnya mencintai kebaikan dan cenderung kepadanya. Tidak ada manusia yg mencintai kejahatan dan cenderung kepadanya.
Kalau ternyata, ada yg berbuat jahat, sebenarnya dalam pribadinya saat itu sedang terjadi pro & kontra. Apa yg sedang diperbuatnya tsb, sebenarnya tidak sesuai dengan hati nuraninya. Ketakaburan dan gengsinyalah yang membuat orang sulit bersedia mundur dari perbuatannya yg salah. Tidak mau minta maaf bila khilaf (sombong, egois, takabur, dhalim dll), tidak mempan nasihat (merasa benar sendiri, akulah yg paling tahu dan benar) dan lain sebagainya. Itulah dia manusia yang menutup diri dan menutup hatinya. Mereka amat rendah dalam pandang Allah.
”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya, mereka mempunyai mata tapi tidak dipergunakannya untuk melihat,mereka mempunyai telinga tapi tidak digunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yg lalai”. (QS : Al A’raaf : 179).

Ada sebuah contoh tentang orang-orang semacam ini. Tiga orang kafir Quraisy yg memusuhi Islam : Abu Sofyan bin Harb, Abu Jahl bin Hisyam dan AL Alhnas bin Syaniq secara sendiri-sendiri pada suatu malam datang menyelinap ke sekitar rumah Nabi Muhammad Saw. Hal ini mereka lakukan karena mendengar kabar bahwa Muhammad memiliki syair-syair yg sangat indah dan menawan. Mereka ingin mendengarkannya. Rupaya yg mereka sangka syair itu tidak lain adalah ayat-ayat suci Al Qur’an yg dibaca Nabi Muhammad Saw. tiap malam. Suaranya yg tenang dan ringan itu bergema kedalam telinga dan kalbu, termasuk kepada tiga begundal Quraisy tersebut. Setelah puas mendengar suara Muhammad, masih sendiri-sendiri, mereka pulang. Tanpa disengaja, ternyata mereka saling bertemu dipersimpangan jalan. Lalu mereka saling menyalahkan. ”Jangan terulang lagi ! Kalau kita dilihat oleh orang-orang yang masih bodoh, ini akan menjatuhkan dan melemahkan kedudukan kita dan mereka akan berpihak kepada Muhammad”.

Namun janji mereka tak dapat mereka tepati. Keinginan untuk menikmati suara Nabi dan kebenarannya, tak dapat ditahan-tahan. Malam berikutnya, mereka datang lagi sendiri-sendiri. Dan saling bertemu lagi. Juga malam yang ketiga, kejadian yg sama terulang kembali. Akhirnya mereka benar-benar bertekda untuk tidak datang lagi ke rumah Nabi.
Inilah cerita tentang manusia-manusia yang tak mau menerima kebenaran hanya karena gengsi. Ketiga orang tersebut walaupun yakin Muhammad Saw. datang membawa kebenaran, tapi tidak mau mengakuinya. Inilah contoh manusia-manusia kardus yang tolol dan sombong lagi sesat.
Masih tentang gengsi ini, ada contoh lain yang menarik, dari sisi yg baik. Pada awal sejarah Islam, Umar bin Khattab adalah seorang penentang utama Muhammad yang keras dan gigih. Salah satu sifatnya, waktu itu adalah suka sanjungan dan pujian. Suatu ketika ia sesumba bahwa ia akan menghunus pedangnya dan memenggal leher Nabi Muhammad Saw.. Orang-orang kafir Quraisy kegirangan dengan adanya tekad Umar ini. Mereka berpegang kepada adat, bahwa jika pedang telah terhunus maka pantang untuk disarungkan kembali sebelum berlumuran darah. Karenanya, hampis pasti Muhammad akan tamat riawayatnya. Dalam perjalanan menuju tempat kediaman Muhammad, Umar mendengar dari temannya bahwa ternyata adiknya sendiri telah menjadi pengikut Muhammad. Dengan wajah memerah bak buah apel dengan sangat berang ia seakan-akan terbang melayang ke udara kembali ke rumah. Sampai di rumahnya, adiknya sedang membaca ayat-ayat suci Al Qur’an. Umar tertegun dan terpana. Begitu indah dan mencekam, mempesona dan mengharukan. Sedikit demi sedikit hati Umar lumer dan terbuka. Hingga akhirnya dengan rasa haru yang mendalam, dia mencari Rasulallah. Bukan untuk memenggal lehernya, tapi untuk mengikuti jejak risalah yang dibawanya. Sejak saat itu kedepan, Umar menjadi pembela Islam yang gagah perkasa.
Itulah contoh manusia yang mau mengalahkan gengsinya untuk kebenaran. Dihadapan teman-temannya dulu, gengsi kepahlawanannya turun drastis. Tapi tidak apa-apa, yg penting hati nurani terpuaskan.

Sekali lagi, pada dasarnya, manusia cenderung kepada kebaikan. Dengan demikian andai kita menghadapi orang-orang yg sangat sulit diajak mengerjakan kebaikan, maka kita tidak boleh marah atau putus asa. Sebab mereka bukanlah orang-orang jahat, hanya mungkin belum tahu. Itulah sebabnya, tidak ada kata berhenti da’wah sampai kapanpun, untuk mengajak dan mengingatkan manusia ke jalan yg baik dan benar.
3) Manusia Adalah Makhluq Individu Yang Bermusyawarah
Sudahlah pasti dan dapat dimaklumi, bahwa seorang manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa berhubungan dengan orang lain. Dalam banyak hal, bahkan seorang manusia merupakan perwujudan dari masyarakat itu sendiri. Misalnya ialah ketika ia bertindak sebagai pencuri (korupsi). Saat tersebut, menurutnya dia dapat menguntungkan dirinya. Tapi jika dilihat dari sisi masyarakat, ternyata masyarakat dirugikan sangat banyak, baik ketentraman maupun kepercayaan lingkungan sekitar terhadap dirinya yang mulai rapuh.Dalam hidupnya manusia mempunyai dua jalur hubungan (komunikasi), yakni hubungan dengan Tuhan (habluminallah) dan hubungan dengan sesama manusia (habluminannas). Sebenarnya, keduanya merupakan satu kesatuan.

Berikut saya uraikan satu persatu agar mudah mebahasnya.
1). Hablumminallah
Hablumminallah adalah hubungan dengan Allah. Bentuk hubungan seorang manusia dengan-Nya ialah ibadah-ibadah khusus, yang cara-caranya sudah ditentukan.Dalam hubngan ini, ada dua macam hal yg perlu diketengahkan :
i). Peribadatan yg dilakukan manusia sebagai individu. Sering disebut sebagai wajib ’ain. Contohnya shalat, puasa ramadhan dan lain-lain.
ii). Peribadatan yg dilakukan oleh manusia sebagai sebuah kelompok, sebagai suatu kesatuan masyarakat.
Sering disebut wajib kifayah. Bila suatu kewajiban sudah dilakukan oleh satu atau beberapa anggota masyarakat, maka kewajiban itu telah dipenuhi. Jika tak ada yang melakukan, maka dosanya ditanggung seluruh anggota masyarakat tersebut.
Manusia lahir ke dunia sebagai individu dan kembali menghadap Allah sebagai individu pula. Artinya ialah segala perbuatan dan tingkah lakunya di dunia ini harus dipertanggungjawabkannya sebagai pribadi.
”Barang siapa yg mengerjakan amal shaleh maka (pahala-pahala) untuk dirinya sendiri dan barang siapa berbuat jahat maka (dosanya) untuk dirinya sendiri. Dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamban (Nya)”. QS. Fushshilat : 46).
”Hai manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu dan takutlah suatu hari yg (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu dalam mentaati Allah”. (QS. Luqman : 33).

2). Hablumminannas
Hablumminannas ialah hubungan antar manusia. Hubungan antar sesama manusia ini sering diungkapkan dalam bentuk aturan-aturan kehidupan (hukum-hukum kemasyarakatan). Hukum Allah ditetapkan oleh Allah sendiri, sedangkan hukum antar sesama manusia ini ditetapkan atas kesepakatan bersama. Munculnya hukum ini boleh atas persetujuan formal, boleh tidak; boleh tertulis, boleh pula tidak tertulis. Sudah barang tentu, hukum buatan manusia ini tidak diperkenankan bertentangan dengan hukum Allah untuk manusia.
Khusus untuk hukum antar manusia, metoda musyawarah merupakan hal yg disukai Allah.
”Dan (bagi) orang-orang yg menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawrah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka”. QS Asy Syuura : 38).
Hukum sesama manusia antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain sangat mungkin untuk berbeda. Hukum ada/aturan daerah Minangkabau berbeda dengan di Pulau Jawa. P. Jawa sendiri berbeda dengan Aceh. Tiap suku bangsa, memiliki adat yang khas. Dalam wilayah yang lebih luas, undang-undang berbagai negara juga berbeda. Di negara kita ada undang-undang pemberantasan anti korupsi, undang-undang ketenagakerjaan, undang-undang lingkungan hidup, undang-undang pengelolaan sumber daya alam, undang-undang Pornographi/aksi dan lain sebagainya. Mungkin timbul pertanyaan2 : “Mana yg paling benar di antara hukum-hukum manusia itu?” Jawabannya : kita bandingkan dengan hukum Allah. Andaikan tidak bertentangan, dia benar. Jika tidak sesuai dengan hukum Allah, dia salah.
Sekarang, bagaimana dengan peranan Islam dalam memberikan aturan yg bersifat universal bagi dunia? Ajaran Islam dalam mengatur kehidupan manusia hanya memberikan peraturan-peraturan yg umum (yg besar-besar), yang masih memungkinkan manusia untuk berkreasi. Tentu saja dalam hal-hal tertentu, beberapa masalah diperhatikan agar detail, seperti misalnya persoalan harta waris dan lain-lain. Contoh dari peraturan-peraturan yang umum ini ialah tentang pakaian. Islam tidak menentukan modenya, apalagi warnanya. Tapi kriteria umum diberikannya : harus menutup aurat (bagi wanita : seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan), indah dan sesuai dengan keperluan.
Perlu dicatat, bahwa hak manusia untuk berkreasi ini hanya pada masalah-masalah hubungan antar manusia, itupun tidak seluruhnya. Hubungan manusia dengan Allah secara khusus sudah diaturNya, tak dapat diganggu gugat.
Dalam komunikasi dengan manusia. Allah tidak selalu menunjuk manusia sebagai individu, tetapi juga manusia sebagai anggota kesatuan masyarakat. Berikut contohnya :
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yg tidak khusus menimpa orang-orang yg zalim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa siksa Allah amat keras”. QS. Al Anfal : 25).

3). Manusia Makluq Pengabdi
“Dan bila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya; kemudian bila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripadaNya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya”. (QS. Ar Ruum : 33).
“Dan bila mnusia ditimpa bahaya dia berdo’a kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalan yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yg telah menimpanya”. (QS. Yunus : 12).
Dan beberapa ayat Qur’an yg lain, mengatakan hal yg sama : bahwa pada dasarnya manusia makhluq yg lemah tapi bandel. Dikala ia susuah, ia mengeluh dan mohon pertolongan pada yg lebih perkasa. Jika suka datang, dia lupa lagi pada yang dimintai tolong.
Makhluq pengabdi artinya makhluq yg senantiasa memerlukan pertolongan dan bantuan dari sesuatu yang lebih tinggi, dan ia rela melakukan apapun asal bantuan tersebut didapatkannya. Seringkali manusia salah kaprah dan keliru mengarahkan permintaan bantuannya itu. Yang penting baginya ialah sesuatu yang tinggi dan berkuasa itu mampu menguasai hidupnya. Sebagai misal, sebagai penduduk pantai selatan pulau jawa yakin betul bahwa Nyai Loro Kidullah yg menguasai hajat hidup mereka. Hingga mereka mau melakukan perintah-perintahnya,mau mengabdi pada sang Nyai. Di pedalaman, Dewi Sri lah yang dianggap menguasai panen padi tiap tahun hingga para penduduk mengabdi padanya. Kalau tidak, maka pastilah tiap panen padi tentu akan selalu gagal, dan akan sengsaralah mereka.

Itu semua terjadi karena pola pikir yang picik (bukan picek/buta, kali picek/buta yaitu orang gak lihat, tapi kalau bicara melebihi orang yang bisa melihat, sok tahu).Siapa sebenarnya yg menguasai lautan dan padi?
Itulah sifat manusia : ingin mengabdi pada sesuatu. Kalau fitrah ini salah mengarah, maka iapun binasa. Allah sudah menerangkan bagaimana seharusnya bertindak :
“Aku tidak semata-mata menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat : 56).
Sebenarnya, menurut ayat diatas itu, mengabdi dan menyerahkan diri pada Allah tidaklah sangat berat. Tinggal mengarahkan potensi mengabdi ini pada Allah saja.

4). Manusia Ciptaan Yang Terbaik
Firman Allah :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yg baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yg sempurna atas kebanyakan makhluq yg telah Kami ciptakan” (QS. Israil : 70).
“Sesungguhnya Kami menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. A Tiin : 4).
Ketinggian sifat manusia ini terlihat pada waktu semua malaikat diperintah Allah untuk sujud kepada Adam (Bapak manusia). Juga mereka mengakui kepandaian manusia.

Malaikat, yang dikenal sebagai makhluq pengabdi Allah yang sempurna, derajatnya masih dibawah manusia yang patuh pada Allah. Sebabnya ialah manusia memiliki hawa nafsu yang senantiasa mengusik manusia untuk melanggar perintah-perintahNya. Andai seseorang berhasil mengalahkan hawa nafsunya, maka ia naik tingkat yang sangat tinggi. Malaikat tidak memiliki nafsu, dengan demikian ia pasti menurut pada Allah, tanpa usaha dari dalam dirinya. Jadi mudah dipahami, manusia sangat mungkin mengungguli malaikat.
Jika seorang tak dapat mengalahkan nafsunya, bukan saja ia tak dapat menyamai malaikat, tapi malah ia meluncurkan dirinya ke tingkat yg serendah-rendahnya.
Dengan makhluq yg lain manusia lebih tinggi, lebih terhormat. Dengan sesama manusia, kedudukan hak, kewajiban dan derajatnya sama. Ada presiden, ada gubernur, ada bupati, ada camat, ada guru, ada Ketua RT, tukang becak, tukang pemulung hanyalah pembagian tugas saja. Tidak berhak yang satu menindas yang lain, yang satu lebih tinggi dari yg lain.

5). Manusia Khalifah di Muka Bumi
Firman Allah Swt. : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi …………..” (QS. Al Baqarah : 30).
Khalifah artinya wakil, khalifah Allah berarti wakil Allah. Dengan fitrah-fitrah yang telah saya uraikan diatas dan melaksanakannya, maka pantaslah manusia menyandang predikat sebagai khalifah Allah.Sesuai dengan fungsinya ini (khalifah) di bumi, maka oleh Allah telah ditundukkanlah segala makhluq yang lain kepada manusia.
Demikianlah, betapa mulia manusia bila dibanding dengan makhluq yg lian. Sebenarnya ini juga memberi beban pada kita untuk mempertanggungjawabkan amanah ini, Allah Swt berfirman :
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibirkan begitu saja (tanpa tanggung jawab)?” (QS. Al Qiayam : 36).
Andaikata manusia tak dapat menjalankan amanah khalifah ini dengan baik, maka bukan saja akan disiksa, tapi lebih jauh lagi akan dibinasakan, dan diganti dengan makhluq yg lain.“Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan dan mengganti (mu) dengan makhluq yg baru” (QS. Ibrahim : 19).
***Didalam diri manusia yang telah dewasa terdapat tiga unsur daya jiwa, yaitu Akal, Rasa, dan Iman. Antara rasa dan akal sering timbul ketegangan2, konflik-konflik, pertentangan-pertentangan dan ketidak sepakatan. Tiap kali hal tersebut terjadi, iman bertindak sebagai wasit, pendamai.Manusia dalam hidupnya selalu mencari tiga hal, yaitu : i). Keindahan ii). Kebenaran, iii). Kebaikan dan keadilan. Keindahan dicari manusia mellaui bidang seni, yakni bidang yang menonjolkan unsur rasa. Kebenaran dicari manusia melalui ilmu pengetahuan, yang untuknya dibutuhkan akal. Sedangkan kebaikan dan keadilan hanya dapat ditemukan dalam bidang agama, dan untuknya dibutuhkan iman.Manusia bisa hidup bahagia seandainya ia telah mampu membentuk perpaduan yg harmonis antara ketiga daya jiwa tersebut, dimana tak ada satu daya jiwa mendominasi daya jiwa yg lain.Menyeimbangkan peran ketiga daya jiwa ini bukanlah pekerjaan mudah. Bahkan disinilah salah satu kelemahan manusia yang penting.

Seseorang yg terlalu banyak menggunakan potensi rasa tanpa diimbangi dengan kemajuan akalnya, pasti mengalami benturan-bentuan dalam hidup keruhaniannya. Ia akan cepat menangkap isyarat-isyarat alam, lalu mengambil kesimpulan tanpa mengolahnya lebih dahulu. Salah satu akibatnya ialah kekagumannya yang luar biasa terhadap sesuatu yg ia anggap besar dan mampu mengalahkannya. Aliran pantheisme (aliran yg mempertuhankan sesuatu yg dianggap luar biasa) lahir dari manusia-manusia macam ini. Ia mempertuhankan gunung yg megah, matahari yang memberikan energi kepada semua makhluq bumi, lukisan yang sangat indah, hasil seni yang memukai dan lain-lain.
Orang yg hanya mampu menggunakan akalnya saja dengan menyampingkan rasa, maka akan sampai kepada Agnotcisme (aliran yang tak sanggup membuktikan bahwa Tuhan itu ada, juga bahwa Tuhan itu tidak ada). Makin parah lagi dari penggunaan akal yang tidak sehat ialah Atheisme (tidak percaya tuhan).

Ajaran Islam menautkan kedua daya jiwa tersebut dengan menampilkan unsur yg ketiga, yaitu Iman. Seseorang muslim wajib menghaluskan rasa (ikhsan, ikhlas, akhlaq dan dzikir), menajamkan otak (ilmu, tafakur) dan menebalkan iman (tauhid, taqwa, ibadah).
Al Qur’an sebagai inti ajaran Islam adalah penggetar temali rasa yang paling halus, pengasah otak yang paling tajam, dan penyegar iman yg paling efektif. Allah berfirman :
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bmi, dan silih berganti malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langin dan bumi (seraya berkata) :
”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran 190-191).
Terlihat dari ayat tsb, ada dua realita pengalaman manusia : realita tafakur (akal) dan realita dzikir (rasa). Keduanya digabungkan dan lahirlah keimanan yang tangguh. Inilah dia Insan Kamil (manusia sempurna), yang seimbang akal, rasa dan imannya. Perasaannya halus, akalnya tajam, imannya kuat.

Rasa yg halus membawa sikap menghargai, menikmati dan mencintai keindahan serta kerapihan. Akal yg tajam membuat seseorang peka dan mampu membedakan mana yg benar dan salah, menolak yang tak masuk akal, menghargai logika, menuntut kebenaran. Iman yg kuat mendorong manusia berubah menjadi aktif dan dinamis, menimbulkan rasa aman dalam diri dan sekitar, dan bergerak terus kedalam kebaikan dan keadilan.
Terpenuhinya ketiga kebutuhan tsb adalah tanda bahwa seseorang telah berhasil membawa missinya, dan dialah yang berhak disebut insan kamil.
Sumber : Wallahu’alam - im_surya_1998@yahoo.co.id
ABgroup Corporate

;;